Rabu, 25 Oktober 2017

media pembelajaran komputer



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.
Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.
Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan
cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang.




B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud media berbasis teknologi dan informasi?
2.      Apa fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran?
3.      Bagaimana media ti dalam pembelajaran aqidah akhlaq?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud media berbasis teknologi dan informasi
2.      Untuk mengetahui apa fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui bagaimana media ti dalam pembelajaran aqidah akhlaq.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Media Berbasis Teknologi dan Informasi (TI)
        Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi bagi aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan di berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia.[1]
       Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh terhadap perkembangan media pembelajaran dengan dikembangkannya media pembelajaran yang berbasis computer (computer based media). Media computer merupakan media yang menarik bahkan atraktif dan interaktif. Pembelajaran melalui media computer sesungguhnya membekalkan pada setiap orang dengan berbagai karakter yang menjadi kekuatan dan kelemahan suatu media, bagaimana suatu media itu bekerja mengemas informasi, apa makna informasi yang dapat diinterpretasi dari program atau kemasan pesannya, sampai pada bagaimana orang yang mendapat pendidikan media itu berpeluang dapat memanfaatkan kelebihan media tersebut untuk mengemas pesan dan menyampaikan informasi.
       Pendidikan media computer sesungguhnya merupakan proses dimana peserta didik perlu dilatih untuk mendekati teks visual seperti sebagaimana mereka menguasai huruf dan angka. Peserta didik perlu diakrabkan dengan symbol dan tanda ikonik yang berlaku di dunia audio dan visual. Pendidikan melalui media elektronik sesungguhnya sudah dimulai dari lingkungan keluarga, yaitu dengan adanya siaran televisi. Pendidikan itu menjadi salah satu modalitas untuk membentengi diri dari pengaruh negative televisi. Sebelum melakukan pendidikan media secara terstruktur melalui kurikulum, dibutuhkan gambaran persepsi mereka agar obyek pembahasannya menjadi lebih dekat dengan dunia mereka. Dewasa ini, dari media televise dikembangkan pembelajaran melalui computer. Dalam upaya mengemas formula pembelajaran melalui media computer perlu memperhatikan karakteristik peserta didik, lingkungan dan budaya setempat.
       Pemanfaatan computer sebagai media pembelajaran sesungguhnya dapat berlangsung dari dalam keluarga, karena computer untuk sebagian orang pada jaman sekarang sudah menjadi bagian kebutuhan dari suatu keluarga. Keluarga dapat mendampingi dan membimbing peserta didik saat menggunakannya. Namun, pada masa sekarang, peserta didik banyak memiliki kesempatan lebih untuk menggunakan computer tanpa bimbingan dari keluarga. Penggunaan computer banyak diungkap dapat memberikan pengaruh negative pada kelompok penggunannya, khususnya dari segmen peserta didik. Tumbuh kembang peserta didik diduga mendapat pengaruh negative dari computer. Untuk itu sesungguhnya lembaga pendidikan sekolah dianggap perlu mengagendakan hal ini, namun dengan system yang terintegrasi dengan materi pelajaran lain, sehingga muatan kurikulum menjadi lebih efektif.[2]
       Penggunaan computer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses instruksional sebagai berikut:
1.      Merencanakan, mengatur dan mengorganisasikan, dan menjadwalakan pengajaran
2.      Mengevaluasi siswa
3.      Mengumpulkan data mengenai siswa
4.      Melakukan analisis statistic mengenai data pembelajaran
5.      Membuat catatan perkembangan pembelajaran (kelompok atau perorangan)[3]


B.     Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
1.      Teknologi berfungsi sebagai alat, dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.
2.      Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan. Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya.
3.      Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:
1.      Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )
2.      Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ).
3.      Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi informasi agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu : memperbaiki competitive positioning; meningkatkan brand image; meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran; meningkatkan kepuasan siswa; meningkatkan pendapatan; memperluas basis siswa; meningkatkan kualitas pelayanan; mengurangi biaya operasi; dan mengembangkan produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang berlomba-lomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.
Menurut Resnick ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi pendidikan : (1) bagaimana kita belajar (how people learn); (2) apa yang kita pelajari (what people learn); dan (3) kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio / video tape, TV interaktif, dan CD ROM. Menurut Kirkpatrick, e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.

C.    Media TI dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq
       Pemanfaatan media salah satu aspek yang menentukan keberhasilan dalam belajar mengajar adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat. Menurut Hamalik, media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan motivasi, keinginan minat, dan rangsangan kepada siswa. Sehingga dapat membantu pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi. Media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:
a. Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.
b. Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
c. Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.
       Mata Pelajaran Akidah Akhlak memuat materi yang bertujuan untuk membiasakan peserta didik berperilaku yang baik sesuai dengan Ajaran Agama Islam. Materi Akhlak pada bahan ajar umumnya memuat pengetahuan aspek kognitif, meskipun terkadang terdapat contoh perilaku yang mengarah agar peserta didik mempu merasakan materi yang dipelajari. Sebagai Contoh dalam Kompetensi Dasar ” nilai-nilai positif kreatif dan produktif dalam fenomena kehidupan”, siswa diberi contoh fiktif sebagai berikut : Bani berasal dari keluarga yang tak mampu. Maka sepulang sekolah dia berjualan koran untuk mencari penghasilan tambahan bagi orang tuanya . Honor dari penjualan tersebut digunakan selain diberikan kepada orang tuanya, sisanya untuk membeli peralatan sekolah. Dengan mendengar atau membaca cerita tadi, emosi dan sikap siswa belum tergugah untuk meniru figur pada cerita naratif tersebut. Kegiatan pembelajaran akan lebih menarik jika pendidik menggunakan media dengan menayangkan liputan berita atau cuplikan acara televisi yang menceritakan profil atau atau kisah nyata seseorang yang kreatif. Dengan menyaksikan kisah nyata, maka peserta didik akan tergugah emosi dan sikapnya sehingga pesan moral cepat ditangkap dan dapat memotifasi peserta didik. Contoh lain dalam pembelajaran tasamuh (toleransi) siswa hanya membaca materi contoh toleransi, seperti menghargai teman yang berbeda agama untuk menjalankan ibadah. Siswa akan lebih tertarik jika pendidik menayangkan liputan berita SCTV tentang kebersamaan berbuka bersama antara umat katolik dan muslim di Kab. Bolu NTT. Liputan lain seperti cuplikan berita tentang Masjid dan Gereja yang berdampingan tembok di Jl. Gatot Subroto 222 Joyodiningratan. Menurut pengalaman penulis, terdapat banyak file cuplikan berita televisi yang telah diuploud dan yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Dibutuhkan ketrampilan untuk mencari cuplikan berita tersebut di internet. Selain cuplikan berita, juga bisa menggunakan rekaman acara reality show yang sesuai dengan tema pembelajaran. Acara televisi yang layak dijadikan media seperti : Jika Aku Menjadi (Trans TV), Hikmah, Orang Pinggiran (Trans TV), Bedah Rumah, Minta Tolong (RCTI), Orang Pinggiran, The Miracle, dll. Cuplikan Berita atau rekaman acara televisi dapat dikatagorikan sebagai media Audio visual. Berikut ini beberapa contoh pemanfaatan berita TV untuk media pembelajaran Akhlak klik disini Ada beberapak kelebihan penggunaan media berita dan reality show dalam pembelajaran. Pertama, bersifat nyata artinya pendidik dapat membawa dunia nyata ke kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya. Dengan menggunakan kisah nyata yang dikemas dalam media audio visual maka akan mempercepat keberhasilan proses pembelajaran. Kedua, KBM lebih menarik perhatian, sehingga menumbuhkan motivasi belajar dan motifasi meniru sikap atau tauladan yang baik. Ketiga, pesan moral lebih jelas, sehingga siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. Kelima, siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, merasakan, mendiskusikan dan lain-lain. Manfaat ini telah penulis rasakan klik disini ke dokumentasi. Penggunaan media dalam pembelajaran Akhlak ini tentu hanya salah satu strategi untuk mempercepat proses knowing dan feeling good. Tujuan akhir dari pendidikan akhlak tentunya adalah pembiasaan  sikap terpuji dalam kehidupankeseharian.[4]


[2] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta, 2010), 144-145.
[3] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 93.

penelitian kuantitatif korelatif



I.     JUDUL PENELITIAN
KORELASI PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU SISWA KELAS V MI PAGER KIDUL 1

II.      LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah sebuah proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan sebuah perubahan dalam dirinya yang memungkinkanya berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. [1]
Pendidikan islam dimana didalamnya meliputi pendidikan aqidah akhlak merupakan salah satu sistem dari sistem pendidikan nasional adalah salah satu materi yang harus dimuat dalam isi kurikulum di setiap jenis jalur dan jenjang pendidikan.[2]
Hal ini disebutkan dalam Bab II pasal 3 Undang-undang no 2 tahun 23 yang berbunyi:
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung  jawab”. [3]
Lebih jauh lagi dalam bab x  pasal 36 ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2003 yang membicarakan tentang tentang kurikulum mengatakan ”Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Republik Indonesia antara lain dengan memperhatikan eningkatan iman dan taqwa, peningkatan aqlak mulia dan agama[4].
Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan akhlak di tempatkan pada urutan pertama, sehingga tepatlah kalau kita berharap agar pendidikan aqidah akhlak dapat perhatian serius dari semua pihak.
Dijaman kemajuan tekhnologi yang semakin canggih dan arus informasi yang semakin cepat dan terbuka, tidak jarang membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran agama islam. Dengan demikian tidaklah heran bila sekarang ini banyak terjadi kemerosotan moral terutama dikalangan pemuda dan remaja. Hal ini bukan hanya terjadi dikota besar saja melainkan sudah merabah dikota kecil, termasuk Pacitan.
Hal semacam itu kita ketahuimelalui media elektronik dan media cetak. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan dari orang tua pendidik, orang yang berkecimpung dalam bidang anak terutama remaja, banyak dari mereka yang sukar dikendalikan, nakal, berbuat keonaran, dan hal yang menggangu ketentraman umum sehingga akan mengakibatkan hak orang lain terancam di tengah masyarakat. Dengan demiukian MI pager kidul 1 lembaga pendidikan islam yang terletak ada desa Pager kidul merasa perihatin dan ikut bertanggung jawab dalam mengatasi masalah sosial tersebut, karena madrasah sebagai lembaga pendidikan merupakan faktor penting dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan akhlak anak.
Mengingat pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari siswa Mi Pager kidul 1 dengan adanya pelajaran akidah akhlak, nantinya dapat memilih akhlak yang baik, sebab tanpa mengindahkan akhlak yang baik kehidupan manusia akan binasah.[5]  
Sedangkan perilaku siswa adalah perkembangan yang berkaitan dengan tingkah laku seseorang dan konvensi mengenai apa yang seharusnya di lakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. [6]
Berdasarkan paparan serta pernyataan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Terjadikah Korelasi Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa MI Pager Kidul 1 Pacitan Tahun Pelajaran 2016-2017 

III.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis akan memberikan batasan mengenai rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apakah ada korelasi prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa MI Pager Kidul 1 tahun pelajaran 2016-2017?
 
IV.    TUJUAN
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan maka penulis perlu merumuskan tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui apakah ada hubungan antara preestasi belajar siswa siswa MI Pager Kidul 1 tahun pelajaran 2016-2017.

V.  MANFAAT
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa kegunaan, antara lain ialah:
1.      Manfaat teoritis
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi sekolah
       Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi sekolah tentag pengaruh pembelajaran aqidah akhlak dengan perilaku siswa.
b.      Bagi Guru
       Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu guru dalam memberikan informasi tentang tata cara berperilaku.
c.       Bagi peneliti
       Menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan tentang serta pengalaman peneliti dalam melihat suatu permasalahan dengan baik.
d.      Bagi perpustakaan STAIN Ponorogo
       Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bahan bacaan dan ilmu pengetahuan maupun sumber belajar bagi mahasiswa.

VI.    VARIABEL DAN INDIKATOR
Untuk mengumpulkan data digunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.
1.      Observasi untuk mengetahui perilaku siswa.
2.      Wawancara untuk mengetahui hubungan prestasi belajar aqidah akhlak dengan perilaku siswa kelas V MI Pager kidul Pacitan.  
3.      Dokumentasi untuk memperoleh data-data meliputi perilaku siswa dengan aktifitas yang terkait.
4.      Angket untuk mengetahui tingkat perkembangan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability samlpling dengan jumlah sampel 3% dari seluruh populas. Jumlah seluruh siswa di MI Pager kidul 1 Pacitan adalah 113 siswa yang terbagi dalam 6 kelas, jumlah 70 siswa yang dibagi ke 6 kelas tersebut.


























Variabel dan indikator yang dipakai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Judul
Variabel
Indikator
Korelasi prestasi belajar aqidah akhlak dengan perilaku siswa kelas v MI Pager Kidul 1 Pacitan
Variabel independen
prestasi belajar
aqidah akhlak

1.    Pembelajaran yang di berikan guru kepada siswa
2.    Bentuk prestasi belajar aqidah akhlak
3.    Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar aqidah aqlak

Variabel dependen:
Perilaku siswa kelas v
1.      Nilai pelajaran aqidah akhlak
2.      Perilaku siswa disekolah
3.      Nilai rapot

















VII. INSTRUMEN PENILAIAN

Instrumen Wawancara
Narasumber :.................................
Temat          :................................
Waktu          :................................
1.      Bagaimana prestasi pelajaran aqidah akhlak kelas V di MI Pager Kidul 1 Pacitan?
2.      Bagaimana perilaku siswa kelas V MI Pager Kidul 1 Pacitan setelah mengikuti pembelajaran aqidah akhlak?
3.      Apa saja yang mempengaruhi perilaku siswa MI Pager Kidul 1 Pacitan?
4.      Adakah hubungan prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan perilaku siswa kelas V di MI Pager Kidul 1 Pacitan?












                                                Angket Perilaku Siswa
Nama siswa                :.............................................................
Nomor absensi           :............................................................
Jenis kelamin             :............................................................
Petunjuk pengisian
1.      mulailah dengan membaca basmalah dan di akhiri dengan hamdalah.
2.      Isilah sesuai dengan pendapatmu, jawaban yang kamu isi tidak mempengaruhi nilaimu.
3.      Jawablah semua pertanyaan yang sudah di sediakan.
4.      Berilah tanda  X pada kolom dengan ketentuan:
a.       1 tidak pernah melakukan.
b.      2 tidak sama sekali.
c.       3 pernah melakukan
5.      Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas.
6.      Terimakasih sudah mengisi angket ini dengan baik dan jujur.

Pertanyaan
Interval Nilai
1
2
1.   Saya menyukai pelajaran aqidah akhlak


2.   Saya selalu berperilaku baik.


3.   Saya sopan terhadap ibu bapak guru di sekolah.





















VIII.        POUPULASI DAN SAMPEL
            Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu berkaitan dengan masalah penelitian yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian ditarik kesimpulannya.[7]
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang yang dimiliki oleh populasi.[8]
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 5 MI Pager kidul 1 Pacitan yang terdiri dari 18 siswa. Dan dalam penelitian ini         Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability samlpling dengan jumlah samepel 3% dari seluruh populas. Jumlah seluruh siswa di MI Pager kidul 1 Pacitan adalah 113 siswa yang terbagi dalam 6 kelas, jumlah 70 siswa yang dibagi ke 6 kelas tersebut.
           


DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata. Pembelajaran Aqidah Akhlak, (Jakarta:Bumi Aksara,2006)

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung:. PT.Remaja Rosda karya,2009)
Malik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi Aksara,2006)
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, (Bandung:Alfabeta,2012)

Sastrapraja, Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum, (Surabaya:Usaha nasional,1981)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.



 [1]Oemar Malik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi Aksara,2006),79
[2]Sastrapraja, Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum, (Surabaya:Usaha nasional,1981), 83
[3]Pasal 3 Undang-undang republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
[4]Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
[5] Nata Abudin, Pembelajaran Aqidah Akhlak, (Jakarta:Bumi Aksara,2006),21
[6]Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung:. PT.Remaja Rosda karya,2009),49
[7] Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, (Bandung:Alfabeta,2012),54
[8] Ibid. 56