Jumat, 27 Maret 2015

Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid

                                                             PENDAHULUAN
            A.Latar Belakang
Pendekatan sejarah sosial dalam pemikiran hukum Islam pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara si pemikir dengan lingkungan sosio-kultural atau sosio-politiknya. Oleh karena itu, produk pemikiran yang ada sebenarnya bergantungan kepada lingkungannya. Pendekatan ini memperkuat alasan dengan menunjuk kepada kenyataan sejarah bahwa produk-produk pemikiran yang sering dianggap sebagai hukum Islam itu sebenarnya tidak lebih dari hasil interpretasi tersebut. Menurut Atho Mudzar, pendekatan ini penting sedikitnya karena dua hal; pertama, untuk meletakkan produk pemikiran hukum Islam itu pada tempat seharusnya; kedua, untuk memberikan tambahan keberanian kepada pemikir hukum Islam sekarang untuk tidak ragu-ragu bila merasa perlu melakukan perubahan terhadap suatu produk pemikiran hukum. Sejarah telah membuktikan bahwa umat Islam di berbagai penjuru dunia telah melakukanya tanpa sedikitpun merasa keluar dari hukum Islam. Pendekatan sejarah sosial bertugas menelusuri bukti-bukti sejarah itu.
Makalah ini berusaha menganalisis sebuah produk hukum Islam yaitu Kitab Al Amwal karya Abu Ubaid, Kitab ini menjadi pilihan karena secara substansi berisi pemikiran hukum Islam dari masa klasik, sesuai dengan adanya pembidangan di atas maka Kitab ini dapat dikatakan sebagai rujukan dalam pembentukan "Fiqh ekonomi". Hal ini karena pemikiran Abu Ubaid didasarkan atas sumber-sumber otentik berupa Qur'an dan Hadist untuk kemudian dapat dimaknai dalam pembentukan pranata sosial berupa pengembangan institusi ekonomi yang sangat dibutuhkan manusia pada saat ini. Tentu saja dalam tulisan ini akan digunakan pendekatan sejarah sosial hukum Islam Abu Ubaid, Biografi, Latar Belakang dan Pendekatannya.

          B.Rumusan Masalah
       1. Bagaimana riwayat hidup Abu Ubaid ?
       2. Apa saja pemikiran ekonomi Abu Ubaid ?
       3. Bagaimana reformasi distribusi zakat menurut Abu Ubaid ?
       4. Apa uang antara fungsi dan alat menurut Abu Ubaid ?




                                                             PEMBAHASAN
     Riwayat Hidup
Abu Ubaid yang dikenal sebagai bapak ekonomi Islam pertama. Nama lengkapnya adalah Al-Qasim bin Sallam bin Miskin bin Zaid Al-Harawi Al-Azadi Al-Baghdadi. Ia dilahirkan pada tahun 150 H di kota Harrah, Khurasan, barat laut Afghanistan. Setelah memperoleh ilmu yang memadai di kota kelahiranyakarena berkembangnya madzhab Hanafi, dan pada usia 20 tahun, Abu Ubaid pergi untuk menuntut ilmu ke berbagai kota, seperti Kufah, Basrah, dan Baghdad. Ilmu-ilmu yang dipelajarinya, antara lain mencakup ilmu tata bahasa Arab, qira’at, tafsir, hadits, dan fiqih. Pada tahun 192 H, Tsabit ibn Nasr ibn Malik, Gubernur Thugur pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyi, mengangkat Abu Ubaid sebagai qadhi (hakim) di Tarsus hingga tahun 210 H. setelah itu, penulis kitabAl-Amwal ini tinggaldi Baghdad selama 10 tahun. Pada tahun 219 H, setelah berhaji, ia menetap di Mekah sampai wafatnya. Ia meninggal pada tahun 224 H.
Pemikiran Ekonomi
Abu Ubaid merupakan seoarang ahli hadits (muhaddits) dan ahli fiqih (fuqaha) terkemuka di masa hidupnya. Selama menjabat qadi di Tarsus, ia sering menangani berbagai kasus pertanahan dan perpajakan serta menyelesaikanya dengan sangat baik.
Filosofi yang dikembangkan Abu Ubaid bukan merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan prktis, tetapai hanya merupakan sebuah pendekatan yang bersifat professional dan teknokrat yang bersandar pada kemampuan teknis. Berdasarkan hal tersebut, Abu Ubaid berhasil menjadi salah seorang cendikiawan Muslim terkemuka pada awal abad ketiga Hijriyah (abad kesembilan Masehi) yang menetapkan revitalisasi system perekonomian berdasarkan Al-quran dan hadis melalui reformasi dasar-dasar kebijakn keuangandan institusinya.
Berkat pengetahuan dan wawasanya yang begitu luas dalam berbagai bidang ilmu, beberapa Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mengklaim bahwa Abu Ubaid berasal dari madzhab mereka, walaupun fakta-fakta menunjukkan bahwa Abu Ubaid adalah seorang fuqaha yang independen. Dalam kitab al- Amwal, Abu Ubaid tidak sekalipun menyebut nama Abu Abdullah Muhammad ibn Idris Al-Syafi’I maupun nama Ahmad ibn Hanbal. Sebaliknya, Abu Ubaid sering kali mengutip pandangan  Malik ibn Anas, salah seorang  gurunya yang juga guru Al-Syafi’i. Di samping itu, ia juga mengutip beberapa ijtihad Abu Hanifah , Abu Yusuf dan Muhammad ibn Al-Hasan Al-Syaibani, tetapi hampir seluruh pendapat mereka ditolaknya.
Disisi lain, Abu Ubaid pernah di tuduh oleh Husain ibn Ali Al- Karabisi seorang plagiator terhadap karya-karya Asy-Syafi’I, termasuk dalam hal penulisan kitab Al-Amwal, Akan tetapi kebenaran hal ini sangat sulit untuk dibuktikan mengingat Abu Ubaid dan Asy-Syafi’I (termasuk Ahmad ibn Hanbal) pernah belajar dari ulama yang sama, bahkan mereka saling belajar satu sama lainya. Dengan demikian, tidak mengejutkan jika terdapat kesamaan dalam pandangan-pandangan antara kedua tokoh besartersebut, sekalipun  kadang-kadang Abu Ubaid mengambil posisi yang bersebrangan dengan Asy-Syafi’I denagan tanpa menyebut nama.
Secara utuh, pemikiran Abu Ubaid tertuang dalam Kitab Al- Amwal Kitab ini pada bab pendahuluan ,Abu Ubaid secara singkat membahas hak dan kewajiban pemerintah terhadap rakyatnya serta hak dan kewajiban rakyat terhadap pemerintahanya, dengan studi khusus mengenai kebutuhan terhadap suatu pemerintahan yang adil. Pada bab selanjutnya yang merupakan bab pelengkap, Kitab ini menguraikan berbagai jenis pemasukan Negara yang dipercayakan kepada penguasa atas nama rakyat serta berbagai landasan hukumnya dalam Al-Quran dan Assunnah.
Tiga bagian pertama dari Kitab Al- Amwal meliputi beberapa bab yang membahas penerimaan fai. Dalam hal ini, menurut Abu Ubaid, fai juga mencakup pendapatan Negara yang berasal dari jizyah, kharaj, dan ushr, tetapi ushr dibahas dalam bab shadaqah. Adapun ghanimah, (harta ranpasan perang) dan fidyah (tebusan untuk tawanan perang), pembahasannya masuk dalam babfai.
Pada bagian keempat, sesuai dengan perluasan wilayah Islam pada masa klasik, Kitab Al- Amwal berisi pembahasan mengenahi pertanahan, administrasi, hukum internasional, dan hukum perang. Setelah bagian kelima membahas distribusi pendapatan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa Kitab Al-Amwal secara khusus memfokuskan perhatiannya pada masalah keuangan publik (public finance) sekalipun mayoritas materi yang ada di dalamnya membahas permasalahan administrasi pemerintahan secara umum.
Secara umum, pada masa Abu Ubaid, pertanian di pandang sebagai sektor usaha yang paling baik dan utama karena menyediakan kebutuhan dasar, makanan, dan sumber utama pendapatan negara. Hal ini menjadikan masalah perbaikan sektor pertanian menjadi isu utama, bukan masalah pertumbuhan ekonomi dalam pengertian modern. Oleh karena itu, Abu Ubaid mengarahkan sasaranya pada persoalan legitimasi sosio-politik ekonomi yang stabil dan adil.
    Di sisi lain, Abu Ubaid juga menekankan bahwa pembendaharaan negara tidak boleh di salahgunakan atau di manfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain pebendaharaan negara harus di gunakan untuk kepentingan public. Ketika membahas tariff atau persentase untuk kharaj dan jizyah, iamenyinggung pentingnya keseimbangan antara kekuatan finansial penduduk nonmuslim yang dalam terminology finansial modrn di sebut sebagai capacity to pay dengan kepentingan golongan muslim yang berhak menerimanya.
Abu Ubaid membangun suatu negara Islam berdasarkan administrasi, pertahanan, pendidikan, hukum, dan kasih saying. Karaktristik tersebut hanya di berikan oleh Alloh SWT. Kepada kaum urban (perkotaan). Kaum badui yang tidak memberikan kontribusi sebesar yang telah di lakukan kaum urban. Tidak bias memperoleh manfaat pendapatanfaisebanyak kaum urban. Dalam hal ini, kaum badui tidak berhak menerima tunjagan dan provisi dari negara. Mereka memiliki hak klaim, sementara terhadap penerimaan fai hanya pada saat terjadi tiga kondisisi kritis, yakni ketika terjadiinvasi musuh , kemarau panjang (qa’ihah), dan kerusuhan sipil (fatq). Abu Ubaid memperluas cakupan kaum badui dengan memasukkan golongan masyarakat pegunungan dan pedesaan.
Pandangan Abu Ubaid tersebut degan jelas membedakan antara gaya hidup kaum badui dan kultur menetap kaum urban dan membangun fondasi masyarakat muslim berdasarkan martabat kaum urban, solidaritas serta kerja sama merasakan komitmen dan kohesi sosial beroriantasi urban,vertical dan horizontal, sebagai unsur esensial dari stabilitas sosio-politik dan makro ekonomi.
Abu Ubaid mengakui adanya kepemilikan pribadi dan kepemilikan public. Dalam hal kepemilikan, pemikiran Abu Ubaid yang khas adalah mengenai hubungan antara kepemilikan dan kebijakan perbalkanpertanian. Secara implisit, Abu Ubaid mengemukakan bahwa kebijakan pemerintahan, seperti iqta’ tanah gurun dan deklarasi resmi terhadap kepemilikan individualatas tanah tandus yang disuburkan, merupakan insentif untukmeningkatkan produksi pertanian. Oleh karena itu, tanah yang diberikan dengan persyaratan untuk diolah dan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, jika dibiarkan menganggur selama tiga tahun berturut-turut,akan dikenai denda kemudian dialihkan kepemilikanyaoleh penguasa.
Dalam pandangan Abu Ubaid, sumber daya publik, seperti air, padang rumput, dan api tidak boleh dimonopoli seperti hima’ (taman pribadi). Seluruh sumber daya ini hanya dapat dimasukkan ke dalam kepemilikan negara yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Reformasi Distribusi Zakat
Abu Ubaid sangat menentang pendapat yang menyatakan bahwa pembagian harta zakat harus dilakukan secara merata di antara delapan kelompok penerima zakat dan cenderung menentukan suatu batas tertinggiterhadap bagian perorangan. Bagi Abu Ubaid, yang paling penting adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seberapa pun besarnya, serta menyelamatkan orang-orang dari bahaya kelaparan. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, Abu Ubaid tidak memberikan hak penerimaan zakat kepada orang-orang yang memiliki 40 dirham atau harta lainya yang setara, di samping baju, pakaian, rumah, dan pelayan yang dianggap sebagai suatu kebutuhan standar hidup minimum. Pendekatan yang digunakan Abu Ubaid ini mengindikasikanadanya tiga kelompok sosio-ekonomi yang terkait dengan status zakat, yaitu:
Kalangan kaya terkena wajib zakat.
Kalangan menengah yang tidak terkena wajib zakat, tetapi juga tidak berhak menerima zakat.
Kalangan penerima zakat.
Berkaitan dengan distribusi kekayaan melalui zakat, secara umum, Abu Ubaid mengadopsi prinsip bagi setiap orang adalah menurut kebutuhanya masing-masing. Lebih jauh, ketika membahas kebijakan penguasa dalam hal jumlah zakat (atau zakat) yang diberikan kepada para pengumpulnya (amil), pada prinsipnya, ia lebihcenderung pada prinsip “bagi setiap oaring adalah sesuai dengan haknya”.
Uang antara Fungsi dan Alat
Pada prinsipnya, Abu Ubaid mengakui adanya dua fungsi uang, yakni sebagai standar nilai pertukaran (standard of exchange value) dan media pertukaran (medium of exchange). Dalam hal ini, ia menyatakan,
“Hal yang tidak diragukan lagi bahwa emas dan perak tidak layak untukapa pun, kecuali keduanya menjadi harga dari barang dan jasa. Keuntungan yang paling tinggi yang dapat diperoleh dari kedua benda ini adalah pengunaanya untuk membeli sesuatu (infaq).”
Pernyataan Abu Ubaid tersebut menunjukkan bahwa ia mendukung teori konvisional mengenai uang logam, walaupun sama sekali tidak menjelaskan mengapa emas dan peraktidak layak untuk apa pun, kecuali keduanya menjadi harga daribarang dan jasa. Tampaknya Abu Ubaid merujuk pada kegunaan umum dan relatif konstannya nilai dari kedua dari benda tersebut dibandingkan dengan komoditas yang lainya.
Salah satu ciri khas Kitab Al-Amwal di antara kitab-kitab lainyang membahas keuangan publik (public finance) adalah pembahasan tentang timbangan dan ukuran, yang biasa digunakan dalam menghitung beberapa kewajiban agama yang berkaitan dengan harta atau denda, dalam satu babkhusus.
    Abu Ubaid dalam kitabnya ingin menyatakan bahwa segala kebijakan yang hanya menguntungkan sekelompok masyarakat dan membebani sekelompok masyarakat lainnya harus di hindari negara semaksimal mungkin. Pemerintah harus mengatur harta kekayaan negara agar tidak disalah gunakan sehingga tidak menggangu atau mengurangi manfaat bagi masyarakat umum.
    Pandangan pandangan Abu Ubaid juga merefleksikan perlunya memilihara dan mempertahankan keseimbangan antara hak dan kewjiban masyarakat, rasa persatuan, dan tanggung jkawab bersama. Abu Ubaid juga secara tegas menyatakan bahwa pemerintah wajib memberikan jaminan setandar kehidupan yang layak bagi setiap individu dalam sebuah masyarakat muslim.



                                                                 PENUTUP

                                                            KESIMPULAN
,    Abu Ubaid bernama lengkap Al-Qasim bin Sallam bin Miskin bin Zaid Al-Harawi Al-Azdi Al-Albaghdadi. Ia lahir pada tahun 150 H di kota Harrah, khurasan, setelah barat laut Af-ghanistan. Ayahnya keturunan Bayznatium yang menjadi maulasuku azad. Bila dilihat dari sisi masa hidupnya yang relative dekat dengan masa hidup rasulullah SAW. Jadi Abu Ubaid pantas disebut sebagai pemimpin dari pemikiran ekonomi madzhab klasik. Dan banyak para pemikir Islam yang mengikuti langkah dan pemikiran Abu Ubaid.
    Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan:
 Abu Ubaid, tampak jelas berusaha untuk mengartikulasikan ajaran Islam dan aktivitas kehidupan umat manusia sehari-hari.
Abu Ubaid juga merefleksikan perlunya memelihara dan mempertahankan keseimbanganantara hak dan kewajibanmasyarakat.
Abu Ubaid secara tegas menyatakan bahwa pemerintah wajib memberikan jaminan standar kehidupan yang layak bagi setiap individu dalam sebuah masyarakat muslim.
Abu Ubaid mengakui adanya dua fungsi uang yakni sebagai setandar nilai pertukaran dan media pertukaran.



                                                      DAFTAR PUSTAKA
Karim Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012)

Hans Gottschalk, Abu Ubaid Al-Qasim bi Sallman: Study zur Geschichte der Arabischen biographie, Dalam der islam, 23, (1936)

Abdullah Boedi, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: PT Pustaka Setia, 2010)

Abu Ubaid Al-Qosim Bin Sallam, Al-Anwal Beirut: t.p.,1989.

Senin, 16 Maret 2015

Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial



Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
 Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
   - Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
   - Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
   - Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
     membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
 Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
   - Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
   - Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
    Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi     
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
    Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
 Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama      
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
 Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak  populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
-          secara terbuka mereka diasingkan
-          sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
-          mempunyai masalah perilaku
-          sering memperlihatkan perilaku agresif
-          mempunyai status negatif yang stabil
-          sering bermasalah di sekolah
 Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam  cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.


Pendekatan Pembelajaran IPS di SD/MI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bagi seorang guru, menguasai materi pembelajaran saja belum cukup. Baginya diperlukan keterampilan khusus untuk dapat menyampaikan materi tersebut dengan lebih berhasil. Penguasaan metodologi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampunya dan sesuai dengan karakteistik anak didiknya menjadi syarat yang tidak bisa ditawar lagi.
Salah satu rujukan dalam memilih pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPS adalah dengan mempertimbangkan tujuan dan ruang lingkup kajian pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Sebagaimana diketahui, dalam banyak hal tujuan pembelajaran IPS di Indonesia memiliki kesamaan dengan tujuan Social Studies di Amerika Serikat dan tujuan SOSE (Studies of Society and Environment) di Australia.
Untuk mencapai tujuan Social Studies, terdapat beberapa prinsip yang bisa diikuti dalam pembelajaran IPS, yakni :
1.      Pembelajaran IPS yang bermakna;
2.      Pembelajaran IPS yang integrative;
3.      Pembelajaran IPS yang berbasis nilai;
4.      Pembelajaran IPS yang menantang;
5.      Pembelajaran IPS yang aktif;
Untuk itu diperlukannya sebuah pendekatan yang cocok bagi peserta didik agar pada pembelajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran IPS untuk mencapai pemahaman peserta didik terhadap sebuah pembelajaran terutama pembelajaran IPS.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran IPS?
2.      Apa prinsip-prinsip pembelajaran IPS?
3.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan ?
4.      Pendekatan apa saja yang cocok untuk pembelajaran IPS ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Pembelajaran IPS
Pembelajaran terkait dengan bagaimanan (how to) membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kamauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi IPS yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sujana (1987) disebut kurikulum ideal/potensial.
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Istilah pembelajaran lebih tepat digunakan karena ia menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar seseorang. Di samping itu, ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan tujuan pendekatan pembelajaran dalam upaya membelajarkan peserta didik.[1][1]
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksusd dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di sekolah/madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala kegiatan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
IPS sendiri merupakana nama mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar. Istilah IPS di Sekolah Dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosila, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan. Materi IPS untuk jenjang Sekolah Dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogic dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistic.[2][2]
Jadi pembelajaran IPS merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam ilmu social, humaniora, dan masalah social kehidupan.
B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran IPS
Untuk mencapai proses pembelajaran efektif dan efisien, terdapat beberapa prinsip yang bias diikuti dalam proses pembelajaran IPS yakni :
1.      Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful atau biasa disebut pembelajaran IPS yang bermakna.
2.      Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative.
3.      Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based atau biasa disebut pembelajaran IPS yang berbasis nilai
4.      Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging yang bias disebut pembelajaran IPS yang menantang
5.      Social studies teaching and learning are powerful when they are active atau biasa disebut pembelajaran IPS yang aktif.
C.    Pendekatan Pembelajaran IPS
Pendekatan Pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu atau landasan sikap dan persepsi guru tentang bagaimana kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan.
Sudut pandang sikap dan persepsi guru ini akan menjadi dasar bagi tindakan guru dalam melaksanakan aktifitas proses pembelajaran.
Sebuah pendekatan kurikulum dengan basis yang luas, yang memberikan waktu lebih banyak bagi peserta didik untuk diskusi, drama, berbagai macam kegiatan seni, dan musik serta gerakan. Kegiatan semacam itu memberikan sarana untuk untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, intelektual, fisik, dan perkembangan kreatif, yang akan meningkatkan rasa percaya diri dan pendekatan-pendekatan yang lebih termotivasi pada pembelajaran lainnya.[3][3]
Merujuk pada prinsip pembelajaran IPS, bahwa pendekatan pembelajaran IPS baiknya menggunakan pendekatan yang bersifat CBSA dan PAIKEM. Pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional peserta didik dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik peserta didik apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/fisik peserta didik serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan peserta didik bagaimana belajar memperoleh dam memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Sedangkan pendekatan  PAIKEM secara garis besar memiliki gambaran sebagai berikut:
1.      Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada learning by doing.
2.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik , menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3.      Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
4.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.      Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Dalam PAIKEM perlu diperhatikan:
1.      Memahami sifat yang dimiliki anak didik.
2.      Mengenala anak seacara perorangan.
3.      Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
4.      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
5.      Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
6.      Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
7.      Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
8.      Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
Jadi kesimpulannya PAIKEM merupakan pembelajaran yang dirancang hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik, mengembangkan keratifitas  yang pada akhirnya efektif, akan tetapi tetap menyenangkan bagi peserta didik.
Pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS yang lainnya, diantaanya sebagai berikut :
1.      Pendekatan Lingkungan
Dalam pendekatan lingkungan, IPS sebagai mata pelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk bermasyarakat, perlu memperhatikan lingkungan sebagai topik kajian, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan fisik. Pendekatan ini bisa diawali dari lingkungan peserta didik yang paling dekat yaitu keluarga, untuk menanamkan nilai moral dan aktifitas bermasyarakat. Guru perlu mencermati lingkungan sebagai aspek yang berperan dalam membentuk perilaku peserta didik, seperti: lingkungan kauman, lingkungan perdagangan, lingkungan pertanian dsb.
Anak-anak usia sekolah dasar biasanya memiliki kepedulian yang mendalam terhadap sekelilingnya, yang jika doberi dukungan, akan mampu memikirkan tentang cara-cara yang imajinatif untuk mencitrakan lingkungan yang ‘hijau’. Selain itu mengunjungi tempat terbuka di sekitar sekolah akan meningkatkan kesadaran anak-anak dan memberikan ide bagi mereka untuk  mengembangkannya lebih jauh di sekolah.[4][4]
2.      Pendekatan Konsep
Konsep merupakan generalisasi yang membantu mengklasifikasikan dan mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman serta untuk memprediksi. Menurut Florence Beetlestone konsep adalah unsur yang merepresentasikan masalah yang paling utamakarena ia sering diasumsikan sebagai sesuatu yang statis. Apabila orang menyadari bahwa konsep itu terus berubah dan terus diadaptasi karena adanya pengalaman, pikiran, dan perasaan, maka pentingnya mengembangkan dan mengekspresikan kreatifitas akan terlihat.
Pendekatan konsep menekankan bahwa pemahaman konsep sangat mempengaruhi perilaku peserta didik. Konsep tentang keadilan, kesejahteraan, demokrasi, kerjasama, tanggung jawab, dsb. merupakan konsep-konsep yang harus dipahami peserta didik, bukan sekedar diketahui atau dihafalkan. Pemahaman ini akan membimbing peserta didik untuk bisa menghayati yang pada akhirnya mampu mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.
3.      Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang baru sebagai hasil belajar.[5][5]
Pendekatan Inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa.[6][6]
Pendekatan inkuiri, diawali dengan suatu pertanyaan atau permasalahan yang mengajak peserta didik untuk ikut berfikir dalam memecahkan permasalahan. Dalam proses inkuiri, akan tumbuh dan berkembang secara spontan rasa ingin tahu dan berpartisipasi dalam pemecahan masalah melalui tanya jawab yang didesain oleh guru. Dalam kegiatan berinkuiri bisa menghasilkan suatu gagasan, ide, solusi, atau menemukan sesuatu yang dicarinya. Pendekatan ini bertujuan membimbing peserta didik agar menemukan fakta, konsep dan pemahaman sendiri dengan campur tangan guru secara tepat pada simpul-simpul masalah tertentu dengan timing yang tepat.
Melalui pendekatan inquiry diharapkan guru dapat membuat pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini peserta didik sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses eksplorasi atau pengujian gagasan baru.
4.      Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses, bertujuan menumbuhkan keterampilan yang berkaitan dengan sutu proses tertentu yang perlu dilatihkan. Menanamkan perilaku tertentu biasanya perlu dilatih dan dibiasakan sehingga nanti akan muncul perilaku yang diharapkan dalam bermasyarakat. Keterampilan proses bisa dimulai dari mencari informasi sampai nanti bisa menginformasikannya. Sumber-sumber menumbuhkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPS antara lain peta, globe, gambar atau foto, grafik, diagram dsb.
Kesadaran terhadap manfaat yang akan diberikan anak-anak melalui proses dan hasil akhir kegiatan mereka akan memberikan kita kemampuan untuk mengartikulasikan manfaat-manfaat ini dan untuk menggunakan display sekolah dan rapat staf sekolah untuk mempromosikan contoh-contoh kualitas pembelajaran anak-anak. [7][7]
Beberapa kemampuan atau keterampilan mendasar yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan proses diantaranya:

a.       Kemampuan Mengobservasi
b.      Membuat Hipotesis
c.       Merencanakan Percobaan
d.      Mengendalikan Variabel
e.       Menginterpretasi Data
f.       Menyusun Kesimpulan Sementara
g.      Memprediksi
h.      Menerapkan
i.        Mengkomunikasikan
5.      Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah, akan mengenalkan peserta didik pada masalah-masalah dalam kehidupan di masyarakat. Misalnya masalah lingkungan hidup yang tidak bersih, tata tertib di sekolah yang belum dipatuhi, masalah narkoba, kenakalan remaja, kemiskinan dan sebagainya, bisa kenalkan pada peserta didik dan untuk mengungkap bagaimana respon peserta didik terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat.


Moffit mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran pemecahan masalah menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kritis, dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. [8][8]
6.      Pendekatan Deduktif-Induktif
Pendekatan Deduktif dan Induktif termasuk kedalam jenis pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional merupakan pendekatan di mana guru cenderung lebih aktif dibanding peserta didik dan metodenya cenderung monoton.
Pendekatan atau model pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa peserta didik memiliki kebutuhan yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pembelajaran yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru.[9][9]
Adapun pendekatan induktif, diawali dari mengemukakan kenyataan-kenyataan yang ada di dalam masyarakat berikut fakta dan datanya. Guru dapat mengangkat contoh-contoh kongkrit, dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat, kemudian ditarik generalisasinya dari fakta dan data tersebut menjadi sebuah konsep. Misalnya tentang kemiskinan, korupsi, lapangan pekerjaan, kesejahtaraan dsb. Adapun pengolahan pesan secara Induktif bermula dari fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep, terapan generalisasi pada data baru, dan penarikan kesimpulan.[10][10]
Pendekatan deduktif, diawali dari konsep-konsep yang telah dipahami oleh peserta didik kemudian dicarikan contoh-contoh fakta dan data pendukungnya di masyarakat. Pendekatan induktif dan deduktif menjadi saling menunjang untuk menanamkan konsep pada peserta didik. Untuk peserta didik Sekolah Dasar, pembelajaran bisa dimulai dari yang kongkrit menuju abstrak, dari yang sederhana menuju kompleks, dari yang mudah menuju sulit dan dari yang dekat menuju ke yang jauh.
Adapun pengolahan pesan secara deduktif yang pertama dimulai dengan guru mengemukakan generalisasi, kedua penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep, dan ketiga pencarian data yang dilakukan oleh peserta didik. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi.[11][11]
7.      Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai, dikembangkan untuk menumbuhkan sikap dan toleransi peserta didik dalam berperilaku dimasyarakat, menumbuhkan kepekaan dan rasa tanggung jawab sosial dengan didasari oleh pengetahuan dan keterampilan sosial. Sikap demokratis dan semangat bekerjasama maupun berkompetisi perlu ditumbuhkan sejak dini.
Pembelajaran IPS bermuatan nilai relevan dengan salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 yang menyatakan bahwa muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa, dan akhlak mulia.
Pengembangan etika dilaksanakan dalam rangka penanaman sikap dan nilai-nilai ilmiah, sosial, dan moral, termasuk menghargai dan mengangkat nilai-nilai pluralitas dan nilai-nilai universal. Contoh materi pada pelajaran IPS yaitu mengenai Individu dan Masyarakat, Manusia dan Lingkungannya, Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia, Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan, dan HAM, Demokrasi, dan Penegakan Hukum.


8.      Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif, mengutamakan efektifitas komunikasi guru dan peserta didik. Pendekatan ini memperhatikan tingkat kematangan kognitif peserta didik dan sekuensial materi atau istilah bahasa yang digunakan guru adalah bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik. Bahasa dan istilah-istilah yang digunakan guru haruslah dimengerti dan dipahami sehingga tidak terjadi miskonsepsi atau salah pengertian.
Dalam pendekatan komunikatif ini diharapkan muncul komunikasi karakter, yaitu komunikasi antardua atau lebih individu yang berjalan secara terus menerus dalam waktu yang panjang, sehingga perilaku muncul sebagai karakter dan terkomunikasikan secara domain. Karakter disini meliputi perilaku fisik, seperti sopan, lembut, tegas, keras, kasar, dan sebagainya.[12][12]
9.      Pendekatan Kesejarahan
Pendekatan kesejarahan, mengungkap peristiwa masa lalu yang bisa dijadikan contoh (baik maupun tidak baik) bagi peserta didik, sehingga peserta didik bisa mengambil makna dan hikmahnya dari peristiwa masa lalu tersebut. Belajar dari nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan maupun peristiwa-peristiwa lain dimasa lalu perlu dikembangkan untuk menjadi contoh pengalaman dan pedoman bagi masa mendatang.
10.  Pendekatan Tematik
Anak sekolah dasar terutama pada tingkat rendah memerlukan fasilitas belajar tidak dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah melainkan dalam tema yang merupakan integrasi materi dari semua mata pelajaran.[13][13]
Pendekatan tematik, dikembangkan untuk memberikan wawasan peserta didik yang komprehensif terhadap tema yang ditampilkan. Misalnya tema lingkungan hidup, hasil pembangunan, demokratisasi dan sebagai bisa dikembangkan pada pemahaman peserta didik yang lebih komprehensif.
11.  Pendekatan CTL (Contekstual Teacher and Learning)
Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik mengaitkan antara pengetahuan yang dipelajari dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik-siswi TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan penegetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam-sekolah dan luar-sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang simulasikan.
Adapun komponen pembelajaran yang harus ada pada pendekatan kontekstual, diantaranya: (a) Contructivisme (Kontruktivisme), (b) Questioning (bertanya), (c) Inquiry (menemukan), (d) Learning Community (Masyarakat Belajar), (e) Modeling (Pemodelan), (f) Reflection (Refleksi), (g) Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya)[14][14], yang mana saat proses pembelajaran berlangsung diselenggarakan dalam suasana pemecahan masalah. yang menggunakan contoh dan permasalahan konkrit kekinian dan relevan dengan situasional lingkungan peserta didik.
12.  Pendekatan Berbasis Proyek
Pendekatan ini merupakan dimana peserta didik dalam proses belajar memecahkan suatu permasalahan menggunakan prosedur yang membutuhkan kemandirian dan suasana kerjasama tim yang solid.
13.  Pendekatan Quantum Teaching
Pendekatan Quantum Teaching merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada.[15][15]
Pendekatan ini dilakukan ketika dimana peserta didik ditempatkan pada subyek pembelajaran dalam suasana pengelolaan kelas yang atraktif,  dan komunikatif sehingga proses belajar menjadi lebih menantang, menyenangkan dan memotivasi.
Adapun karakteristik umum Pendekatan Quantum Teaching, dinatarnya:
a.       Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif
b.      Lebih bersifat humanistis
c.       Bersifat Konstruktivis
d.      Berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran.
e.       Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna
f.       Menekankan pada pemercepat pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
g.      Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran
h.      Menekankan kebermaknnaan dan kebermutuan proses pembelajaran
i.        Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran
j.        Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis
k.      Menekankan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran
l.        Mengutamakan keberagaman dan  kebebasan
14.  Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran Pendekatan Ilmu Teknologi Masyarakat (ITM) yang dikemukakan oleh Remy (1990) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan isu-isu sosial yang berkembang yang dominan menyangkut membahas pengaruh perkembangan teknologi pada berbagai aspek perikehidupan sosial kemaysarakatan.
15.  Pendekatan Kooperatif.
Di dalam kelas kooperetaif, peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6 peserta didik, peserta didik dikelompokan secara heterogen.selama belajar secara kooperatif mereka diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya.
Pendekatan kooperatif ini memiliki 2 tipe, diantaranya:
a.       Kooperatif tipe Student Team-Achievement Divisions (Tim Peserta didik Kelompok Prestasi)
Langkah-langkah:
1)      Membentuk kelolmpok yang anggotanya kurang lebih 4 orang;
2)      Guru menyajikan materi pelajaran;
3)      Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepa anggota kelompok lain;
4)      Guru memberikan pertanyaan/kuis dan peserta didik menjawab pertanyaan kuis dengan tidak saling membnatu;
5)      Pembahasan kuis;
6)      Kesimpulan.
b.      Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah:
1)      Peserta didik dikelompokan dengan anggota kurang lebih 4 orang;
2)      Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;
3)      Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli);
4)      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub-bab yang mereka kuasai;
5)      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
6)      Pembahasan;
7)      Penutup.
Menurut UUSPN No. 20 / 2003 yang mengisaratkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruaang yang cukup bagi prakasa, kreatifitas dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pada pembelajaran IPS tidak menggunakan pendekatan konvemsional, karena umumnya pendekatan ini lebih banyak menggunakan belahan otak kiri saja,, sementara otak kanan kurang diperhatikan. Untuk mencapai pembelajaran IPS yang efektif perlu mengoptimalkan semua potensi peserta didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karateristik pribadi yang mereka miliki.
Pendekatan yang bersifat CBASA dan PAIKEM dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Paradigma pembelajaran konvensioanl yang selama ini dilaksanakan perlu dirubah dengan model pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran inovatif ini perlu diterapkan, karena:
1.      Jumlah informasi dan salurannya semakin banyak.
2.      Tidak semua potensi peserta didik bisa dikembangkan dengan satu cara saja.
3.      Orientasi target materi pembalajaran hanya untuk jangka pendek.
4.      Proses pembelajaran seharusnya berangkat dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.[16][16]


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran IPS merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam ilmu social, humaniora, dan masalah social kehidupan.
Prnsip-prinsip pembelajaran IPS:
1.      Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful atau biasa disebut pembelajaran IPS yang bermakna.
2.      Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative.
3.      Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based atau biasa disebut pembelajaran IPS yang berbasis nilai
4.      Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging yang bias disebut pembelajaran IPS yang menantang
5.      Social studies teaching and learning are powerful when they are active atau biasa disebut pembelajaran IPS yang aktif.
Pendekatan merupakan titil tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan yang cocok untuk mata pelajaran IPS ada yang menggunakan pendekatan tradisional seperti Deduktif dan Induktih dan yang bersifat CBSA dan PAIKEM, dintaranya:


1.      Pendekatan Ligkungan;
2.      Pendekatan Konsep;
3.      Pendekatan Inquiry;
4.      Pendekatan Keterampilan Proses;
5.      Pendekatan Pemecahan Masalah;
6.      Pendekatan Nilai;
7.      Pendekatan Komunikatif;
8.      Pendekatan Kesejarahan;
9.      Pendekatan Tematik;
    . Pendekatan CTL;
.     Pendekatan Berbasis Proyek;
.     Pendekatan Quantum Teaching;
.     Pendekatan ITM;
     Pendekatan Koopereatif.


DAFTAR PUSTAKA
Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Bandung: Nusa Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hari Suderadjat. 2011. Manajemen Pembelajaran Tematik. Bandung: Sekar Gambir Asri.
Hartono, dkk. 2012. PAIKEM. Riau : Zanafa Publishing.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Biologi, Fisika, Kimia FPMIPA UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Alam SD/MI. 2010.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Pengetahuan Sosial FPIPS UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Sosial SD/MI. 2010.
Masruri, 2011, Negative Learning, Solo:PT Era Adi Citra Intermedia.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Sudirman, dkk. 1990. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suhada, Idad. 2010. Pendidikan IPS di SD/MI. Bandung: Solo Press.






Paket 1
PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN IPS MI

1.1.  Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau sebagai suatu proses membelajarkan peserta didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar mahasiswa mahasiswi dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran berarti sebuah komponen yang teroganisisr antara lain tujuan pembelajaran, materi pembalajan, strategi dan model pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran

1.2. Tujuan Pembelajaran IPS MI :
1.  Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan paedagogis dan psikologis.
2.  Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3.  Membangun komitmen kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4.  Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk 




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              Prinsip pembelajaran IPS
A.  Integrated
Integrasi / keterpaduan. Dalam pembelajaran IPS dapat. Dilakukan berdasarkan topik yang Terkait. Misal: Ekonomi dengan kondisi geografis.
B.  Interaksi
Manusia sebagai makhluq social. Manusia saling membutuhkan. Manusia saling bekerjasama
C.  Kesinambungan
Manusia dalam kehidupan. Terikat dengan adat /tradisi. Kebudayaan suatu masyarakat. Berubah besar kecil maka masyarakatpun. Akan mengalami perubahan
D.  Kontekstual
Sesuai dengan kondisi masyarakat
E.  Keterampilan Sosial
Bekerjasama, Tolong menolong, Gotongroyong

Paket 2
KETERAMPILAN PERENCANAAN DASAR PEMBELAJARAN IPS
 
Komponen Perencanaan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
—   Komponen  Tujuan Pembelajaran
—   Komponen Materi Pembelajaran
—   Komponen Media Pembelajaran
 Komponen Evaluasi

KomponenTujuan Pembelajaran IPS
Tipe – tipe Tujuan Pembelajaran/Instruksional 
—  Kawasan Kognitif
—  Kawasan Afektif
—  Kawasan Psokomotor

Komponen Perencanaan Materi Pembelajaran IPS:
—  Merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan – tujuan Intruksional.

Komponen Perencanaan Media Pembelajaran IPS MI
—  Pengertian media
Kata media: medius “Tengah” , ‘Perantara’ atau ‘Pengantar’. Bahasa Arab media:  perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima




Ciri – ciri media pembelajaran :
—  Ciri Fiksatif (Fixative Property)
—  Ciri Manipulatif (manipulative Property)
—  Ciri Distributif (Distributive Property)

Macam – macam Media  IPS
Dilihat dari jenis:
—   Media Auditif => media kemampuan suara saja.
—  Media Visual => hanya mengandalkan indra penglihatan.
—  Media Auto Visual =>mempunya unsur suara dan unsur gambar
Dilihat dari daya lipatnya, terbagi : 
•          Media dengan daya liput luas dan serentak. Contoh : Radio   dan televisi  
•          Media dg daya liput yg. terbatas oleh ruang dan tempat,Spt: Film, dll.
•          Media untuk pengajaran Individual spt: :pengajaran melalui komputer.
Dilihat dari bahan pembuatannya, terbagi :
—  Media sederhana => bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah
—  Media kompleks => bahan dan alat pembuatanya sulit diperoleh.

Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran IPS
—  Pemetaan Kompetensi Dasar
—  Penjabaran KD ke dalam Indikator
—  Menentukan Materi /Pokok Bahasan
—  Penyusunan Silabus
—  Penyusunan RPP

Komponen Perencanaan Evaluasi Pembelajaran IPS:
—   Penilaian tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,

Paket3
keterampilan mengajar dasar pembelajaran IPS MI

Keterampilan dasar mengajar IPS meliputi:
¨ ketrampilan membuka dan menutup pelajaran;
¨ ketrampilan menjelaskan;
¨ ketrampilan bertanya;
¨ ketrampilan memberi penguatan;
¨ ketrampilan variasi gaya mengajar
¨ ketrampilan membimbing diskusi; dan
ketrampilan membimbing kelompok kecil

Membuka Pelajaran:
 Suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal
Komponen Membuka Pelajaran
Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi:
•          Menarik minat peserta didik
•          Membangkitkan motivasi
•          Memberi acuan, dan
•          Membuat kaitan

Menutup Pelajaran:
•         Suatu kegiatan untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik
Komponen Menutup pelajaran:
¨ Meninjau kembali materi yang telah diajarkan,
¨ Mengadakan evaluasi, dan
¨ Memberikan tindak lanjut terhadap bahan yang telah diajarkan.

lKeterampilan Menjelaskan:
¨ Mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu
Komponen Ketrampilan Menjelaskan:
¨  Penyajian
¨ Bahasa harus jelas dan enak didengar.
¨ Gunakan intonasi sesuai
¨ Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
¨ Berilah definisi yang tepat.
¨ Peserta didik dapat menerima, memahami

Keterampilan bertanya;
Keterampilan bertanya dasar mencakup:
—  pertanyaan yang jelas dan singkat, 
—  pemberian acuan, pemusatan perhatian, 
—  pemindahan giliran,),
—  pemberian waktu berfikir, pemberian tuntutan.

Ketrampilan Memberi Penguatan:
—  Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku
Jenis memberi penguatan
—  1.Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian.,
—  2.Penguatan  secara nonverbal
Ketrampilan Mengadakan Variasi  bertujuan untuk :
¨ Meningkatkan perhatian peserta didik
¨ Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat
¨ Memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.
¨ Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
Macam-macam variasi mengajar:
—  variasi dalam gaya mengajar,
—  variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar,
—  variasi dalam pola interaksi, dan
—  variasi dalam kegiatan
Membimbing diskusi kelompok kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
—  Memusatkan perhatian pada tujuan dan topik diskusi
—  Memperluas masalah atau urunan pendapat
—  Menganalisis pandangan peserta didik
—  Meningkatkan partisipasi siswa
—  Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
—  Menutup diskusi

Mengajarkan Berbagai Keterampilan dalam IPS;
—  Mengajar bagaimana memahami
—  Mengajarkan sikap, minat dan nilai
—  Mengajar bagaimana berpikir
Mengajarkan Konsep, Generalisasil dan Isu :
—   Konsep: ilmu-ilmu sosial  yang disederhanakan
—  Generalisasi :Hubungan antara dua atau lebih konsep”.
—  Isu sosial: masalah-masalah masyarakat yang belum dapat diselesaikan dan mengundang perhatian  
Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan:
·       pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik
—  Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, motivasi, dan variasi tugas.
—  Membimbing dan memudahkan belajar
Cara mengajarkan konsep dan generalisasi
—  Pengalaman langsung atau baru, nyata atau disimulasikan, namun harus selalu diingat bahwa ide harus senantiasa dihubungkan dengan pengalaman sebelumnya.
Cara Mengajarkan Isu Sosial;
—  Harus disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan
—  Menyampaikan gambaran umum sosial
—  Menyampaikan tujuan pengetahuan dan pengalaman dalam menanggapi isu sosial









Paket 4
MEMAHAMI STRATEGI PEMBELAJRAN IPS-MI

Belajar merupakan proses yang disengaja untuk mengubah tingkah laku
ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Proses belajar berlangsung interaksi komponen diri manusia dengan lingkungannya
Menurut Kosasih Djahiri dan Somara, strategi belajar mengajar adalah perencanaan pengajaran dari seorang guru tentang bagaimana pengajaran akan dibawakannya
Pembelajaran IPS memiliki nilai praktis, yang harus membina individu kreatif, demokratis dan penuh tanggung jawab, serta sekaligus memiliki beban pembinaan budaya serta kehidupan yang baik, harmonis dan dinamis.
Di dalam strategi belajar  mengajar IPS hendaknnya diperhatikan :
.1. Segi program :
a.  Bersifat multi dimensionnal.
b.  Struktur ilmu sosial dipadukan dengan konsep pelajaran dan bahan lainya.
 c.   Program hendaknya cukup jelas dan dalam jangkauan peserta didik .
2. Segi peserta
1.  Menampilkan keberanian dan minat mengemukakan pendapat/ pikiran serta permasalahanya
2.  Mendorong    minat belajar.
3.   Tidak merasa adanya suasana paksaan, tekanan dan ketakutan
3.  Segi dosen :
a.  Berusaha untuk memberikan dorongan belajar dan berprestasi
b.  Menerpakan prinsip  “Pendidik inquiri dan program”.
c.  Mempunyai kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis variasi mengajar.

Strategi pembelajaran IPS
Strategi ekspositasi

strategi pembelajaran yang konvensional

Strategi Heuristik

Mahasiswa lebih banyak terlibat dalam proses belajar mengajar untuk melatih berfikir logis, kritis dan analisis









Pembelajaran IPS cara lama
Pembelajaran IPS cara baru
1.  Guru menggunakan kelas satu-satunya tempat belajar anak
Kelemahan : membosankan, tidak memunculkan kreativitas, kurang semangat, dan sebagainya.
Keunggulan : tidak memerlukan banyak biaya, fasilitas bisa lebih sedikit, dan sebagainya
1.  Guru menggunakan tempat belajar bervariasi di dalam dan di luar kelas
Kelemahan : biaya mahal, fasilitas harus lebih banyak, dan sebagainya.
Keunggulan : memunculkan kreativitas, tidak cepat bosan, bersemangat, dan sebagainya.

2.  Guru mengajar lebih banyak memakai metode ceramah
Kelemahan : membosankan, daya ingat yang terbatas pada anak, melelahkan, dan sebagainya.
Keunggulan : semua materi bisa tersampaikan, sesuai untuk jumlah peserta didik yang banyak, dan sebagainya
2.  Guru mengajar dengan memakai berbagai metode yang menunjang anak aktif dan kreatif
Kelemahan : menuntut fasilitas yang lebih banyak, persiapan mengajar lebih rumit, dan sebagainya
Keunggulan : tidak menimbulkan kejenuhan, selalu muncul gagasan baru, dan sebagainya 
3.  Guru memberi pelayanan bantuan dan bimbingan kepada anak disamaratakan
Kelemahan : tidak efektif dalam menyelesaikan masalah, menimbulkan kesalahpahaman, dan sebagainya
Keunggulan : waktu penanganan lebih cepat, dapat dibuat standar pelayanan, dan sebagainya
3.  Guru memberi pelayanan bantuan dan bimbingan kepada anak berdasarkan perseorangan
Kelemahan : merepotkan, membutuhkan waktu yang banyak, dan sebagainya
Keunggulan : masalah terselesaikan dengan efektif, menimbulkan kepercayaan diri, dan sebagaianya



[1][1] Drs. Muhaimin, M.A.et.al. Paradigma Pendidikan Islam. 2001. Malang. PT.Remaja Rosda Karya, hlm. 164.
[2][2] Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Pengetahuan Sosial FPIPS UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Sosial SD/MI. 2010, hlm. 2.
[3][3] Florence Beetlestone, Creative Learning, Bandung: Nusa Media, 2012, hlm. 68.
[4][4]  Ibid, hlm. 232.
[5][5] Idad Suhada, Pendidikan IPS di SD/MI, Bandung: Solo Press, 2010, hlm. 64
[6][6] Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Risdakarya, 1990, hlm. 169.
[7][7] Florence Beetlestone, op.cit,  hlm. 119
[8][8] Sertifikasi Guru Rayon 10 Universitas Pendidikan Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI, 2010, hlm. 149.
[9][9] Idad Suhada, op. cit.  hlm.60
[10][10] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, hlm. 185.
[11][11] Ibid, hlm. 180.
[12][12] Masruri, Negative Learning, Solo:PT Era Adi Citra Intermedia, 2011, hlm. 49.
[13][13] Hari Suderadjat, Manajemen Pembelajaran Tematik, Bandung: Sekar Gambir Asri, 2011, hlm. 4.
[14][14] Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010,  hlm. 163.
[15][15] Hartono, PAIKEM, Riau: Zanafa Publishing, 2012, hlm. 50.