BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Latar
Belakang Dalam pergaulan atau kehidupan sehari-hari manusia memiliki akhlaq
yang berbeda-beda, ada yang berakhlaq terpuji dan berakhlaq tercela. Akhlaq
yang kita miliki menggambarkan kepribadian yang kita miliki pula. Manusia yang
berakhlaq baik tentunya akan memiliki sifat, sikap dan tingkah laku yang baik
pula. Sebaliknya, manusia yang memiliki akhlaq yang tercela, tentunya cenderung
akan memiliki sifat, sikap dan tingkah laku yang tidak baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana isi kandungan dan hadist mengenai
sikap tawadhu' dan sabar ?
2.
Bagaimana isi kandungan dan hadist mengenai
pemboros ?
3.
Bagaimana isi kandungan dan hadist mengenai makanan
halal ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Isi Kandungan dan Hadist Mengenai Sikap
Tawadhu' Dan Sabar
وَعِبَادُ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ
قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
Artinya: Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (Q.S. Al-furqon:
63).
Kandungan surah
al-furqon di atas yaitu:
1. Anjuran untuk bersikap tawadhu'
Tawadhu' berarti
rendah hati. maksudnya adalah, sikap yang menunjukkan adanya kerendahan hati
dan tidak sombong atau tinggi hati. Orang yang tawaduk tidak suka menampakkan
kemampuan yang dimilikinya.
Sikap tawadhu'
dimiliki oleh seseorang yang memiliki kesadaran, bahwa hidup berada di bawah
penguaasaan dan kekuasaan Allah swt.
Allah mengsifati
ibadurrohman sebagai orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, yaitu
orang-orang yang tenang, berwibawa dan tawadhu' (merendahkan diri) terhadap
Allah dan makhluk. Seorang mukmin hendaklah menghiasi dirinya dengan sikap
tawahdu' artinya memandang diri rendah di hadapan Allah dan makhluk lainnya. Sebagaimana
hadits Nabi SAW:
عنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي
شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا
يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”(رواهاحمد و ابن حبّن)
Artinya: Urwah bertanya kepada
‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah
menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari
kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit
bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan
Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676)[1]
2. Sabar terhadap gangguan orang lain
Di jelaskan dalam
lanjutan ayat "Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka",
maknanya berkata perkataan yang jahil, dimana perkataan tersebut menganggu atau
menyakitkan, lalu Allah mengsifati ibadurrohman dengan "mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung keselamatan)". Maknanya mengucapkan perkataan
yang selamat dari dosa dan selamat dari membalas kejahilan dengan kejahilan.
Hendaklah seseorang mengetahui bahwa gangguan yang diberikan manusia merupakan
bagian dari takdir Allah. Ujian Allah berbagai macam bentuknya. Memang ujian
yang palng sulit diterima adalah jika ujian itu datang melalui tangan manusia.
Maka hendaklah seseorang mukmin bersabar terhadap ujian manusia sebagaimana
insan bersabar terhadap musibah dari Allah dan lainnya.[2]
B.
Isi Kandungan dan Hadist Mengenai Pemboros
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ
كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧
Artinya: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya
(Q.S. Al-isra': 27).
Kandungan surah al-isra' di atas yaitu:
1.
Allah mengingatkan betapa buruknya sifat orang yang boros , mereka
dikatakan sebagai saudaranya setan. Orang yang boros bermakna orang yang
membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung manfaat berarti.
Inti kandungan dari dua ayat tersebut adalah agar kita mengatur dan
membelanjakan harta kita secara tepat, yaitu dengan membelanjakan di jalan
Allah, memberikan bagian harta kepada yang berhak dan tidak menghamburkan harta
kita atau boros, sebagaimana hadits Nabi
SAW:
عن عمرو بن ثعب
عن أبية عن جدّ ه قال: رسو ل الله صلى الله عليه وسلّم كُلْ و ا شْرَ بْ وَالْبَسْ
وَتَصَصَدَّقْ في غَيْرِ سَرَفٍ وَلاَ مَخِيْلَةٍ (اخرجه أبوداود و احمد)
Artinya: "Dari Amr bin Sya'ab dari bapaknya
dari kakeknya ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: makanlah, minumlah, dan
berpakaianlah dan bershodaqohlah dengan tidak berlebih-lebihan dan
menyombongkan diri". (H.R. Abu Daud dan Ahmad
2.
Untuk menjauhkan diri dari sesuatu perbuatan
yang berkaitan dengan kemewahan dan kesenangan untuk mengabdukan diri keoada
Allah. Hidup sederhana di sini bukan berarti orang yang menjauhkan dari
kehidupan kemewahan atau dunia selagi kita masih hidup di dunia kita tetap
diperlukan untuk mencari harta. Dan bukan berarti orang yang hidup sederhana
adalah orang yang miskin. Orang yang kayapun kadang hidup sederhana tergantung
bagaiman harta itu mempengaruhi pengabdian kepada Allah SWT. Jika orang kaya
itu menganggap hartanya sebagai sarana untuk beribadah dan berdakwah di jalan
Allah serta tidak mencintai harta secara berlebihan dan harta bukan menjadi
tujuan utama hidupnya.[3]
C.
Isi Kandungan dan Hadist Mengenai Makanan
Halal
فَكُلُواْ مِمَّا
رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ
إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ ١١٤
Artinya: Maka
makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu;
dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah (Q.S.
An-nahl: 114).
Kandungan surah
an-nahl di atas yaitu:
Dalam ayat ini Allah menyuruh umat Islam
untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik (tayib). Mengkonsumsi makanan
tidaklah cukup hanya halal saja namun juga harus baik (tayib). Atau sering kita
kenal dengan istilah halalan toyiban. Halalnya makanan ditinjau dari tiga hal,
yaitu halal wujudnya, halal cara memperolehnya dan halal cara pengolahannya.
Allah telah menentukan berbagai jenis
makanan yang dihalalkan antara lain sebagai berikut:
1. Semua jenis makanan yang tidak diharamkan oleh
Allah dan Rasulnya.
2. Semua jenis makanan yang tidak kotor dan tidak
menjijikkan.
3. Semua jenis makanan yang tidak mendatangkan
mudarat, tidak membahayakan kesehatan tubuh, tidak merusak akal, serta tidak
merusak moral dan aqidah
عن ابى عبد الله النّعمان بن
بشير رضي الله عنهما قا ل: سَمِعْتُ رسل الله صلى الله عليه وسلم يقول: اَنْ اَلْحَلَا
لَ بَيِّنْ وَاِنْ اَلْحَرَامَ بَيِّنْ وَبَيْنَهُمَا اُمُورُ مُشْتَبِهَا تٌ لَايَعْلَمْهُمَا
كَثِيْر مِنَ النَّاسِ, فَمَنِ اتَّقَى اشْبَهَاتُ فَقَدْ اِسْتِبْرأُ لِدِيْنِهِ
وَعَرْدِهِ, وَمَنْ وَقَعَ فِي الشِّبْهَاتِ وَقَعَ فِي الحَرَامِ, كَا لرَّاعِى
حول الحَمِى يُوشَك اَنْيَرْتَعِ فِيهِ, أَلَا وَإِن لِكُلِّ ملك حمى َألَا وَانَّ
حَمَى الله محا رمه ألا وَإِن فِى الجَسَدِ مُضْغَةٌ إِدَ صُلِحَتْ صُلْحِ الجَسَدِ
كُلَّهُ وَإِذْ فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدِ كُلَّهُ اِلَا وَهِيَ القَلْبُ (رواه
البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abu
Abdillah Nu'man bin Basyir r.a. "saya mendengar Rasulullah SAW bersabda
"sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara
keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak
diketahui oleh orang-orang banyak. Maka barang siapa yang yang takut terhadap
syubhat, berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barang
siapa yang terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaiman pengembala yang
mengembalakan hewan gembalanya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk
dimasukinya, ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah
adalah apa yang diharamkan. Ketahuilah bahwa di dala diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah
seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati" (H.R. Bukhari dan
Muslim). .[4]
BAB III
KESIMPULAN
A. Isi Kandungan dan Hadist Mengenai Sikap Tawadhu' Dan Sabar
1. Anjuran untuk bersikap tawadhu'
Tawadhu' berarti
rendah hati. maksudnya adalah, sikap yang menunjukkan adanya kerendahan hati
dan tidak sombong atau tinggi hati. Orang yang tawaduk tidak suka menampakkan
kemampuan yang dimilikinya.
2. Sabar terhadap gangguan orang lain.
B.
Isi Kandungan dan Hadist Mengenai Pemboros
1. Allah mengingatkan betapa buruknya
sifat orang yang boros, mereka dikatakan sebagai saudaranya setan. Orang yang
boros bermakna orang yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak
mengandung manfaat berarti.
2. Untuk menjauhkan diri dari sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan kemewahan
dan kesenangan untuk mengabdikan diri kepada Allah.
C.
Isi Kandungan dan Hadist Mengenai Makanan
Halal
Allah telah
menentukan berbagai jenis makanan yang dihalalkan antara lain sebagai berikut:
a. Semua jenis makanan yang tidak diharamkan oleh
Allah dan Rasulnya.
b. Semua jenis makanan yang tidak kotor dan tidak
menjijikkan.
c. Semua jenis makanan yang tidak mendatangkan
mudarat, tidak membahayakan kesehatan tubuh, tidak merusak akal, serta tidak merusak
moral dan aqidah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. Aqidah Akhlak. Klaten: Sinar Mandiri,
2008.
Anggota IKPI. Al-Qur'an dan Hadits untuk MA.
Solo:Putra Kertonatan, 2008.
Hidayat, Ahmad dkk, Fiqih. Jakarta: Kementerian
Agama Republik Indonesia. 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar