PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendekatan sejarah sosial dalam pemikiran hukum Islam pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara si pemikir dengan lingkungan sosio-kultural atau sosio-politiknya. Oleh karena itu, produk pemikiran yang ada sebenarnya bergantungan kepada lingkungannya. Pendekatan ini memperkuat alasan dengan menunjuk kepada kenyataan sejarah bahwa produk-produk pemikiran yang sering dianggap sebagai hukum Islam itu sebenarnya tidak lebih dari hasil interpretasi tersebut. Menurut Atho Mudzar, pendekatan ini penting sedikitnya karena dua hal; pertama, untuk meletakkan produk pemikiran hukum Islam itu pada tempat seharusnya; kedua, untuk memberikan tambahan keberanian kepada pemikir hukum Islam sekarang untuk tidak ragu-ragu bila merasa perlu melakukan perubahan terhadap suatu produk pemikiran hukum. Sejarah telah membuktikan bahwa umat Islam di berbagai penjuru dunia telah melakukanya tanpa sedikitpun merasa keluar dari hukum Islam. Pendekatan sejarah sosial bertugas menelusuri bukti-bukti sejarah itu.
Makalah ini berusaha menganalisis sebuah produk hukum Islam yaitu Kitab Al Amwal karya Abu Ubaid, Kitab ini menjadi pilihan karena secara substansi berisi pemikiran hukum Islam dari masa klasik, sesuai dengan adanya pembidangan di atas maka Kitab ini dapat dikatakan sebagai rujukan dalam pembentukan "Fiqh ekonomi". Hal ini karena pemikiran Abu Ubaid didasarkan atas sumber-sumber otentik berupa Qur'an dan Hadist untuk kemudian dapat dimaknai dalam pembentukan pranata sosial berupa pengembangan institusi ekonomi yang sangat dibutuhkan manusia pada saat ini. Tentu saja dalam tulisan ini akan digunakan pendekatan sejarah sosial hukum Islam Abu Ubaid, Biografi, Latar Belakang dan Pendekatannya.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Abu Ubaid ?
2. Apa saja pemikiran ekonomi Abu Ubaid ?
3. Bagaimana reformasi distribusi zakat menurut Abu Ubaid ?
4. Apa uang antara fungsi dan alat menurut Abu Ubaid ?
PEMBAHASAN
Riwayat Hidup
Abu Ubaid yang dikenal sebagai bapak ekonomi Islam pertama. Nama lengkapnya adalah Al-Qasim bin Sallam bin Miskin bin Zaid Al-Harawi Al-Azadi Al-Baghdadi. Ia dilahirkan pada tahun 150 H di kota Harrah, Khurasan, barat laut Afghanistan. Setelah memperoleh ilmu yang memadai di kota kelahiranyakarena berkembangnya madzhab Hanafi, dan pada usia 20 tahun, Abu Ubaid pergi untuk menuntut ilmu ke berbagai kota, seperti Kufah, Basrah, dan Baghdad. Ilmu-ilmu yang dipelajarinya, antara lain mencakup ilmu tata bahasa Arab, qira’at, tafsir, hadits, dan fiqih. Pada tahun 192 H, Tsabit ibn Nasr ibn Malik, Gubernur Thugur pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyi, mengangkat Abu Ubaid sebagai qadhi (hakim) di Tarsus hingga tahun 210 H. setelah itu, penulis kitabAl-Amwal ini tinggaldi Baghdad selama 10 tahun. Pada tahun 219 H, setelah berhaji, ia menetap di Mekah sampai wafatnya. Ia meninggal pada tahun 224 H.
Pemikiran Ekonomi
Abu Ubaid merupakan seoarang ahli hadits (muhaddits) dan ahli fiqih (fuqaha) terkemuka di masa hidupnya. Selama menjabat qadi di Tarsus, ia sering menangani berbagai kasus pertanahan dan perpajakan serta menyelesaikanya dengan sangat baik.
Filosofi yang dikembangkan Abu Ubaid bukan merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan prktis, tetapai hanya merupakan sebuah pendekatan yang bersifat professional dan teknokrat yang bersandar pada kemampuan teknis. Berdasarkan hal tersebut, Abu Ubaid berhasil menjadi salah seorang cendikiawan Muslim terkemuka pada awal abad ketiga Hijriyah (abad kesembilan Masehi) yang menetapkan revitalisasi system perekonomian berdasarkan Al-quran dan hadis melalui reformasi dasar-dasar kebijakn keuangandan institusinya.
Berkat pengetahuan dan wawasanya yang begitu luas dalam berbagai bidang ilmu, beberapa Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mengklaim bahwa Abu Ubaid berasal dari madzhab mereka, walaupun fakta-fakta menunjukkan bahwa Abu Ubaid adalah seorang fuqaha yang independen. Dalam kitab al- Amwal, Abu Ubaid tidak sekalipun menyebut nama Abu Abdullah Muhammad ibn Idris Al-Syafi’I maupun nama Ahmad ibn Hanbal. Sebaliknya, Abu Ubaid sering kali mengutip pandangan Malik ibn Anas, salah seorang gurunya yang juga guru Al-Syafi’i. Di samping itu, ia juga mengutip beberapa ijtihad Abu Hanifah , Abu Yusuf dan Muhammad ibn Al-Hasan Al-Syaibani, tetapi hampir seluruh pendapat mereka ditolaknya.
Disisi lain, Abu Ubaid pernah di tuduh oleh Husain ibn Ali Al- Karabisi seorang plagiator terhadap karya-karya Asy-Syafi’I, termasuk dalam hal penulisan kitab Al-Amwal, Akan tetapi kebenaran hal ini sangat sulit untuk dibuktikan mengingat Abu Ubaid dan Asy-Syafi’I (termasuk Ahmad ibn Hanbal) pernah belajar dari ulama yang sama, bahkan mereka saling belajar satu sama lainya. Dengan demikian, tidak mengejutkan jika terdapat kesamaan dalam pandangan-pandangan antara kedua tokoh besartersebut, sekalipun kadang-kadang Abu Ubaid mengambil posisi yang bersebrangan dengan Asy-Syafi’I denagan tanpa menyebut nama.
Secara utuh, pemikiran Abu Ubaid tertuang dalam Kitab Al- Amwal Kitab ini pada bab pendahuluan ,Abu Ubaid secara singkat membahas hak dan kewajiban pemerintah terhadap rakyatnya serta hak dan kewajiban rakyat terhadap pemerintahanya, dengan studi khusus mengenai kebutuhan terhadap suatu pemerintahan yang adil. Pada bab selanjutnya yang merupakan bab pelengkap, Kitab ini menguraikan berbagai jenis pemasukan Negara yang dipercayakan kepada penguasa atas nama rakyat serta berbagai landasan hukumnya dalam Al-Quran dan Assunnah.
Tiga bagian pertama dari Kitab Al- Amwal meliputi beberapa bab yang membahas penerimaan fai. Dalam hal ini, menurut Abu Ubaid, fai juga mencakup pendapatan Negara yang berasal dari jizyah, kharaj, dan ushr, tetapi ushr dibahas dalam bab shadaqah. Adapun ghanimah, (harta ranpasan perang) dan fidyah (tebusan untuk tawanan perang), pembahasannya masuk dalam babfai.
Pada bagian keempat, sesuai dengan perluasan wilayah Islam pada masa klasik, Kitab Al- Amwal berisi pembahasan mengenahi pertanahan, administrasi, hukum internasional, dan hukum perang. Setelah bagian kelima membahas distribusi pendapatan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa Kitab Al-Amwal secara khusus memfokuskan perhatiannya pada masalah keuangan publik (public finance) sekalipun mayoritas materi yang ada di dalamnya membahas permasalahan administrasi pemerintahan secara umum.
Secara umum, pada masa Abu Ubaid, pertanian di pandang sebagai sektor usaha yang paling baik dan utama karena menyediakan kebutuhan dasar, makanan, dan sumber utama pendapatan negara. Hal ini menjadikan masalah perbaikan sektor pertanian menjadi isu utama, bukan masalah pertumbuhan ekonomi dalam pengertian modern. Oleh karena itu, Abu Ubaid mengarahkan sasaranya pada persoalan legitimasi sosio-politik ekonomi yang stabil dan adil.
Di sisi lain, Abu Ubaid juga menekankan bahwa pembendaharaan negara tidak boleh di salahgunakan atau di manfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain pebendaharaan negara harus di gunakan untuk kepentingan public. Ketika membahas tariff atau persentase untuk kharaj dan jizyah, iamenyinggung pentingnya keseimbangan antara kekuatan finansial penduduk nonmuslim yang dalam terminology finansial modrn di sebut sebagai capacity to pay dengan kepentingan golongan muslim yang berhak menerimanya.
Abu Ubaid membangun suatu negara Islam berdasarkan administrasi, pertahanan, pendidikan, hukum, dan kasih saying. Karaktristik tersebut hanya di berikan oleh Alloh SWT. Kepada kaum urban (perkotaan). Kaum badui yang tidak memberikan kontribusi sebesar yang telah di lakukan kaum urban. Tidak bias memperoleh manfaat pendapatanfaisebanyak kaum urban. Dalam hal ini, kaum badui tidak berhak menerima tunjagan dan provisi dari negara. Mereka memiliki hak klaim, sementara terhadap penerimaan fai hanya pada saat terjadi tiga kondisisi kritis, yakni ketika terjadiinvasi musuh , kemarau panjang (qa’ihah), dan kerusuhan sipil (fatq). Abu Ubaid memperluas cakupan kaum badui dengan memasukkan golongan masyarakat pegunungan dan pedesaan.
Pandangan Abu Ubaid tersebut degan jelas membedakan antara gaya hidup kaum badui dan kultur menetap kaum urban dan membangun fondasi masyarakat muslim berdasarkan martabat kaum urban, solidaritas serta kerja sama merasakan komitmen dan kohesi sosial beroriantasi urban,vertical dan horizontal, sebagai unsur esensial dari stabilitas sosio-politik dan makro ekonomi.
Abu Ubaid mengakui adanya kepemilikan pribadi dan kepemilikan public. Dalam hal kepemilikan, pemikiran Abu Ubaid yang khas adalah mengenai hubungan antara kepemilikan dan kebijakan perbalkanpertanian. Secara implisit, Abu Ubaid mengemukakan bahwa kebijakan pemerintahan, seperti iqta’ tanah gurun dan deklarasi resmi terhadap kepemilikan individualatas tanah tandus yang disuburkan, merupakan insentif untukmeningkatkan produksi pertanian. Oleh karena itu, tanah yang diberikan dengan persyaratan untuk diolah dan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, jika dibiarkan menganggur selama tiga tahun berturut-turut,akan dikenai denda kemudian dialihkan kepemilikanyaoleh penguasa.
Dalam pandangan Abu Ubaid, sumber daya publik, seperti air, padang rumput, dan api tidak boleh dimonopoli seperti hima’ (taman pribadi). Seluruh sumber daya ini hanya dapat dimasukkan ke dalam kepemilikan negara yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Reformasi Distribusi Zakat
Abu Ubaid sangat menentang pendapat yang menyatakan bahwa pembagian harta zakat harus dilakukan secara merata di antara delapan kelompok penerima zakat dan cenderung menentukan suatu batas tertinggiterhadap bagian perorangan. Bagi Abu Ubaid, yang paling penting adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seberapa pun besarnya, serta menyelamatkan orang-orang dari bahaya kelaparan. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, Abu Ubaid tidak memberikan hak penerimaan zakat kepada orang-orang yang memiliki 40 dirham atau harta lainya yang setara, di samping baju, pakaian, rumah, dan pelayan yang dianggap sebagai suatu kebutuhan standar hidup minimum. Pendekatan yang digunakan Abu Ubaid ini mengindikasikanadanya tiga kelompok sosio-ekonomi yang terkait dengan status zakat, yaitu:
Kalangan kaya terkena wajib zakat.
Kalangan menengah yang tidak terkena wajib zakat, tetapi juga tidak berhak menerima zakat.
Kalangan penerima zakat.
Berkaitan dengan distribusi kekayaan melalui zakat, secara umum, Abu Ubaid mengadopsi prinsip bagi setiap orang adalah menurut kebutuhanya masing-masing. Lebih jauh, ketika membahas kebijakan penguasa dalam hal jumlah zakat (atau zakat) yang diberikan kepada para pengumpulnya (amil), pada prinsipnya, ia lebihcenderung pada prinsip “bagi setiap oaring adalah sesuai dengan haknya”.
Uang antara Fungsi dan Alat
Pada prinsipnya, Abu Ubaid mengakui adanya dua fungsi uang, yakni sebagai standar nilai pertukaran (standard of exchange value) dan media pertukaran (medium of exchange). Dalam hal ini, ia menyatakan,
“Hal yang tidak diragukan lagi bahwa emas dan perak tidak layak untukapa pun, kecuali keduanya menjadi harga dari barang dan jasa. Keuntungan yang paling tinggi yang dapat diperoleh dari kedua benda ini adalah pengunaanya untuk membeli sesuatu (infaq).”
Pernyataan Abu Ubaid tersebut menunjukkan bahwa ia mendukung teori konvisional mengenai uang logam, walaupun sama sekali tidak menjelaskan mengapa emas dan peraktidak layak untuk apa pun, kecuali keduanya menjadi harga daribarang dan jasa. Tampaknya Abu Ubaid merujuk pada kegunaan umum dan relatif konstannya nilai dari kedua dari benda tersebut dibandingkan dengan komoditas yang lainya.
Salah satu ciri khas Kitab Al-Amwal di antara kitab-kitab lainyang membahas keuangan publik (public finance) adalah pembahasan tentang timbangan dan ukuran, yang biasa digunakan dalam menghitung beberapa kewajiban agama yang berkaitan dengan harta atau denda, dalam satu babkhusus.
Abu Ubaid dalam kitabnya ingin menyatakan bahwa segala kebijakan yang hanya menguntungkan sekelompok masyarakat dan membebani sekelompok masyarakat lainnya harus di hindari negara semaksimal mungkin. Pemerintah harus mengatur harta kekayaan negara agar tidak disalah gunakan sehingga tidak menggangu atau mengurangi manfaat bagi masyarakat umum.
Pandangan pandangan Abu Ubaid juga merefleksikan perlunya memilihara dan mempertahankan keseimbangan antara hak dan kewjiban masyarakat, rasa persatuan, dan tanggung jkawab bersama. Abu Ubaid juga secara tegas menyatakan bahwa pemerintah wajib memberikan jaminan setandar kehidupan yang layak bagi setiap individu dalam sebuah masyarakat muslim.
PENUTUP
KESIMPULAN
, Abu Ubaid bernama lengkap Al-Qasim bin Sallam bin Miskin bin Zaid Al-Harawi Al-Azdi Al-Albaghdadi. Ia lahir pada tahun 150 H di kota Harrah, khurasan, setelah barat laut Af-ghanistan. Ayahnya keturunan Bayznatium yang menjadi maulasuku azad. Bila dilihat dari sisi masa hidupnya yang relative dekat dengan masa hidup rasulullah SAW. Jadi Abu Ubaid pantas disebut sebagai pemimpin dari pemikiran ekonomi madzhab klasik. Dan banyak para pemikir Islam yang mengikuti langkah dan pemikiran Abu Ubaid.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan:
Abu Ubaid, tampak jelas berusaha untuk mengartikulasikan ajaran Islam dan aktivitas kehidupan umat manusia sehari-hari.
Abu Ubaid juga merefleksikan perlunya memelihara dan mempertahankan keseimbanganantara hak dan kewajibanmasyarakat.
Abu Ubaid secara tegas menyatakan bahwa pemerintah wajib memberikan jaminan standar kehidupan yang layak bagi setiap individu dalam sebuah masyarakat muslim.
Abu Ubaid mengakui adanya dua fungsi uang yakni sebagai setandar nilai pertukaran dan media pertukaran.
DAFTAR PUSTAKA
Karim Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012)
Hans Gottschalk, Abu Ubaid Al-Qasim bi Sallman: Study zur Geschichte der Arabischen biographie, Dalam der islam, 23, (1936)
Abdullah Boedi, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: PT Pustaka Setia, 2010)
Abu Ubaid Al-Qosim Bin Sallam, Al-Anwal Beirut: t.p.,1989.
Jumat, 27 Maret 2015
Senin, 16 Maret 2015
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di
dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan
sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan
yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu
ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan
dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama,
sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang
dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama,
terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut
akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui
arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa
pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu
senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang
persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka
tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor
dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan
kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak
tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti
;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7
tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang
mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka,
dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi
masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka
miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak
tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan
kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina
kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada
anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya
;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku
lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya
mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan
perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja
berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia
anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit
lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah
melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling
mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan
teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan
berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di
antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah
seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah
seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah
seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan
pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua
ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah
menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa
saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan
mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang
terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling
pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi
mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman
harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan
pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang
sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan
permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau
problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu
permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring
dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang
menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena
salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita
dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa
berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan
memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan
Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada
anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena
kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu
diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer
tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial
anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat
mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
-
Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
-
Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan
anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak
populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan
pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa
lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan
juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak
pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa
membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi
positifnya dari pada sisi
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui
oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini
merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya
mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi
mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi
negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya
dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut
tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain
diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali
disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang
tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah,
bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut
dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah
dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan
mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani
diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat
menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah
anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi
dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara
bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih
sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan
mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak
mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya
dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut
trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya
anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah
membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status
sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa
dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan
dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut
dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki
intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak
populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang
asing.
4. Nama
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat
membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu
hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi
anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal,
akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang
lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri,
biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa
membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik,
reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan
anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5
tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak
menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan
pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi
masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya
diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik
rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang
negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer
karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain
; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka
menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Secara umum faktor-faktor di atas terdapat
pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status
sosial anak, tetapi tidak selamanya anak
populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak
yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya,
cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak
popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang
bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus,
dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang
dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang
rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih
mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan
anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko
adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan
karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan
atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku
dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang
terasingkan, antara lain ;
-
secara terbuka mereka diasingkan
-
sering terlibat dalam hal-hal
kejadian interaksi yang negatif
-
mempunyai masalah perilaku
-
sering memperlihatkan perilaku
agresif
-
mempunyai status negatif yang
stabil
-
sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan,
berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan
yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka
diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti
dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu
mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga
pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau
mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di
luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal
anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola,
kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan
anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja
dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan
tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak
yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa
mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh
anak yang terasing tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara
yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan
mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan
dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak
Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa
yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi
di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan
semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya
mereka bisa mandiri.
Pendekatan Pembelajaran IPS di SD/MI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi seorang guru, menguasai materi
pembelajaran saja belum cukup. Baginya diperlukan keterampilan khusus untuk
dapat menyampaikan materi tersebut dengan lebih berhasil. Penguasaan metodologi
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampunya dan
sesuai dengan karakteistik anak didiknya menjadi syarat yang tidak bisa ditawar
lagi.
Salah satu rujukan dalam memilih
pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPS adalah dengan mempertimbangkan
tujuan dan ruang lingkup kajian pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Sebagaimana diketahui, dalam banyak
hal tujuan pembelajaran IPS di Indonesia memiliki kesamaan dengan tujuan Social
Studies di Amerika Serikat dan tujuan SOSE (Studies
of Society and Environment) di Australia.
Untuk mencapai tujuan Social
Studies, terdapat beberapa prinsip yang bisa diikuti dalam pembelajaran IPS,
yakni :
1.
Pembelajaran IPS yang bermakna;
2.
Pembelajaran IPS yang integrative;
3.
Pembelajaran IPS yang berbasis nilai;
4.
Pembelajaran IPS yang menantang;
5.
Pembelajaran IPS yang aktif;
Untuk itu diperlukannya sebuah
pendekatan yang cocok bagi peserta didik agar pada pembelajarannya sesuai
dengan prinsip-prinsip pembelajaran IPS untuk mencapai pemahaman peserta didik
terhadap sebuah pembelajaran terutama pembelajaran IPS.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran IPS?
2. Apa
prinsip-prinsip pembelajaran IPS?
3. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan ?
4.
Pendekatan apa saja yang cocok untuk pembelajaran IPS ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pembelajaran IPS
Pembelajaran terkait dengan
bagaimanan (how to) membelajarkan
peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah
dan terdorong oleh kamauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam
kurikulum sebagai kebutuhan (needs)
peserta didik. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan
karakteristik isi bidang studi IPS yang terkandung di dalam kurikulum, yang
menurut Sujana (1987) disebut kurikulum ideal/potensial.
Pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan peserta didik. Istilah pembelajaran lebih tepat digunakan karena
ia menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar seseorang. Di
samping itu, ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk
mengungkapkan tujuan pendekatan pembelajaran dalam upaya membelajarkan peserta
didik.[1][1]
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh
berkembang sesuai dengan maksusd dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di
sekolah/madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi dengan sendirinya,
yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang
terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social
learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan
tujuan (goal based). Oleh karenanya,
segala kegiatan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran harus direncanakan
dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
IPS sendiri merupakana nama mata
pelajaran di tingkat Sekolah Dasar. Istilah IPS di Sekolah Dasar merupakan nama
mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep
disiplin ilmu sosila, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah social
kehidupan. Materi IPS untuk jenjang Sekolah Dasar tidak terlihat aspek disiplin
ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogic dan psikologis
serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistic.[2][2]
Jadi pembelajaran IPS merupakan upaya
untuk membelajarkan peserta didik dalam ilmu social, humaniora, dan masalah
social kehidupan.
B.
Prinsip-prinsip Pembelajaran IPS
Untuk mencapai proses pembelajaran
efektif dan efisien, terdapat beberapa prinsip yang bias diikuti dalam proses pembelajaran IPS yakni :
1.
Social studies teaching
and learning
are powerful when they are meaningful atau biasa disebut pembelajaran IPS yang
bermakna.
2.
Social
studies teaching and learning are powerful when they are integrative.
3.
Social studies
teaching and learning are powerful when they are value-based atau biasa disebut
pembelajaran IPS
yang berbasis nilai
4.
Social
studies teaching and learning are powerful when they are challenging yang bias
disebut pembelajaran IPS yang menantang
5.
Social
studies teaching and learning are powerful when they are active atau biasa
disebut pembelajaran IPS yang aktif.
C. Pendekatan
Pembelajaran IPS
Pendekatan Pembelajaran merupakan titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu atau landasan sikap dan persepsi guru tentang
bagaimana kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan.
Sudut
pandang sikap dan
persepsi guru ini akan menjadi dasar bagi tindakan guru dalam melaksanakan
aktifitas proses pembelajaran.
Sebuah pendekatan kurikulum dengan
basis yang luas, yang memberikan waktu lebih banyak bagi peserta didik untuk
diskusi, drama, berbagai macam kegiatan seni, dan musik serta gerakan. Kegiatan
semacam itu memberikan sarana untuk untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional,
intelektual, fisik, dan perkembangan kreatif, yang akan meningkatkan rasa
percaya diri dan pendekatan-pendekatan yang lebih termotivasi pada pembelajaran
lainnya.[3][3]
Merujuk pada prinsip pembelajaran IPS,
bahwa pendekatan pembelajaran IPS baiknya menggunakan pendekatan yang bersifat
CBSA dan PAIKEM. Pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran
yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional peserta
didik dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik peserta didik apabila
diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/fisik peserta didik serta
optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan peserta didik
bagaimana belajar memperoleh dam memproses perolehan belajarnya tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Sedangkan pendekatan PAIKEM secara garis besar memiliki gambaran
sebagai berikut:
1.
Peserta didik
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada learning by doing.
2.
Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik , menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3.
Guru mengatur
kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan
‘pojok baca’.
4.
Guru menerapkan
cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
5.
Guru mendorong
peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
Dalam PAIKEM perlu diperhatikan:
1.
Memahami sifat yang dimiliki anak didik.
2.
Mengenala anak seacara perorangan.
3.
Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
4.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah.
5.
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
6.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
7.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
8.
Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
Jadi kesimpulannya PAIKEM merupakan pembelajaran yang dirancang
hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik, mengembangkan keratifitas yang pada akhirnya efektif, akan tetapi tetap
menyenangkan bagi peserta didik.
Pendekatan-pendekatan
pembelajaran IPS yang lainnya, diantaanya sebagai berikut :
1.
Pendekatan Lingkungan
Dalam pendekatan lingkungan, IPS
sebagai mata pelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk bermasyarakat,
perlu memperhatikan lingkungan sebagai topik kajian, baik lingkungan sosial
budaya maupun lingkungan fisik. Pendekatan
ini bisa diawali dari lingkungan peserta didik yang paling dekat yaitu
keluarga, untuk menanamkan nilai moral dan aktifitas bermasyarakat. Guru perlu
mencermati lingkungan sebagai aspek yang berperan dalam membentuk perilaku
peserta didik, seperti: lingkungan kauman, lingkungan perdagangan, lingkungan
pertanian dsb.
Anak-anak usia sekolah dasar
biasanya memiliki kepedulian yang mendalam terhadap sekelilingnya, yang jika
doberi dukungan, akan mampu memikirkan tentang cara-cara yang imajinatif untuk
mencitrakan lingkungan yang ‘hijau’. Selain itu mengunjungi tempat terbuka di
sekitar sekolah akan meningkatkan kesadaran anak-anak dan memberikan ide bagi
mereka untuk mengembangkannya lebih jauh
di sekolah.[4][4]
2.
Pendekatan Konsep
Konsep merupakan generalisasi yang
membantu mengklasifikasikan dan mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman
serta untuk memprediksi. Menurut Florence Beetlestone konsep adalah unsur yang
merepresentasikan masalah yang paling utamakarena ia sering diasumsikan sebagai
sesuatu yang statis. Apabila orang menyadari bahwa konsep itu terus berubah dan
terus diadaptasi karena adanya pengalaman, pikiran, dan perasaan, maka pentingnya mengembangkan dan
mengekspresikan kreatifitas akan terlihat.
Pendekatan konsep menekankan bahwa
pemahaman konsep sangat mempengaruhi perilaku peserta didik. Konsep tentang
keadilan, kesejahteraan, demokrasi, kerjasama, tanggung jawab, dsb. merupakan
konsep-konsep yang harus dipahami peserta didik, bukan sekedar diketahui atau
dihafalkan. Pemahaman ini akan membimbing peserta didik untuk bisa menghayati
yang pada akhirnya mampu mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.
3.
Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk mencari dan menemukan
sendiri sesuatu yang baru sebagai hasil belajar.[5][5]
Pendekatan Inquiry adalah suatu
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa.[6][6]
Pendekatan inkuiri, diawali dengan
suatu pertanyaan atau permasalahan yang mengajak peserta didik untuk ikut
berfikir dalam memecahkan permasalahan. Dalam proses inkuiri, akan tumbuh dan
berkembang secara spontan rasa ingin tahu dan berpartisipasi dalam pemecahan
masalah melalui tanya jawab yang didesain oleh guru. Dalam kegiatan berinkuiri
bisa menghasilkan suatu gagasan, ide, solusi, atau menemukan sesuatu yang
dicarinya. Pendekatan ini bertujuan membimbing peserta didik agar menemukan fakta, konsep dan
pemahaman sendiri dengan campur tangan guru secara tepat pada simpul-simpul
masalah tertentu dengan timing yang tepat.
Melalui pendekatan inquiry diharapkan
guru dapat membuat pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi
antara gagasan yang diyakini peserta didik sebelumnya dengan suatu bukti baru
untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses eksplorasi
atau pengujian gagasan baru.
4.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses,
bertujuan menumbuhkan keterampilan yang
berkaitan dengan sutu proses tertentu yang perlu dilatihkan. Menanamkan
perilaku tertentu biasanya perlu dilatih dan dibiasakan sehingga nanti akan
muncul perilaku yang diharapkan dalam bermasyarakat. Keterampilan proses bisa
dimulai dari mencari informasi sampai nanti bisa menginformasikannya.
Sumber-sumber menumbuhkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPS antara
lain peta, globe, gambar atau foto, grafik, diagram dsb.
Kesadaran terhadap manfaat yang akan
diberikan anak-anak melalui proses dan hasil akhir kegiatan mereka akan
memberikan kita kemampuan untuk mengartikulasikan manfaat-manfaat ini dan untuk
menggunakan display sekolah dan rapat staf sekolah untuk mempromosikan
contoh-contoh kualitas pembelajaran anak-anak. [7][7]
Beberapa kemampuan atau keterampilan
mendasar yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan proses diantaranya:
a.
Kemampuan Mengobservasi
b.
Membuat Hipotesis
c.
Merencanakan Percobaan
d.
Mengendalikan Variabel
e.
Menginterpretasi Data
f.
Menyusun Kesimpulan Sementara
g.
Memprediksi
h.
Menerapkan
i.
Mengkomunikasikan
5.
Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah, akan
mengenalkan peserta didik pada masalah-masalah dalam kehidupan di masyarakat.
Misalnya masalah lingkungan hidup yang tidak bersih, tata tertib di sekolah
yang belum dipatuhi, masalah narkoba, kenakalan remaja, kemiskinan dan
sebagainya, bisa kenalkan pada peserta didik dan untuk mengungkap bagaimana
respon peserta didik terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Moffit mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran
pemecahan masalah menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
peserta didik untuk belajar berpikir kritis, dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata
pelajaran. [8][8]
6.
Pendekatan Deduktif-Induktif
Pendekatan Deduktif dan Induktif
termasuk kedalam jenis pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional merupakan
pendekatan di mana guru cenderung lebih aktif dibanding peserta didik dan
metodenya cenderung monoton.
Pendekatan atau model pembelajaran
tradisional cenderung berasumsi bahwa peserta didik memiliki kebutuhan yang
sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang kelas
yang tenang, dengan kegiatan materi pembelajaran yang terstruktur secara ketat
dan didominasi oleh guru.[9][9]
Adapun pendekatan induktif, diawali
dari mengemukakan kenyataan-kenyataan yang ada di dalam masyarakat berikut
fakta dan datanya. Guru dapat
mengangkat contoh-contoh kongkrit, dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat,
kemudian ditarik generalisasinya dari fakta dan data tersebut menjadi sebuah
konsep. Misalnya tentang kemiskinan, korupsi, lapangan pekerjaan, kesejahtaraan
dsb. Adapun pengolahan pesan secara Induktif bermula dari fakta atau peristiwa
khusus, penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, penyusunan generalisasi
berdasarkan konsep-konsep, terapan generalisasi pada data baru, dan penarikan
kesimpulan.[10][10]
Pendekatan deduktif, diawali dari
konsep-konsep yang telah dipahami oleh peserta didik kemudian dicarikan
contoh-contoh fakta dan data pendukungnya di masyarakat. Pendekatan induktif
dan deduktif menjadi saling menunjang untuk menanamkan konsep pada peserta
didik. Untuk peserta didik Sekolah Dasar, pembelajaran bisa dimulai dari yang
kongkrit menuju abstrak, dari yang sederhana menuju kompleks, dari yang mudah
menuju sulit dan dari yang dekat menuju ke yang jauh.
Adapun pengolahan pesan secara
deduktif yang pertama dimulai dengan guru mengemukakan generalisasi, kedua
penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep, dan ketiga pencarian data yang
dilakukan oleh peserta didik. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji
kebenaran generalisasi.[11][11]
7.
Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai, dikembangkan untuk
menumbuhkan sikap dan toleransi peserta didik dalam berperilaku dimasyarakat,
menumbuhkan kepekaan dan rasa tanggung jawab sosial dengan didasari oleh
pengetahuan dan keterampilan sosial. Sikap
demokratis dan semangat bekerjasama maupun berkompetisi perlu ditumbuhkan sejak
dini.
Pembelajaran IPS bermuatan nilai
relevan dengan salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 yang menyatakan
bahwa muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan
iman, taqwa, dan akhlak mulia.
Pengembangan etika dilaksanakan dalam
rangka penanaman sikap dan nilai-nilai ilmiah, sosial, dan moral, termasuk
menghargai dan mengangkat nilai-nilai pluralitas dan nilai-nilai universal.
Contoh materi pada pelajaran IPS yaitu mengenai Individu dan Masyarakat,
Manusia dan Lingkungannya, Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan
Indonesia, Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan, dan HAM, Demokrasi,
dan Penegakan Hukum.
8.
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif, mengutamakan
efektifitas komunikasi guru dan peserta didik. Pendekatan ini memperhatikan
tingkat kematangan kognitif peserta didik dan sekuensial materi atau istilah
bahasa yang digunakan guru adalah bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami
oleh peserta didik. Bahasa dan istilah-istilah yang digunakan guru haruslah
dimengerti dan dipahami sehingga tidak terjadi miskonsepsi atau salah
pengertian.
Dalam pendekatan komunikatif ini
diharapkan muncul komunikasi karakter, yaitu komunikasi antardua atau lebih
individu yang berjalan secara terus menerus dalam waktu yang panjang, sehingga
perilaku muncul sebagai karakter dan terkomunikasikan secara domain. Karakter
disini meliputi perilaku fisik, seperti sopan, lembut, tegas, keras, kasar, dan
sebagainya.[12][12]
9.
Pendekatan Kesejarahan
Pendekatan kesejarahan, mengungkap
peristiwa masa lalu yang bisa dijadikan contoh (baik maupun tidak baik) bagi
peserta didik, sehingga peserta didik bisa mengambil makna dan hikmahnya dari
peristiwa masa lalu tersebut. Belajar dari nilai-nilai sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan maupun peristiwa-peristiwa lain
dimasa lalu perlu dikembangkan untuk menjadi contoh pengalaman dan pedoman bagi
masa mendatang.
10. Pendekatan Tematik
Anak sekolah dasar terutama pada
tingkat rendah memerlukan fasilitas belajar tidak dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah-pisah melainkan dalam tema yang merupakan integrasi materi dari
semua mata pelajaran.[13][13]
Pendekatan tematik, dikembangkan
untuk memberikan wawasan peserta didik yang komprehensif terhadap tema yang
ditampilkan. Misalnya tema lingkungan hidup, hasil pembangunan, demokratisasi
dan sebagai bisa dikembangkan pada pemahaman peserta didik yang lebih
komprehensif.
11. Pendekatan CTL (Contekstual
Teacher and Learning)
Pembelajaran ini merupakan suatu model
pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengkaitkan materi pelajaran
dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik mengaitkan antara
pengetahuan yang dipelajari dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pengajaran kontekstual adalah
pengajaran yang memungkinkan peserta didik-siswi TK sampai dengan SMA untuk
menguatkan, memperluas, dan menerapkan penegetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan dalam-sekolah dan luar-sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang simulasikan.
Adapun komponen pembelajaran yang harus
ada pada pendekatan kontekstual, diantaranya: (a) Contructivisme
(Kontruktivisme), (b) Questioning (bertanya), (c) Inquiry (menemukan), (d)
Learning Community (Masyarakat Belajar), (e) Modeling (Pemodelan), (f)
Reflection (Refleksi), (g) Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya)[14][14], yang mana
saat proses pembelajaran berlangsung diselenggarakan dalam suasana pemecahan
masalah. yang menggunakan contoh dan permasalahan konkrit kekinian dan relevan
dengan situasional lingkungan peserta didik.
12. Pendekatan Berbasis Proyek
Pendekatan ini merupakan dimana peserta
didik dalam proses belajar memecahkan suatu permasalahan menggunakan prosedur
yang membutuhkan kemandirian dan suasana kerjasama tim yang solid.
13. Pendekatan Quantum Teaching
Pendekatan Quantum Teaching merupakan
ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan
pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada.[15][15]
Pendekatan ini dilakukan ketika dimana
peserta didik ditempatkan pada subyek pembelajaran dalam suasana pengelolaan
kelas yang atraktif, dan komunikatif
sehingga proses belajar menjadi lebih menantang, menyenangkan dan memotivasi.
Adapun karakteristik umum Pendekatan
Quantum Teaching, dinatarnya:
a.
Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif
b. Lebih
bersifat humanistis
c.
Bersifat Konstruktivis
d.
Berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran.
e.
Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna
f.
Menekankan pada pemercepat pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
g.
Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran
h.
Menekankan kebermaknnaan dan kebermutuan proses pembelajaran
i.
Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran
j.
Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis
k.
Menekankan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran
l.
Mengutamakan keberagaman dan kebebasan
14. Mengintegrasikan totalitas
tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran Pendekatan Ilmu Teknologi
Masyarakat (ITM) yang dikemukakan oleh Remy (1990) yang mengemukakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran IPS tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan
isu-isu sosial yang berkembang yang dominan menyangkut membahas pengaruh
perkembangan teknologi pada berbagai aspek perikehidupan sosial kemaysarakatan.
15. Pendekatan Kooperatif.
Di dalam kelas kooperetaif, peserta
didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6 peserta
didik, peserta didik dikelompokan secara heterogen.selama belajar secara
kooperatif mereka diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif agar dapat
bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya.
Pendekatan kooperatif ini memiliki 2
tipe, diantaranya:
a.
Kooperatif tipe Student Team-Achievement Divisions (Tim Peserta didik
Kelompok Prestasi)
Langkah-langkah:
1)
Membentuk kelolmpok yang anggotanya kurang lebih 4 orang;
2) Guru
menyajikan materi pelajaran;
3) Guru
memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya
memberikan penjelasan kepa anggota kelompok lain;
4) Guru
memberikan pertanyaan/kuis dan peserta didik menjawab pertanyaan kuis dengan
tidak saling membnatu;
5)
Pembahasan kuis;
6)
Kesimpulan.
b. Jigsaw
(Model Tim Ahli)
Langkah-langkah:
1)
Peserta didik dikelompokan dengan anggota kurang lebih 4 orang;
2) Tiap
orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;
3)
Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok
baru (kelompok ahli);
4)
Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub-bab yang mereka kuasai;
5) Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
6)
Pembahasan;
7)
Penutup.
Menurut UUSPN No. 20 / 2003 yang
mengisaratkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberi ruaang yang cukup bagi prakasa, kreatifitas
dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Pada pembelajaran IPS tidak menggunakan
pendekatan konvemsional, karena umumnya pendekatan ini lebih banyak menggunakan
belahan otak kiri saja,, sementara otak kanan kurang diperhatikan. Untuk
mencapai pembelajaran IPS yang efektif perlu mengoptimalkan semua potensi
peserta didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karateristik pribadi yang mereka miliki.
Pendekatan yang bersifat CBASA dan
PAIKEM dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.
Paradigma pembelajaran konvensioanl
yang selama ini dilaksanakan perlu dirubah dengan model pembelajaran yang
inovatif. Pembelajaran inovatif ini perlu
diterapkan, karena:
1.
Jumlah informasi dan salurannya semakin banyak.
2.
Tidak semua potensi peserta didik bisa dikembangkan dengan satu cara saja.
3. Orientasi target materi pembalajaran
hanya untuk jangka pendek.
4. Proses pembelajaran seharusnya
berangkat dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.[16][16]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran
IPS merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam ilmu social,
humaniora, dan masalah social kehidupan.
Prnsip-prinsip pembelajaran IPS:
1.
Social studies teaching
and learning
are powerful when they are meaningful atau biasa disebut pembelajaran IPS yang
bermakna.
2.
Social
studies teaching and learning are powerful when they are integrative.
3.
Social studies
teaching and learning are powerful when they are value-based atau biasa disebut
pembelajaran IPS yang
berbasis nilai
4.
Social
studies teaching and learning are powerful when they are challenging yang bias
disebut pembelajaran IPS yang menantang
5.
Social
studies teaching and learning are powerful when they are active atau biasa
disebut pembelajaran IPS yang aktif.
Pendekatan merupakan titil
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan yang cocok untuk mata pelajaran IPS ada yang menggunakan
pendekatan tradisional seperti Deduktif dan Induktih dan yang bersifat CBSA dan
PAIKEM, dintaranya:
1.
Pendekatan Ligkungan;
2.
Pendekatan Konsep;
3.
Pendekatan Inquiry;
4.
Pendekatan Keterampilan Proses;
5.
Pendekatan Pemecahan Masalah;
6.
Pendekatan Nilai;
7.
Pendekatan Komunikatif;
8.
Pendekatan Kesejarahan;
9.
Pendekatan Tematik;
. Pendekatan CTL;
.
Pendekatan Berbasis Proyek;
.
Pendekatan Quantum Teaching;
.
Pendekatan ITM;
Pendekatan
Koopereatif.
DAFTAR PUSTAKA
Beetlestone, Florence. 2012. Creative
Learning. Bandung: Nusa Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hari Suderadjat. 2011. Manajemen
Pembelajaran Tematik. Bandung: Sekar Gambir Asri.
Hartono, dkk. 2012. PAIKEM. Riau : Zanafa Publishing.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Biologi, Fisika,
Kimia
FPMIPA UPI. Pendalaman Materi dan
Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Alam SD/MI. 2010.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan
Pengetahuan Sosial FPIPS UPI. Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Sosial
SD/MI.
2010.
Masruri, 2011, Negative Learning, Solo:PT Era Adi Citra Intermedia.
Muhaimin. 2004. Paradigma
Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru
Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sudirman, dkk. 1990. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suhada, Idad. 2010. Pendidikan IPS
di SD/MI. Bandung: Solo Press.
Paket
1
PRINSIP-PRINSIP
DASAR PEMBELAJARAN IPS MI
1.1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau sebagai
suatu proses membelajarkan peserta didik yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar mahasiswa mahasiswi dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran
berarti sebuah komponen yang teroganisisr antara lain tujuan pembelajaran,
materi pembalajan, strategi dan model pembelajaran, media pembelajaran atau
alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran
1.2.
Tujuan Pembelajaran IPS MI :
1. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi,
ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan paedagogis dan
psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3. Membangun komitmen kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam
masyarakat yang majemuk
Prinsip pembelajaran IPS
A. Integrated
Integrasi /
keterpaduan. Dalam pembelajaran IPS dapat. Dilakukan berdasarkan topik yang
Terkait. Misal: Ekonomi dengan kondisi geografis.
B. Interaksi
Manusia sebagai
makhluq social. Manusia saling membutuhkan. Manusia saling bekerjasama
C. Kesinambungan
Manusia dalam
kehidupan. Terikat dengan adat /tradisi. Kebudayaan suatu masyarakat. Berubah
besar kecil maka masyarakatpun. Akan mengalami perubahan
D. Kontekstual
Sesuai dengan kondisi masyarakat
E. Keterampilan Sosial
Bekerjasama, Tolong menolong, Gotongroyong
Paket 2
KETERAMPILAN PERENCANAAN DASAR PEMBELAJARAN IPS
Komponen Perencanaan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
— Komponen
Tujuan Pembelajaran
— Komponen Materi Pembelajaran
— Komponen Media Pembelajaran
Komponen Evaluasi
KomponenTujuan Pembelajaran IPS
Tipe – tipe Tujuan Pembelajaran/Instruksional
— Kawasan Kognitif
— Kawasan Afektif
— Kawasan Psokomotor
Komponen Perencanaan Materi Pembelajaran IPS:
— Merupakan suatu yang disajikan guru untuk
diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan –
tujuan Intruksional.
Komponen Perencanaan Media Pembelajaran IPS MI
— Pengertian media
Kata media: medius
“Tengah” , ‘Perantara’ atau ‘Pengantar’. Bahasa Arab media: perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima
Ciri – ciri media pembelajaran :
— Ciri Fiksatif (Fixative Property)
— Ciri Manipulatif (manipulative Property)
— Ciri Distributif (Distributive Property)
Macam – macam Media IPS
Dilihat dari jenis:
— Media Auditif => media kemampuan
suara saja.
— Media Visual => hanya mengandalkan indra
penglihatan.
— Media Auto Visual =>mempunya unsur suara
dan unsur gambar
Dilihat dari daya lipatnya, terbagi :
•
Media dengan daya liput luas dan serentak.
Contoh : Radio dan televisi
•
Media dg daya liput yg. terbatas oleh ruang
dan tempat,Spt: Film, dll.
•
Media untuk pengajaran Individual spt:
:pengajaran melalui komputer.
Dilihat dari bahan pembuatannya, terbagi :
— Media sederhana => bahan dasarnya mudah
diperoleh dan harganya murah
— Media kompleks => bahan dan alat
pembuatanya sulit diperoleh.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran IPS
— Pemetaan Kompetensi Dasar
— Penjabaran KD ke dalam Indikator
— Menentukan Materi /Pokok
Bahasan
— Penyusunan Silabus
— Penyusunan RPP
Komponen Perencanaan Evaluasi Pembelajaran IPS:
— Penilaian tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
Paket3
keterampilan mengajar dasar pembelajaran IPS MI
keterampilan mengajar dasar pembelajaran IPS MI
Keterampilan
dasar mengajar IPS meliputi:
¨ ketrampilan membuka dan menutup pelajaran;
¨ ketrampilan menjelaskan;
¨ ketrampilan bertanya;
¨ ketrampilan memberi penguatan;
¨ ketrampilan variasi gaya mengajar
¨ ketrampilan membimbing diskusi; dan
ketrampilan membimbing kelompok kecil
Membuka
Pelajaran:
Suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental
dan menarik perhatian peserta didik secara optimal
Komponen
Membuka Pelajaran
Komponen-komponen
yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi:
•
Menarik minat peserta didik
•
Membangkitkan motivasi
•
Memberi acuan, dan
•
Membuat kaitan
Menutup
Pelajaran:
•
Suatu kegiatan untuk
mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik
Komponen
Menutup pelajaran:
¨ Meninjau kembali materi yang telah diajarkan,
¨ Mengadakan evaluasi, dan
¨ Memberikan tindak lanjut terhadap bahan yang
telah diajarkan.
lKeterampilan
Menjelaskan:
¨ Mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu
benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu
Komponen
Ketrampilan Menjelaskan:
¨ Penyajian
¨ Bahasa harus jelas dan enak didengar.
¨ Gunakan intonasi sesuai
¨ Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
¨ Berilah definisi yang tepat.
¨ Peserta didik dapat menerima, memahami
Keterampilan
bertanya;
Keterampilan
bertanya dasar mencakup:
— pertanyaan yang jelas dan singkat,
— pemberian acuan, pemusatan perhatian,
— pemindahan giliran,),
— pemberian waktu berfikir, pemberian tuntutan.
Ketrampilan
Memberi Penguatan:
— Penguatan (reinforcement) merupakan
respon terhadap suatu perilaku
Jenis
memberi penguatan
— 1.Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan
kalimat pujian.,
— 2.Penguatan
secara nonverbal
Ketrampilan
Mengadakan Variasi bertujuan untuk :
¨ Meningkatkan perhatian peserta didik
¨ Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat
¨ Memupuk perilaku positif peserta didik
terhadap pembelajaran.
¨ Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar
Macam-macam
variasi mengajar:
— variasi dalam gaya mengajar,
— variasi dalam penggunaan media dan sumber
belajar,
— variasi dalam pola interaksi, dan
— variasi dalam kegiatan
Membimbing
diskusi kelompok kecil
Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
— Memusatkan perhatian pada
tujuan dan topik diskusi
— Memperluas masalah atau urunan pendapat
— Menganalisis pandangan peserta didik
— Meningkatkan partisipasi siswa
— Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
— Menutup diskusi
Mengajarkan
Berbagai Keterampilan dalam IPS;
— Mengajar bagaimana memahami
— Mengajarkan sikap, minat
dan nilai
— Mengajar bagaimana berpikir
Mengajarkan Konsep, Generalisasil dan Isu :
— Konsep: ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan
— Generalisasi :Hubungan antara dua atau lebih konsep”.
— Isu sosial: masalah-masalah
masyarakat yang belum dapat diselesaikan dan mengundang perhatian
Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan:
· pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap peserta didik
— Mengembangkan keterampilan dalam
pengorganisasian, motivasi, dan variasi tugas.
— Membimbing dan memudahkan
belajar
Cara mengajarkan
konsep dan generalisasi
— Pengalaman langsung atau baru, nyata atau
disimulasikan, namun harus selalu diingat bahwa ide harus senantiasa
dihubungkan dengan pengalaman sebelumnya.
Cara
Mengajarkan Isu Sosial;
— Harus disesuaikan dengan
tingkat usia dan perkembangan
— Menyampaikan gambaran
umum sosial
— Menyampaikan tujuan
pengetahuan dan pengalaman dalam menanggapi isu sosial
Paket
4
MEMAHAMI
STRATEGI PEMBELAJRAN IPS-MI
Belajar merupakan proses yang disengaja untuk mengubah tingkah laku
ke arah tujuan yang
telah ditetapkan. Proses belajar berlangsung interaksi komponen diri manusia
dengan lingkungannya
Menurut Kosasih Djahiri dan Somara, strategi belajar mengajar adalah
perencanaan pengajaran dari seorang guru tentang bagaimana pengajaran akan
dibawakannya
Pembelajaran IPS memiliki nilai praktis, yang harus membina individu
kreatif, demokratis dan penuh tanggung jawab, serta sekaligus memiliki beban
pembinaan budaya serta kehidupan yang baik, harmonis dan dinamis.
Di dalam
strategi belajar mengajar IPS hendaknnya
diperhatikan :
.1. Segi program :
a. Bersifat multi dimensionnal.
b. Struktur ilmu sosial dipadukan dengan
konsep pelajaran dan bahan lainya.
c. Program hendaknya
cukup jelas dan dalam jangkauan peserta didik .
2. Segi peserta
1. Menampilkan keberanian dan minat
mengemukakan pendapat/ pikiran serta permasalahanya
2. Mendorong minat belajar.
3. Tidak merasa adanya suasana
paksaan, tekanan dan ketakutan
3. Segi dosen :
a. Berusaha untuk memberikan dorongan
belajar dan berprestasi
b. Menerpakan prinsip “Pendidik inquiri dan program”.
c. Mempunyai kemampuan dalam menggunakan
berbagai jenis variasi mengajar.
Strategi
pembelajaran IPS
Strategi ekspositasi
strategi pembelajaran yang konvensional
Strategi Heuristik
Mahasiswa
lebih banyak terlibat dalam proses belajar mengajar untuk melatih berfikir
logis, kritis dan analisis
Pembelajaran IPS
cara lama
|
Pembelajaran IPS
cara baru
|
1. Guru menggunakan kelas satu-satunya tempat
belajar anak
Kelemahan :
membosankan, tidak memunculkan kreativitas, kurang semangat, dan sebagainya.
Keunggulan : tidak
memerlukan banyak biaya, fasilitas bisa lebih sedikit, dan sebagainya
|
1. Guru
menggunakan tempat belajar bervariasi di dalam dan di luar kelas
Kelemahan : biaya
mahal, fasilitas harus lebih banyak, dan sebagainya.
Keunggulan :
memunculkan kreativitas, tidak cepat bosan, bersemangat, dan sebagainya.
|
2. Guru mengajar lebih banyak memakai metode
ceramah
Kelemahan :
membosankan, daya ingat yang terbatas pada anak, melelahkan, dan sebagainya.
Keunggulan : semua
materi bisa tersampaikan, sesuai untuk jumlah peserta didik yang banyak, dan
sebagainya
|
2. Guru mengajar dengan memakai berbagai metode
yang menunjang anak aktif dan kreatif
Kelemahan : menuntut
fasilitas yang lebih banyak, persiapan mengajar lebih rumit, dan sebagainya
Keunggulan : tidak
menimbulkan kejenuhan, selalu muncul gagasan baru, dan sebagainya
|
3. Guru memberi pelayanan bantuan dan bimbingan kepada anak
disamaratakan
Kelemahan : tidak
efektif dalam menyelesaikan masalah, menimbulkan kesalahpahaman, dan
sebagainya
Keunggulan : waktu
penanganan lebih cepat, dapat dibuat standar pelayanan, dan sebagainya
|
3. Guru memberi pelayanan bantuan dan bimbingan kepada anak
berdasarkan perseorangan
Kelemahan :
merepotkan, membutuhkan waktu yang banyak, dan sebagainya
Keunggulan : masalah
terselesaikan dengan efektif, menimbulkan kepercayaan diri, dan sebagaianya
|
[1][1] Drs.
Muhaimin, M.A.et.al. Paradigma Pendidikan Islam. 2001. Malang. PT.Remaja
Rosda Karya, hlm. 164.
[2][2] Tim Penyusun
Jurusan Pendidikan Pengetahuan Sosial FPIPS UPI. Pendalaman Materi dan
Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahu Sosial SD/MI.
2010, hlm. 2.
[8][8] Sertifikasi Guru Rayon 10 Universitas Pendidikan Indonesia, Ilmu
Pengetahuan Alam SD/MI, 2010, hlm. 149.
[14][14] Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010, hlm. 163.
Langganan:
Postingan (Atom)