BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang. Anak usia
dini adalah bagian dari tahapan manusia yang juga selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya.
Kualitas perkembangan anak dimasa depanya sangat ditentukan oleh stimulasi yang
diperolehnya sejak dini.
Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini
adalah hal yang sangat penting mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang pada
anak sejak usia dini. Elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar
pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% sisanya ditentukan
selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak. Dan tentu saja, bentuk
stimulasi yang diberikan harus dengan cara yang tepat dan sesuai dengan tingkat
perkembangan usia anak.
Perkembangan anak
usia dini meliputi beberapa aspek, diantaranya aspek pertumbuhan fisik, perkembangan
motorik, aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan sosio-emosional, aspek perkembangan bahasa, serta aspek
perkembangan moral agama. Pengembangan
seluruh aspek-aspek tersebut secara menyeluruh
dan berkesinambungan menjadi suatu hal yang sangat berarti. Dalam memberikan stimulasi untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut, tentulah pemahaman kan konsep dasar yang berkaitan dengan hal tersebut
sangat diperlukan. Untuk itulah
makalah ini mengupas
berbagai hal berkaitan dengan konsep dan teori serta strategi
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dasar anak usia
dini terutama pada perkembangan kemampuan kognitif.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
Pengertian Perkembangan masa periodisasi pada kanak-kanak awal?
2.
Adakah
teori-teori yang menjelaskan perkembangan kognitif pada masa kanak kanak awal?
3.
Bagaimana
perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan
masa periodisasi pada kanak-kanak awal
Perkembangan ialah pola gerakan atau perubahan yang
dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan.
Kebanyakan perkembangan meliputi pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan (seperti dalam kematian dan orang
mati). Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu yang merujuk
pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi
dalam sepanjang siklus kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati, tidak dapat berulang,
tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. Perubahan yang dimaksud dapat
berupa perubahan secara kuantitatif dan perubahan secara kualitatif. Perubahan secara
kuantitatif itu seperti perubahan dalam tinggi badan, penguasaan jumlah kosakata, perubahan berat badan, dan
sebagainya. Sedangkan perubahan secara kualitatif, seperti perubahan dalam
struktur dan organisasi dalam kemampuan berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan
motorik kasar dan motorik halus,
perubahan dalam mengelola emosi, perubahan kemampuan sosial dan sebagainya.
Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, dari hari ke
hari sepanjang pertumbuhannya. Dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu
tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran
yang unik dari sejumlah intelegensi yaitu intelegensi linguistik, logistik,
spasial, musik, kinestetika, intra- dan antar-pribadi serta naturalistisPada
masa kanak-kanak umumnya perkembangan pikirannya meliputi belajar tentang
orang, belajar tentang sesuatu, dan belajar tentang kemampun-kemampuan baru.
pembagian seluruh masa perkembangan seseorang
kedalam periode tertentu.Dengan mengetahui periode-periode tertentu, maka
seseorang akan mudah mengetahui bahkan meramalkan sifat-sifat dan kecenderungan
anak dalam masa perkembangannya. Menurut ElizabethBHurlock, dalam bukunya
yang berjudul “Developmental
Psychology” menyatakan fase – fase periodisasi manusia sebagai berikut :
1. Masa prenatal, saat terjadinya konsepsi
sampai lahir;
2. Masa neonatus, mulai lahir sampai minggu
kedua;
3. Masa bayi, akhir minggu kedua sampai akhir
tahun kedua;
4. Masa kanak-kanak awal, umur 2 tahun sampai
6 tahun;
5. Masa kanak-kanak akhir, umur 6 tahun sampai
10/11 tahun;
6. Masa pubertas/ preadolescence, umur 10/11
samapi 13/14;
7. Masa remaja awal, umum 13/14 tahun sampai
17 tahun;
8. Masa remaja akhir, umur 17 tahun sampai 21
tahun;
9. Masa dewasa awal, umur 21 tahun sampai 40
tahun;
10. Masa setengah baya, umur 40
tahun sampai 60 tahun;
dan
11. Masa tua, umur 60 tahun sampai
meninggal dunia.
Untuk memberikan stimulasi yang tepat, seorang guru
,bahkan orang tua juga, perlu memahami kemampuan kognitif seorang anak sesuai
usianya sehingga mampu memberikan rangsangan yang tepat untuk menunjang
perkembangan anak. Di bawah ini adalah tingkat pencapaian kognitif anak usia
3-6 tahun menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.58 tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Usia
|
Karakteristik
Perkembangan Anak
|
3
– 4 tahun
|
Mmenemukan/mengenali bagian yang
hilang dari suatu pola gambar seperti pada gambar wajah wajah orang, mobil,
dsb.
Mmenyebutkan berbagai nama makanan
dan rasanya (garam, gula atau cabai).
mmemahami perbedaan antara dua hal
dari jenis yang sama seperti membedakan antara buah rambutan dan pisang ,
perbedaan antara kucing dan ayam.
emenempatkan benda dalam urutan
ukuran (paling kecil- paling besar).
Mulai mengikuti pola tepuk tangan.
Mengenal konsep banyak dan sedikit.
|
4
– 5 tahun
|
Mengenal benda berdasarkan fungsinya.
Mengenal gejala sebab akibat yang
terkait dengan dirinya.
Menggunakan benda-benda sebagai
permainan simbolik.
Mengenal konsep sederhana dalam
kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang, temaram, dsb)
Mengklasifikasikan benda berdasarkan
bentuk atau warna atau ukuran.
Membilang banyak benda satu sampai
sepuluh.
|
5
– 6 tahun
|
Mengklasifikasikan benda berdasarkan
fungsi.
Menunjukan aktivitas yang bersifat
eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air
ditumpahkan).
Mengenal perbedaan berdasarkan
ukuran “lebih dari” “kurang dari” dan “paling/ter.”
Mengklasifikasikan benda berdasarkan
warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi).
Mengurutkan benda berdasarkan ukuran
dari paling kecil kepaling besar atau sebaliknya.
|
Anak pada usia dini (0-8 tahun) memiliki kemampuan
belajar yang luar biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal keinginan anak
untuk belajar menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh
panca inderanya untuk dapat memahami sesuatu dan dalam waktu singkat ia akan
beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkunganlah
yang kadang menjadikan anak terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya.
Bahkan seringkali lingkungan mematikan keinginannya untuk bereksplorasi.
Cara belajar anak mengalami perkembangan seiring
dengan bertambahnya usia. Secara garis besar dapat diuraikan cara belajar anak
usia dini mulai dari awal perkembangan.
1) Usia 0 – 1 tahun
Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca
inderanya. Aktivitas pada tahap ini dapat berupa pendengaran, penglihatan,
penciuman, peraba, dan perasa. Secara bertahap panca indera anak difungsikan
lebih sempurna. Hingga usia satu tahun, anak ingin mempelajari apa saja yang
dilihat dengan mengarahkan seluruh panca inderanya. Hal itu nampak pada
aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut sebagai bagian dari
proses belajar.
2) Usia 2 – 3 tahun
Anak melakukan proses belajar dengan lebih
sungguh-sungguh. Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk
kemudian ditiru. Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru.
Meniru segala hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa
anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan berbahasa
juga dengan cara meniru.
3) Usia 4 – 6 tahun
Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu
berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan
cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan. Saat demikian
kognisi anak berkembang pesat dan keinginan anak untuk belajar semakin tinggi.
Anak belajar melalui bertanya dan berkomunikasi.
4) Usia 7 – 8 tahun
Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin
baik. Walau demikian proses perkembangan anak masih terus berlanjut. Anak
melakukan proses belajar dengan cara yang semakin kompleks. Ia menggunakan
panca inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari luar. Anak mulai mampu
membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu menjadi bagian dari proses
belajar anak.
C. Teori
– Teori Kognitif Pada Masa Kanak – Kanak
1. Pendekatan Piaget
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori
Piaget adalah (1) Tahap sensorimotor,
usia 0 – 2 tahun. Pad a masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks, bahasa awal, waktu sekarang, dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7
tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan
bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak,
persepsi waktu, dan tempat masih terbatas; (3) Tahap operasional konkret, 7 – 11
tahun; dan Tahap operasional
formal, 11 – dewasa.
Dalam memahami dunia anak secara aktif, anak-anak
menggunakan skema. Skema merupakan konsep atau kerangka yang eksis dalam
pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan mengartikan
informasi. Skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami
pengalaman mereka. Dalam
implikasinya, terdapat dua proses anak menggunakan skema, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Misalnya, seorang anak berusia 6 tahun diberi sapu untuk membersihkan kamarnya.
Karena dia belum pernah menyapu sebelumnya, dia mengamati
cara orang lain menggunakan sapu. Dengan begitu dia tahu bahwa sapu adalah benda yang
dipegang bagian gagang
kayunya, diayunkan dari belakang ke depan di atas permukaan lantai untuk membersihkan debu atau kotoran
kering, dan dilakukan berulang-ulang. Setelah mengetahu i hal tersebut anak memasukkan pengetahuannya itu kedalam
skema dalam pikirannya, yang hal ini termasuk proses asimilasi.
Namun, karena sapunya terlalu panjang dan dia mengayunkannya terlalu cepat
sehingga sapu yang dia pegang sering terpental dari tangannya
maka dia harus mengayun kannya perlahan atau hanya dengan mendorong
keluar debu atau kotoran
kering dengan sapunya; penyesuaian ini
dinamakan akomodasi.
Sehingga, pengertian sederhana dari asimilasi adalah memasukkan pengetahuan baru ke
dalam skema dan akomodasi adalah penyesuaian skema dengan
lingkungannya.
Tahap kedua dari perkembangan kognitif Piaget adalah
tahap praoperasional yang berlangsung pada umur 2 – 7 tahun. Pada tahap ini
anak-anak mulai bisa mendeskripsikan dunia dengan kata-kata, gambar, dan
bayangan. Namun, selama tahap praoperasi, sekitar usia 2 tahun, pemikirannya
masih bersifat pra-logika, yang terikat pada tindakan fisik dan ke-tampak-an sesuatu bagi mereka. Kebanyakan anak
tetap berada pada tahap perkembangan kognisi praoperasi hingga mereka berusia 7
atau 8 tahun. Pada saat yang
sama, kognitif anak mulai dipenuhi dengan egosentrisme dan kepercayaan akan
keajaiban. Namun bukan berarti buruk
seluruhnya bagi perkembangan anak. Kepercayaan anak pada fantasy atau khayalan dapat pula menjadi
indikator penting bagi perkembangan koknitif anak. Pada anak-anak prasekolah, misalnya, mereka yang
memilikiteman khayalanlah yang lebih kreatif, memiliki pemahaman sosialyang lebih besar dan lebih baik dalam mengambil perspektif orang lain,
menurut Marjorie Taylor, seorang profesor psikologi diUniversity of Oregon.
Kemudian di tahap ini, ada kemajuan dari tahap
sebelumnya yaitu sensori-motorik,
serta ada juga batasan-batasannya. Kelebihan dari tahap ini ditandai dengan
adanya pengetahuan akan jarak, sebab-akibat, identitas, kategorisasi, dan
angka. Namun tidak semua berkembang secara sempurna disini karena akan
berlanjut pada tahap selanjutnya.
Kemampuan selanjutnya yakni symbolic fuction. Symbolic
function atau fungsi symbol adalah kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol, atau gambaran
mental mengenai angka, kata-kata, atau gambar yang telah diberi makna
sebelumnya. Dengan adanya perkembangan ini, anak belajar untuk menggunakan
simbol-simbol karena simbol digunakan secara universal oleh manusia.
Salah satu karakteristik utama dari tahap
praoperasional adalah centration, yakni kecenderungan untuk berfokus
pada satu aspek dalam situasi dan mengabaikan yang lain. Egosentrisme adalah ketidakmampuan untuk melihat
dari sudut pandang orang lain, yang merupakan bentuk dari centration. Namun, anak akan lebih mudah melihat sudut pandang
dari objek pada benda-benda yang familiar
dengannya. Bentuk lain
dari centration adalah tidak mampu membuat konservasi,
yaitu kesulitan untuk mengerti bahwa ukuran suatu objek akan tetap sama selama tidak ada penambahan atau pengurangan benda meskipun tampilannya
berbeda. Kemampuan untuk mengkonservasi juga terbatas karena irreversibility, yaitu kegagalan untuk mengerti bahwa suatu bentuk operasi penghitungan dapat dilakukan dua arah.
Menurut Robert V. dan Cavanaugh (2007) dari Teori
Garner menjelaskan sembilan kecerdasan yang harus dimiliki anak kaitannya dengan perkembangan kognitif anak, yaitu:
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence) yang
dapat berkembang bila dirangsang melalui bebicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita.
2. Kecerdasan Logika Matematika (Logico-Matematical
Intelligence), yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data, dan bermain
dengan benda-benda.
3. Kecerdasan Visual-Spasial (Visual- Spasial Intelligence), yaitu
kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain
balok-balok dan bentuk-bentuk geometri, melengkapi puzzle, menggambar, melukis , menonton film maupun
bermain dengan daya khayal (imajinasi).
4. Kecerdasan Musikal (Musical / Rhythmic Intelligence), yang
dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi, dan bertepuk
tangan.
5. Kecerdasan Kinestetik (Kinesthetic Intelligence),yang
dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan terutama gerakan tubuh.
6. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence),
yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang,
termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, siang-malam, panas- dingin, serta bulan-matahari.
7. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal
Intelligence), yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik.
8. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal
Intelligence), yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang
dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri,
mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk kontrol diri, dan disiplin.
9. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence), yaitu kemampuan mengenal dan
mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan
agama.
2. Pendekatan
Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak
secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky,
fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan
rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seseorang.
Dalam hal ini Vygotsky membagi konsep perkembangan atas:
1) Konsep Zona Perkembangan Proksimal
(ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas
yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan
bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksima l merupakan celah antara actual development dan potensial
development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang de wasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan
yang dapat diterima oleh anak dengan
bantuan seorang instruktur. Maksud
dari ZPD adalah menitik beratkan ZPD pada interaksi sosial akan
dapat memudahkan perkembangan anak.
2) Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffoldingadalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran,
dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan
anak. Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep
tetapi tidak sistematis, acak, dan
spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis,
logis, dan rasional.
3) Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial,
tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky
yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan,
membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan
pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak
juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan ialah pola gerakan atau perubahan yang
dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Maka
perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang merujuk pada
perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan
manusia, sejak masa konsepsi sampai mati.
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal
di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Pikiran anak
mulai aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Masa emas
atau biasa disebut the golden
age, 2-6 tahun, merupakan masa dimana
potensi anak berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, untuk memberikan
stimulasi yang tepat, baik guru dan orang tua perlu memahami kemampuan kognitif
seorang anak sesuai usianya sehingga mampu memberikan rangsangan yang tepat
untuk menunjang perkembangan anak.
B. DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Eti, Psikologi Pendidikan Inovatif,
Pustaka Belajar, (Yogyakarta: 2011).
Slavin, Robert E., Psikologi
Pendidikan: Teori dan Praktik, 9th edition, ed. Marianto Samosir, PT Indeks, Jakarta Barat: 2011.
Suci, Prima
R, Perkembangan Kognitif
Anak Usia Dini, http://primazip.wordpress.com/2013/06/08/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar