A.
Pengertian Sejarah
Pengertian sejarah secara etimologi
berasal dari kata Arab syajarah artinya
“pohon”. Dalam bahasa Inggeris peristilahan sejarah disebut history yang berarti pengetahuan tentang
gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis. Sementara itu,
pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan dengan science.
Pengertian sejarah juga berarti ilmu
pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan fenomena
kehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara manusia
terhadap masyarakatnya. Pengertian sejarah lainnya adalah yang tersusun dari
serangkaian peristiwa masa lampau keseluruhan pengalaman manusia. Dari beberapa
pengertian sejarah di atas dapat diketahui bahwa sejarah itu adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa masa lampau umat manusia
yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup
sekarang maupun yang akan datang. Itulah sebabnya, dikatakan orang bahwa
sejarah adalah guru yang paling bijaksana.
B.
Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks, ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3)
wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya.
C.
Pengertian Peradaban
Kata peradaban adalah terjemahan
dari kata Arab alHadharah. Juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan. Padahal istilah
peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang
halus dan indah. Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak
sebaliknya, sebab peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam
bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dalam pengertian kebudayaan
direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban
terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju.
D.
Islam
Islam memang berbeda dengan agama
lain. Islam bukan kebudayaan, akan tetapi menimbulkan kebudayaan. Kebudayaan
yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Landasan
“peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya, sementara
landasan “kebudayaan Islam”adalah agama Islam. Jadi agama Islam melahirkan
kebudayaan. Kalau kebudayaan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama
Islam adalah wahyu dari Tuhan. Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi
tidak sebaliknya, sebab peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju
dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Dalam pengertian kebudayaan
direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban
terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju.
Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban,
tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang
maju dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dalam pengertian
kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan
peradaban terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju. Dalam buku ini
pengertian peradaban adalah seperti disebutkan di atas
E.
Periode Sejarah Peradaban Islam
Menurut Nourouzzaman Shiddiqy Sejarah peradaaban Islam dibagi
menjadi tiga periode yaitu:
1)
Periode Klasik
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam
dan dibagi ke dalam dua fase. Pertama,
adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M). Di masa ini
desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan
Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 –
1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800 M).
2)
Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase. Pertama, fase kemunduran (1250 – 1500
M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan
antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah nyata
kelihatan. Pada fase ini, di kalangan umat Islam semakin meluas pendapat bahwa
pintu ijtihat tertutup. Kedua, fase
tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800 M). Tiga
kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di
Persia dan kerajaan Mughal di India.
3)
Periode Modern
Periode modern (1800 – sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat
Islam. Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya
peradaban Islam mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan di masa
Daulah Umaiyah Suria, dan masa puncak di masa Dinasti Abbasiyah Baghdad dan
Dinasti Umayah Spanyol, serta memasuki masa kemundurannya pada periode
pertengahan, hal itu menimbulkan
kesadaran bagi umat Islam untuk kembali
bangkit di periode modern.
Sejarah Nabi Muhammad S.A.W
1.
Sebelum Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad s.a.w lahir pada hari
Senin tanggal 20 April 571 M tahun Gajah di suatu tempat yang tidak jauh dari
Ka’bah, ia berasal dari kalangan bangsawan Quraisy dari Bani Hasyim, sementara
masih ada bangsawan Quraisy yang lain, yaitu Bani Umaiyah. Tapi Bani
Hasyim lebih mulia dari Bani Umaiyah.
Ayahnya Abdullah bin Abdul Muththalib dan ibunya Aminah binti Wahab. Garis
nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kilab bin Murrah. Apabila ditarik ke atas,
silsilah keturunan beliau baik dari ayah maupun ibunya sampai kepada Nabi
Isma’il AS dan Nabi Ibrahim AS.
Ketika ia masih tiga bulan dalam
kandungan Ayahnya meninggal dunia pada saat pergi berniaga ke Yatsrib,
sementara ibunya Aminah wafat di Abwa sewaktu pulang dari menziarahi makam
Abdullah, ketika itu ia berusia 6 tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya
selama dua tahun, kemudian kakeknya itu pun meninggal dunia pula dalam usianya
8 tahun, dan ia diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Dari kisah Nabi tersebut dapat
diketahui bahwa tanggung jawab hak asuh anak apabila ayahnya meninggal
berturut-turut dari ibu ke kakek,
kemudian ke paman. Ada dua jenis
pekerjaan yang dilakukannya sebelum menjadi Rasul. Pertama, mengembala kambing ketika ia bersama ibu susuannya
Halimahtus Sa’diyah tinggal di desa. Kedua,
berdagang ketika ia tinggal bersama pamannya, ia mengikuti pemannya berdagang
ke negeri Syam, sampai ia dewasa dan dapat berdiri sendiri.
Sebagai seorang pedagang, selainia
berdagang dengan pamannya,ia juga melakukan kerjasama dagang dengan Khadijah,
seorang janda kaya. Khadijah memberinya modal untuk berdagang ke negeri Syam,
dan beliau memperoleh untung besar. Khadijah tertarik pada kejujuran dan
akhlaknya yang baik, dan ingin menjadi suaminya, setelah sebelumnyaia
berkali-kali menolak pinangan bangsawan Quraisy.
Dari dua pekerjaan yang dilakukan
Nabi menjelang usiannya 25 tahun memberi modal kepadanya untuk dapat hidup
lebih mandiri kelak. Mengembala kambing adalah pekerjaan yang memerlukan
kesabaran kuat, sementara berdagang melatih kejujuran di saat sulitnya mencari
orang yang jujur waktu itu. Dalam usia 25 tahun, Abu Thalib menawarkan
keponakannya itu kepada Khadijah binti Khuwailid. Tawaran Abu Thalib diterima
Khadijah. Pernikahan Nabi dengan Khadijah binti Khuwailid berlangsung ketika
Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun dengan mahar 20 ekor unta.
2.
Diangkat Menjadi Rosul
Menjelang usia 40 tahun, selama satu
bulan dalam setiap tahun Muhammad mengasingkan diri ke Gua Hira’ untuk
merenungi alam dengan ciptaannya. Istrinya Khadijah memberi dukungan penuh
terhadap keinginannya tersebut. Disediakannya makanan untuk dibawa suaminya
Muhammad sebagai bekal ke Gua Hira’ itu.
Demikianlah dilakukan Muhammad
setiap tahun. Ketika usianya 40 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat
Jibril mendatanginya menyampaikan wahyu Allah yang pertama surat al-Alaq (ayat
1-5). Berarti secara simbolis Muhammad telah dilantik sebagai Nabi akhir zaman.
3.
Tahap-Tahap Dakwah
Rasulullah berdakwah melalui
beberapa tahap. Pertama, secara
diam-diam di lingkungan keluarga dan sahabat dekatnya. Diterima oleh istrinya
Khadijah, anak pamannya Ali, anak angkatnya Zaid bin Hãritsah, serta sahabat
dekatnya Abu Bakar. Melalui Abu Bakar, masuk Islam pula Utsman bin Affan,
Zubeir bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin
Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan beberapa budak dan fakir miskin. Dakwah
ini berlangsung selama tiga tahun.
Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Hal ini dilakukan setelah
turunnya wahyu ketiga, sûrah AlSyu’ara’ (ayat 214). Nabi mengumpulkan dan
mengajak mereka supaya beriman. Akan tetapi Abu Lahab beserta istrinya mengutuk
Nabi, sehingga turun Sûrah al-Masad (ayat 1-5).
Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah sûrah al-Hijir
(ayat 94). Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan masyarakat,
tidak terbatas hanya kepada penduduk Makkah saja, tetapi juga termasuk
orangorang yang mengunjungi kota itu.
4)
Tantangan Kaum Quraisy
Kaum Quraisy menentang dakwah Nabi dengan bertahap. Pertama, membujuk, karena kekuatan Nabi
terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani itu. mereka meminta
Abu Thalib memilih satu di antara dua: yaitu memerintahkan Muhammad agar
berhenti dari dakwahnya atau menyerahkannya kepada mereka untuk dibunuh. Abu
Thalib mengharapkan Muhammad agar menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak
dengan mengatakan “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat
Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara mengucilkan
saya”. Abu Thalib sangat terharu mendengarkan jawaban keponakannya itu,
kemudian ia berkata “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid
bin Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan
tampan untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad s.a.w. Walid bin Mughirah
berkata kepada Abu Thalib “Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan
Muhammad kepada kami untuk kami bunuh”. Usul ini langsung ditolak keras oleh
Abu Thalib.
4.
Hijrah ke Yatsrib
Setelah mendapat perintah hijrah
dari Allah Swt. Rasulullah menemui sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam perjalanan. Nabi juga menemui Ali dan
meminta kepadanya agar tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana
membunuhnya. Senin malam Selasa itu, Nabi
ditemani Abu Bakar dalam perjalanan menuju Yatsrib. Keduanya singgah di
Gua Tsur, arah selatan Makkah untuk menghindar dari pengejaran orang kafir
Quraisy. Mereka bersembunyi di situ selama tiga malam.
Pada malam ketiga mereka keluar dari
persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib bergerak ke arah
barat menuju laut merah melawati jalan yang tidak biasa dilewati qabilah dagang
ketika itu. Setelah tujuh hari dalam perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, dan Abu
Bakar sampai di Quba. Ketika tiba di
Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar 10 Km dari Yatsrib, Nabi
istirahat beberapa hari lamanya. Ia menginap di rumah Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi membangun
sebuah mesjid yang pertama kali dibangunnya yang dikenal dengan masjid Quba.
Tak lama kemudian Ali Makkah, sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu
kedatangan mereka, akhirnya yang mereka tunggu itu datang mereka sambut dengan
penuh sukacita.
Pada hari Jum’at 12 Rabiulawwal 13
Kenabian / 24 September 622 M, Nabi meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di
perkampungan Bani Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum’at pertama di dalam
sejarah Islam. Sesudah melaksanakan shalat Jum’at, Nabi melanjutkan perjalanan
menuju Yatsrib dan disambut oleh Bani Najjar.
5.
Membangun Masyarakat Islam
Guna membina masyarakat yang baru
itu, Nabi meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat di kalangan internal
umat Islam. Pertama, pembangunan
mesjid. Setiap kabilah sebelum Islam datang, mereka memiliki tempat pertemuan
sendiri-sendiri. Nabi menginginkan agar seluruh umat Islam hanya memiliki satu
tempat pertemuan.
Maka beliau membangun sebuah masjid
yang diberi nama “Baitullah”. Di masjid ini, selain dijadikan tempat shalat, juga belajar, tempat
bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, bahkan juga berfungsi
sebagai pusat pemerintahan.
Kedua, Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin (muslim asal
Makkah) dan kaum Ansar (muslim Madinah). Dengan demikian, setiap muslim terikat
dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Abu Bakar, misalnya, dipersaudarakan
Nabi dengan Kharijah bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal.
Hal ini berarti Rasulullah menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru,
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan kesukuan, di zaman
jahiliah.
6.
Mengadakan Perjanjian Dengan Non-Muslim/ Konstitusi Madinah
Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari tiga
kelompok, yaitu bangsa Arab muslim, bangsa Arab non-muslim dan orang Yahudi.
Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok itu, Nabi mengadakan
perjanjian dalam piagam yang disebut “Konstitusi Madinah”, yang isinya antara
lain:
Pertama, Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu bangsa.
Kedua, Bila salah satu kelompok
diserang musuh, maka kelompok lain wajib
untuk membelanya.
Ketiga, Masing-masing kelompok
tidak dibenarkan membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan orang Quraisy.
Keempat, Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agamanya tanpa
campur tangan kelompok lain.
Kelima, Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-Muslim,
ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu moril dan materiil.
Keenam, Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan dia
menyelesaikan masalah yang timbul antar kelompok.
Berdasarkan konstitusi di atas, dapat diketahui bahwa Nabi telah
membentuk negara Islam di Madinah dan Rasulullah menjadi kepala pemerintahannya
yang mempunyai otoritas untuk menyelesaikan segala masalah yang timbul
berdasarkan konsitusi.
7.
Permusuhan Kafir Quraisy dengan
Nabi
Meskipun Nabi dan umat Islam telah meninggalkan Makkah, tetapi
kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhannya karena jika Islam berkembang di
Madinah bukan hanya mengancam kepercayaan mereka tetapi juga ekonomi. Sebab
letak Madinah berada di jalur dagang mereka ke Syam.
Maka tidak mengherankan jika terjadi peperangan antara umat Islam
dengan kafir Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali pertempuran. Yang
terpenting di antaranya adalah: Perang Badar, Perang Uhud, Perang Ahzab, Perjainjian
Hudaibiyah, Masa Gencatan Senjata, Penaklukan Kota Makkah.
8.
Permusuhan Yahudi dengan Nabi
Seperti telah disebutkan bahwa pada mulanya orang Yahudi termasuk di antara orang yang menantinantikan
kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., tetapi karena Nabi berasal dari bangsa Arab,
mereka menolaknya. Sewaktu Rasulullah mengadakan konstitusi Madinah mereka
termasuk yang ikut serta menandatangani perjanjian tersebut, tetapi tidak
dengan hati yang jujur dan melanggarnya. Kedengkian mereka semakin bertambah
kepada umat Islam setelah mereka menyaksikan pesatnya perkembangan Islam di
Madinah.
Mereka memusuhi Islam dengan
bertahap. Mula-mula bergabung dengan orang Quraisy, dengan tipu muslihat agar
orang Arab sendiri yang menghancurkan orang Arab dengan pedang mereka. Kemudian
mereka dengan terang-terangan memusuhi Islam.
9.
Nabi Wafat
Tiga bulan setelah Nabi kembali ke
Madinah, beliau menderita sakit. Abu Bakar disuruh Nabi mengimami kaum muslimin
dalam sholat sebanyak tiga kali, bila beliau tidak sanggup melakukannya. Sakit
Nabi itu berlangsung selama 14 hari. Akhirnya beliau menghembuskan nafas
terakhir pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun di rumah
istrinya ‘Aisyah.
Kaum muslimin yang diberitahukan
atas wafatnya Nabi itu dicekam kebingungan, tetapi Abu Bakar tampil membacakan
ayat al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 144, dan berpidato: “wahai manusia, barang
siapa memuja Nabi Muhammad, maka Nabi Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa
memuja Allah Swt. maka Allah Swt. hidup selama-lamanya.
Dari perjalanan sejarah Rasulullah
di atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. di Makkah hanya sebagai
seorang Rasul. Sedang di Madinah selain sebagai Rasul pemimpin agama, Nabi juga
seorang Kepala Negara, komandan perang, pemimpin politik dan adminstrator yang
cakap, sehingga dalam waktu 10 tahun beliau berhasil mewujudkan penduduk sahara
itu ke dalam kekuasaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar