BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang maslah
Manusia merupakan makhluk yang sangat rentang digoda
oleh setan. Oleh karena itu, manusia harus memiliki sesuatu yang dapat menjadi
pegangan dalam hidupnya. Jawabannya ialah aqidah. Aqidah baik sangatlah
diperlukan dalam kehidupan agar kehidupan tidak berjalan seperti layaknya
kehidupan dijaman jahiliyah.
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah
aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari
aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan
benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak
benar. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya
terhadap Allah juga lurus dan benar.
Sangat pentingnya pembahasan tentang aqidah inilah
yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Aqidah Akhlaq
dalam kehidupan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian, prinsip Akidah Islam
serta metode peningkatan kualitas aqidah?
2.
Bagaimana konsep Tauhid dalam Islam?
3.
Bagaimana konsep Akhlaq Islam dan metode
peningkatan kualitasnya?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Akidah Islam
1. Pengertian Akidah
Akidah
berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu dengan yang lain, sehingga
menjadi satu kesatun yang tidak dapat dipisahkkan. Dalam pembahasan yang
masyhur akidah diartikan sebagai iman,
kepercayaan atau keyakinan. Dalam kajian Islam, akidah berarti tali
pengikat batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang
patut disembah dan Pencipta serta pengatur alam semesta ini.
Ilmu
yang membahas tentang akidah disebut ilmu akidah. Ilmu akidah menurut para
ulama’ adalah sebagai berikut:
a. Syekh Muhammad Abduh mengatakan ilmu
akidah adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang
wajib tetap ada pada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan
mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan
pada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkan kepada diri mereka.
b. Ibnu Khaldun mengartikan ilmu akidah
adalah ilmu yang membahs kepercayaan-kepercayaan iman dengan dali-dalil akal
dan mengemukakan alasan-alasan untuk menolak kepercayan-kepercayan yang
bertentangan dengan kepercayan golongan salaf
dan ahlissunnah.
c. Kemudian syekh Husin mengartikan ilmu
akidah adalah ilmu yang membicarakan bagaimana mentapkan kepercayaan-kepercayan
keagamaan (Islam) dengan bukti-bukti yang yakin.
Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa ilmu akidah adalah ilmu yang membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan rukun iman dalam Islam dengan dalil-dalil dan
bukti-bukti yang meyakinkan.[1]
2. Prinsip-prinsip Akidah Islam
Prinsip-prinsip
akidah secara keseluruhan tercakup dalam sejumlah prinsip dari seluruh sistem
agama Islam yaitu suatu sistem yang serasi, koheren, dan terjalin dengan baik.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah
adalah Esa. Esa dalam Zat, Sifat, dan Perbuatan-Nya.
b. Pengakuan bahwa para nabi telah diangkat
dengan sebenarnya oleh Allah SWT. Untuk menuntun ummatnya.
c. Kepercayaan akan adanya hari
kebangkitan. Keyakinan seperti ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia
bukanlah akhir dari segalanya.
d. Keyakinan bahwa Allah adalah Maha Adil.
Jika keyakinan seperti ini tertanam di daalam hati, maka akan menumbuhkan
keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
3. Metode-metode Peningkatan Kualitas Akidah
Seorang
mukmin harus memiliki kualitas akidah yang baik, yaitu akidah yang benar, kokoh
dan tangguh. Kualitas akidah tidak hanya diukur dari kemauan seseoranng untuk
percaya kepada Allah, atau kepada yang lain seperti yang tercantum dalam rukun
iman. Namun lebih jauh dari itu, kepercayaan itu harus bisa dibuktikan dalam
praktik kehidupan sehari-hari. Percaya saja tidak cukup, tapi harus diikuti
dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari di manapun berada.
Untuk
itu mengingat pentingnya kekuatan akidah itu dimiliki oleh setiap mukmin, maka
diperlukan upaya-upaya atau cara-cara yang baik agar bisa meningkatan keyakinan
dan memudahkan menerapkan semua keyakinannya itu dalam kehidupannya di
masyarakat. Sebab kepercayaan atau keyakinan itu bisa tumbuh paling tidak
karena tiga hal; yaitu karena meniru orang tua atau masyarakat, karena suatu
anggapan dan karena suatu pemikiran.Diantara cara atau metode yang bisa
diterapkan adalah
a. Melalui pembiasaan dan keteladanan
Pembiasaan dan
keteladanan itu bisa dimulai dari keluarga.
b. Melalui pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan
pengajarran dapat dilaksanakan baik dalam keluarga, masyarakat atau lembaga
pendidikan formal.[2]
B.
Konsep Tauhid Dalam Islam
1. Pengertian Tauhid
Menurut
bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tawhid
bentuk masdar dari kata wahada, yang
artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan
atas keesaan Allah). Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini
bahwa Allah itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan
dlam kalimat Laa ilaha illallah
(tidak ada Tuhan selain Allah).
Tauhid
artinya mengesakan Allah. Esa berarti tidak berbilang. Beberapa ayat al- Qur’an
telah dengan jelas mengatkan keesaan Allah. Diantaranya surat al-Ikhlas ayat
1-4 sebagai berikut:
Artinya: “Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
Dari ayat di atas dapat ditangkap
pejelasan bahwa Allah itu maha Esa. Keesaan Allah menurut M. Quraish Shihab
mencakup keseesaan dzat, keesaan sifat, keesaan perbuatan, serta keesaan dalam
beribadah kepada-Nya.
a. Keesaan dzat mengandung pengertian bahwa
seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-unsur atau
bagian-bagian.
b. Keesaan dalam sifat-Nya, mengandung
pengertian bahwa Allah memilki sifat yang tidk sam dalaam substansi dan
kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang
digunakan untuk menunjuk sifat tersebut sama.
c. Keesaan dalam perbuatan-Nya, mengandung
arti baha segala sesuatu yang berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya
maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata.
d. Keesaan dalam beribadah, merupakan
perwujudan dari ketiga keesaan di atas.
Dalam
surat lain ditegaskan tentang pengertian tauhid dan konsep tauhid dalam Islam
Katakanlah:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.
(QS. Al-An’am: 162)
Dari sini dapat
disimpulkan bahwa sebagai bentuk peribadatan harus ditujukan hanya kepada Allah
semata. Hanya Allah yang wajib disembah. Tidak boleh peribadatan itu ditujukan
selain Allah.[3]
Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal
mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS.
At-Taubah: 31)
Ayat di atas menjelaskan arti
tauhid secara Syahadat Laa ilaaha
illallah berarti penegasan akan keesaan Allah itu dengan mentaati-Nya serta
mentaati utusan-Nya, karena barang siapa mentaati rasulullah maka ia telah
mentaati Allah. Inti dari ayat di atas yaitu:
a. Taat kepaada selain Allah dalam sesuatu
yang bertentangan dengan perintah Allah digolongkan syirik.
b. Tidak boleh mentaati salah satu ciptaan
Allah, jika dalam ketaatan tersebut dia mendurhakai Tuhannya.
c. Suatu perbuatan tidak akan digolongkan
sebagai kebajikan kecuali memenuhi dua syarat yaitu: pertama,perbuatan tersebut dilakukan murni hanya untuk Allah.Kedua, perbuatan tersebut sesuai dengan
ajaran rasulullah.
d. Parah pemuka agama bukan orang-orang
yang sempurna.
e. Bukti tersesatnya orang-orang yang
Yahudi dan orang-orang Nasrani dari jalan yang lurus yaitu tauhid.
f. Bahaya pemuka agama yang sesat bagi
umatnya.[4]
Diriwayatkan secara shohih bahwa
rasulullah bersabda: barang siapa mengucap Laa
ilaaha illallah kemudian menolak segala sessembahan selain Allah, (maka ketahuilah) bahwa Allah telah
mengharamkan harta dan darahnya, dan sesungguhnya hisab bagi orang itu ditangan
Allah yang Maha Agung lagi Maha Kuasa.
Siapapun yang mengucap kalimat
syahadat, memahami artinya, kemudian bertingkah laku berdasarkan ucapan
tersebut serta menjauhi sesembahan selain Allah, maka haram bagi orang-orang
muslim untuk mengtambil hartanya (kecuali berdasarkan hukum agama untuk zakat)
dan mengambil nyawanya (kecuali berdasarkan hukuman sebagai contoh hukuman zina
muhson, murtad atau karena pembunuhan) maka segala tindakannya hanya Allah yang
berhak menghakimi dari kebangkitan nanti. Jika syahadatnya itu tulus karena
Allah maka dia menerima pahala tetapi jika sebaliknya, maka dia akan menerima
adzab-Nya.[5]
C.
Akhlak Islam
1. Pengertian Akhlak
Secara
lughowi kata akhlak berasal dari
bahasa Arab al-akhlak, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti: budi pekerti, kebiasaan atau adat,
keperwiraan, kesatriaan, dan agama.
Sedangkan
pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia, yang berarti daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.
Persoalan “Akhlaq” di dalam Islam banyak dibicarakan
dan dimuat pada Al Qur’an dan Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan
dalam tindakan sehari-hari bai manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan
buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang harus semestinya diperbuat dan
bagaimana harus betindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah
perbuatan itu terpuji atau tercela.
Akhlaq Islam, karena merupakan akhlaq yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama
itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlaq Islam
adalah Al Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu
sendiri.
Sehubungan dengan Akhlaq Islam, Drs. Sahilun A.Nasir
menyebutkan bahwa Akhlaq Islam berkisar pada:
a.
Tujuan hidup setiap muslim,menghambakan dirina kepada Allah, untuk
mencapai keridhaan-Nya.
b.
Membawa konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi
setiap moral muslim.
c.
Keyakinan akan hari kemudian/ pembalasan, mendorong manusia berbuat
baikdan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin.
d.
Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa
Islam.
e.
Ajaran Akhlaq Islam meliputi segala segi hidup dan kehidupan manusia
berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan.
Dengan demikian dapatlah ditegaskan disini dasar
daripada akhlaq Islam secara global hanya ada dua yakni: percaya adanya Tuhan
dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan, sebagaimana disebutkan oleh Abul
A’la Maududi bahwa sistem moral/ akhlaq ada yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan dan kehidupan setelah mati. Dan tentunya dalam kaitannya dengan
pembahasan dalam buku ini adalah sistem akhlaq Islam.[6]
2. Metode-metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Peningkatan kualitass akhlak penting
dilakukan untuk mencapai kemuliaan hidup. Kualitas akhlak sudah menjadi tujuan
dari diutusnya nabi Muhammad saw sesuai dengan sabdanya “Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Rasulullah saw sendiri
merupakan figur ideal dan contoh kepribadian utama yang bisa dijadikan teladan. Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.(QS. Al-Ahzab: 21)
Metode-metode yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas akhlak antar lain sebagai berikut:
a. Melalui perumpamaan
Perumpamaan ini dapat diambil dari kandungan ayat-ayat
Al Qur’an. Tujuannya adalah agar menjadikan prumpamaan itu sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
b. Melalui keteladanan
Kebtuhan keteladanan suda menjadi fitrah setiap orang.
Rosulullah bersabda: “sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang
paling diantara kalian bagi keluarganya, dan dan aku adalah orang yang paling
baik diantara kalian bagi keluargaku.” (HR. Ibnu Hibban).
c. Melalui latihan dan pengmalan
Sebagaimana
diketahui, Islam adalah agama yang menuntut umatnya agar mengerjakan amal
shalehyang diridhai Allah, menuntut kita supaya mengarahkan tingkah laku,
naluri, dan kehidupan ini sehingga dapat mewujudkan perilaku dan Akhlaq yang baik
agar perbuatan itu bisa berujung kepada amal shaleh, maka dibutuhkan latihan
dan pengamalan.
d.
Melalui Ibrah dan Mauidhah
Ibrah artinya kondisi yang memungkinkan orang bisa
sampai dari pengetahuan yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya
adalah perenungan dan tafakur. Ibrah dan I’tibar ialah suatu kondisi
psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari sesuatu perkara yang
disaksikan, diperhatikan, dan diputuskan manusia secara nalar.
Analisis
Menurut
kelompok 7, materi dalam buku ajar Akidah Akhlak kels X semester ganjil
kurikulum 2013 sudah sesuai dengan silabus Akidah Akhlak. Adapun menurut syarat
buku ajar yang baik, masih ditemukan kekurangan. Berikut kelebihan dan
kekurangan dari buku ajar Akidah Akhlak kelas X semester ganjil.
1. Kelebihan
a. Buku sudah sesuai dengan aturan yaitu
terdiri dari sampul buku atau cover,
identitas buku, kata pengantar, dafar isi, materi ajar dan daftar pustaka.
b. Disetiap bab terdapat Kompetensi Inti
(KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, pertanyaan mengenai: pengamatan,
materi, kesimpulan, dan latihan soal.
c. Soal-soal yang ada pada buku
berkesinambungan dengan materi ajar.
d. Bahasa yang digunakan mudah untuk
dipahami.
2. Kekurangan
a. Kurangnya contoh- contoh untuk sebuah pembahasan.
b. Masih terdapat beberapa penjelasan yang kurang
lengkap.
BAB III
A.
Kesimpulan
1.
Akidah Islam
a.
Pengertian
Akidah
berarti tali pengikat batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang
Esa yang patut disembah dan Pencipta serta pengatur alam semesta ini.
b.
Prinsip-prinsip
Akidah Islam
1)
Pengakuan
dan keyakinan bahwa Allah adalah Esa.
2) Pengakuan bahwa para nabi telah diangkat
dengan sebenarnya oleh Allah SWT.
3) Kepercayaan akan adanya hari kebangkitan.
4) Keyakinan bahwa Allah adalah Maha Adil.
c. Metode-metode Peningkatan Kualitas
Akidah
1) Melalui pembiasaan dan keteladanan
2) Melalui pendidikan dan pengajaran
2.
Konsep Tauhid dalam Islam
a.
Pengertian Tauhid
Meyakini
bahwa Allah itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
3.
Akhlaq Islam
Akhlaq Islam, karena merupakan akhlaq yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama
itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlaq Islam
adalah Al Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sirojuddin, Asep. Tauhid .Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2004
Kementrian agama RI. Aqidah Akhlak. .Jakarta: Kementerian Agama. 2014
Mustafa, Akhlaq – Tasawuf, .Bandung:
CV .Pustaka Setia1997.
Achmad Sirojuddin, Asep. Tauhid (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar