Minggu, 18 November 2018

Memahami Sejarah Peradaban Islam


A.    Pengertian Sejarah
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah artinya “pohon”. Dalam bahasa Inggeris peristilahan sejarah disebut history yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan dengan science.
Pengertian sejarah juga berarti ilmu pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya. Pengertian sejarah lainnya adalah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau keseluruhan pengalaman manusia. Dari beberapa pengertian sejarah di atas dapat diketahui bahwa sejarah itu adalah ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa masa lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup sekarang maupun yang akan datang. Itulah sebabnya, dikatakan orang bahwa sejarah adalah guru yang paling bijaksana.

B.     Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks, ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya.

C.    Pengertian Peradaban
Kata peradaban adalah terjemahan dari kata Arab alHadharah. Juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan. Padahal istilah peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju.
D.    Islam
Islam memang berbeda dengan agama lain. Islam bukan kebudayaan, akan tetapi menimbulkan kebudayaan. Kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Landasan “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan Islam”adalah agama Islam. Jadi agama Islam melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan. Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju.
 Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju. Dalam buku ini pengertian peradaban adalah seperti disebutkan di atas

E.     Periode Sejarah Peradaban Islam
Menurut Nourouzzaman Shiddiqy Sejarah peradaaban Islam dibagi menjadi tiga periode yaitu:

1)      Periode Klasik
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam dan dibagi ke dalam dua fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800 M).


2)      Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase. Pertama, fase kemunduran (1250 – 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Pada fase ini, di kalangan umat Islam semakin meluas pendapat bahwa pintu ijtihat tertutup. Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800 M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.

3)      Periode Modern
Periode modern (1800 – sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya peradaban Islam mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan di masa Daulah Umaiyah Suria, dan masa puncak di masa Dinasti Abbasiyah Baghdad dan Dinasti Umayah Spanyol, serta memasuki masa kemundurannya pada periode pertengahan, hal itu  menimbulkan kesadaran bagi umat Islam untuk  kembali bangkit di periode modern.



Sejarah Nabi Muhammad S.A.W


1.      Sebelum Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad s.a.w lahir pada hari Senin tanggal 20 April 571 M tahun Gajah di suatu tempat yang tidak jauh dari Ka’bah, ia berasal dari kalangan bangsawan Quraisy dari Bani Hasyim, sementara masih ada bangsawan Quraisy yang lain, yaitu Bani Umaiyah. Tapi Bani Hasyim   lebih mulia dari Bani Umaiyah. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muththalib dan ibunya Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kilab bin Murrah. Apabila ditarik ke atas, silsilah keturunan beliau baik dari ayah maupun ibunya sampai kepada Nabi Isma’il AS dan Nabi Ibrahim AS.
Ketika ia masih tiga bulan dalam kandungan Ayahnya meninggal dunia pada saat pergi berniaga ke Yatsrib, sementara ibunya Aminah wafat di Abwa sewaktu pulang dari menziarahi makam Abdullah, ketika itu ia berusia 6 tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya selama dua tahun, kemudian kakeknya itu pun meninggal dunia pula dalam usianya 8 tahun, dan ia diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Dari kisah Nabi tersebut dapat diketahui bahwa tanggung jawab hak asuh anak apabila ayahnya meninggal berturut-turut dari ibu ke kakek,
kemudian ke paman. Ada dua jenis pekerjaan yang dilakukannya sebelum menjadi Rasul. Pertama, mengembala kambing ketika ia bersama ibu susuannya Halimahtus Sa’diyah tinggal di desa. Kedua, berdagang ketika ia tinggal bersama pamannya, ia mengikuti pemannya berdagang ke negeri Syam, sampai ia dewasa dan dapat berdiri sendiri.
Sebagai seorang pedagang, selainia berdagang dengan pamannya,ia juga melakukan kerjasama dagang dengan Khadijah, seorang janda kaya. Khadijah memberinya modal untuk berdagang ke negeri Syam, dan beliau memperoleh untung besar. Khadijah tertarik pada kejujuran dan akhlaknya yang baik, dan ingin menjadi suaminya, setelah sebelumnyaia berkali-kali menolak pinangan bangsawan Quraisy.
Dari dua pekerjaan yang dilakukan Nabi menjelang usiannya 25 tahun memberi modal kepadanya untuk dapat hidup lebih mandiri kelak. Mengembala kambing adalah pekerjaan yang memerlukan kesabaran kuat, sementara berdagang melatih kejujuran di saat sulitnya mencari orang yang jujur waktu itu. Dalam usia 25 tahun, Abu Thalib menawarkan keponakannya itu kepada Khadijah binti Khuwailid. Tawaran Abu Thalib diterima Khadijah. Pernikahan Nabi dengan Khadijah binti Khuwailid berlangsung ketika Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun dengan mahar 20 ekor unta.

2.      Diangkat Menjadi Rosul
Menjelang usia 40 tahun, selama satu bulan dalam setiap tahun Muhammad mengasingkan diri ke Gua Hira’ untuk merenungi alam dengan ciptaannya. Istrinya Khadijah memberi dukungan penuh terhadap keinginannya tersebut. Disediakannya makanan untuk dibawa suaminya Muhammad sebagai bekal ke Gua Hira’ itu.
Demikianlah dilakukan Muhammad setiap tahun. Ketika usianya 40 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril mendatanginya menyampaikan wahyu Allah yang pertama surat al-Alaq (ayat 1-5). Berarti secara simbolis Muhammad telah dilantik sebagai Nabi akhir zaman.

3.      Tahap-Tahap Dakwah
Rasulullah berdakwah melalui beberapa tahap. Pertama, secara diam-diam di lingkungan keluarga dan sahabat dekatnya. Diterima oleh istrinya Khadijah, anak pamannya Ali, anak angkatnya Zaid bin Hãritsah, serta sahabat dekatnya Abu Bakar. Melalui Abu Bakar, masuk Islam pula Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan beberapa budak dan fakir miskin. Dakwah ini berlangsung selama tiga tahun.
Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Hal ini dilakukan setelah turunnya wahyu ketiga, sûrah AlSyu’ara’ (ayat 214). Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka supaya beriman. Akan tetapi Abu Lahab beserta istrinya mengutuk Nabi, sehingga turun Sûrah al-Masad (ayat 1-5).
Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah sûrah al-Hijir (ayat 94). Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan masyarakat, tidak terbatas hanya kepada penduduk Makkah saja, tetapi juga termasuk orangorang yang mengunjungi kota itu.

4)      Tantangan Kaum Quraisy
Kaum Quraisy menentang dakwah Nabi dengan bertahap. Pertama, membujuk, karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani itu. mereka meminta Abu Thalib memilih satu di antara dua: yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti dari dakwahnya atau menyerahkannya kepada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib mengharapkan Muhammad agar menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara mengucilkan saya”. Abu Thalib sangat terharu mendengarkan jawaban keponakannya itu, kemudian ia berkata “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad s.a.w. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib “Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh”. Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
4.      Hijrah ke Yatsrib
Setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt. Rasulullah menemui sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam perjalanan. Nabi juga menemui Ali dan meminta kepadanya agar tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya. Senin malam Selasa itu, Nabi   ditemani Abu Bakar dalam perjalanan menuju Yatsrib. Keduanya singgah di Gua Tsur, arah selatan Makkah untuk menghindar dari pengejaran orang kafir Quraisy. Mereka bersembunyi di situ selama tiga malam.
Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib bergerak ke arah barat menuju laut merah melawati jalan yang tidak biasa dilewati qabilah dagang ketika itu. Setelah tujuh hari dalam perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, dan Abu Bakar sampai di Quba. Ketika tiba di  Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar 10 Km dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Ia menginap di rumah Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid yang pertama kali dibangunnya yang dikenal dengan masjid Quba. Tak lama kemudian Ali Makkah, sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangan mereka, akhirnya yang mereka tunggu itu datang mereka sambut dengan penuh sukacita.
Pada hari Jum’at 12 Rabiulawwal 13 Kenabian / 24 September 622 M, Nabi meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di perkampungan Bani Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum’at pertama di dalam sejarah Islam. Sesudah melaksanakan shalat Jum’at, Nabi melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib dan disambut oleh Bani Najjar.

5.      Membangun Masyarakat Islam
Guna membina masyarakat yang baru itu, Nabi meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat di kalangan internal umat Islam. Pertama, pembangunan mesjid. Setiap kabilah sebelum Islam datang, mereka memiliki tempat pertemuan sendiri-sendiri. Nabi menginginkan agar seluruh umat Islam hanya memiliki satu tempat pertemuan.
Maka beliau membangun sebuah masjid yang diberi nama “Baitullah”. Di masjid ini, selain dijadikan  tempat shalat, juga belajar, tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Kedua, Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin (muslim asal Makkah) dan kaum Ansar (muslim Madinah). Dengan demikian, setiap muslim terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Abu Bakar, misalnya, dipersaudarakan Nabi dengan Kharijah bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal. Hal ini berarti Rasulullah menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan kesukuan, di zaman jahiliah.

6.      Mengadakan Perjanjian Dengan Non-Muslim/ Konstitusi Madinah
Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari tiga kelompok, yaitu bangsa Arab muslim, bangsa Arab non-muslim dan orang Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok itu, Nabi mengadakan perjanjian dalam piagam yang disebut “Konstitusi Madinah”, yang isinya antara lain:
Pertama, Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu bangsa.
Kedua,  Bila salah satu kelompok diserang  musuh, maka kelompok lain wajib untuk membelanya.
Ketiga,  Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan orang Quraisy.
Keempat, Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agamanya tanpa campur tangan kelompok lain.
Kelima, Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-Muslim, ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu moril dan materiil.
Keenam, Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan dia menyelesaikan masalah yang timbul antar kelompok.
Berdasarkan konstitusi di atas, dapat diketahui bahwa Nabi telah membentuk negara Islam di Madinah dan Rasulullah menjadi kepala pemerintahannya yang mempunyai otoritas untuk menyelesaikan segala masalah yang timbul berdasarkan konsitusi.

7.      Permusuhan Kafir Quraisy dengan  Nabi
Meskipun Nabi dan umat Islam telah meninggalkan Makkah, tetapi kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhannya karena jika Islam berkembang di Madinah bukan hanya mengancam kepercayaan mereka tetapi juga ekonomi. Sebab letak Madinah berada di jalur dagang mereka ke Syam.
Maka tidak mengherankan jika terjadi peperangan antara umat Islam dengan kafir Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali pertempuran. Yang terpenting di antaranya adalah: Perang Badar, Perang Uhud, Perang Ahzab, Perjainjian Hudaibiyah, Masa Gencatan Senjata, Penaklukan Kota Makkah.

8.      Permusuhan Yahudi dengan Nabi
Seperti telah disebutkan bahwa   pada mulanya orang Yahudi  termasuk di antara orang yang menantinantikan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., tetapi karena Nabi berasal dari bangsa Arab, mereka menolaknya. Sewaktu Rasulullah mengadakan konstitusi Madinah mereka termasuk yang ikut serta menandatangani perjanjian tersebut, tetapi tidak dengan hati yang jujur dan melanggarnya. Kedengkian mereka semakin bertambah kepada umat Islam setelah mereka menyaksikan pesatnya perkembangan Islam di Madinah.
Mereka memusuhi Islam dengan bertahap. Mula-mula bergabung dengan orang Quraisy, dengan tipu muslihat agar orang Arab sendiri yang menghancurkan orang Arab dengan pedang mereka. Kemudian mereka dengan terang-terangan memusuhi Islam.


9.      Nabi Wafat
Tiga bulan setelah Nabi kembali ke Madinah, beliau menderita sakit. Abu Bakar disuruh Nabi mengimami kaum muslimin dalam sholat sebanyak tiga kali, bila beliau tidak sanggup melakukannya. Sakit Nabi itu berlangsung selama 14 hari. Akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun di rumah istrinya ‘Aisyah.
Kaum muslimin yang diberitahukan atas wafatnya Nabi itu dicekam kebingungan, tetapi Abu Bakar tampil membacakan ayat al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 144, dan berpidato: “wahai manusia, barang siapa memuja Nabi Muhammad, maka Nabi Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa memuja Allah Swt. maka Allah Swt. hidup selama-lamanya.
Dari perjalanan sejarah Rasulullah di atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. di Makkah hanya sebagai seorang Rasul. Sedang di Madinah selain sebagai Rasul pemimpin agama, Nabi juga seorang Kepala Negara, komandan perang, pemimpin politik dan adminstrator yang cakap, sehingga dalam waktu 10 tahun beliau berhasil mewujudkan penduduk sahara itu ke dalam kekuasaannya.


Tidak ada komentar: