MOTTO
Artinya :
Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus Allah untuk membangun akhlak
mulia.
(HR. Ahmad no. 3595)
PERSEMBAHAN
Paper ini
penulis persembahkan kepada :
Ø Bapak dan ibu
tercinta yang mendoakan setiap waktu kepada penulis dan yang sudah mengorbankan
segalanya demi kesuksesan penulis.
Ø Kepada
keluarga, kerabat terdekat, terkhusus kepada kakak saya yang telah membantu
menyelesaikan paper ini, sehingga dapat selesai dengan lancar.
Ø Pada ustadz
yang telah memberikan ilmunya kepada peulis sehingga penulis memperoleh ilu
yang bermanfaat…. amin.
Ø Keluarga besar
PON PES “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo.
Ø Konco-konco
seperjuangan yang membantu menyumbangkan pilihanya untuk paper ini.
KATA
PENGANTAR
Segala
puji syukur, penulis senandungkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “AKHLAK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF Al NAWAWI DALAM KITAB AL TIBYAN FI ADABI HAMALATIL AL-QURAN.”
dengan tanpa hambatan yang merintanginya. Dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan mengikuti ujian nasional (UN) tahun 2013/2014
Sholawat
beserta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi agung nabi
Muhammad Saw. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju islamiyah.
Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau kelak nanti di hari kiamat, amin.
Dengan
terselesaikannya paper ini penulis tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah banyak mencurahkan segalanya baik tenaga,
pikiran, doa serta motivasi demi terselesaikanya paper ini, khususnya kepada :
1.
Bapak Drs. Mudhofir Ihsan selaku kepala Madrasah Aliyah “ Darul
Huda”
2.
Bapak ustadz Madrasah Aliyah “Darul Huda”. Terkhusus kepada Bapak
M.Sholihin selaku Wali Kelas XIID IAGA
3.
Bapak Masyuri selaku
pembimbing dalam penyusun paper ini.
4.
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih
banyak kekurangan yang perlu di benahi, oleh karena itu penulis mengharap
kritik dan saran dari para pembaca yang semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
para pembaca dan apabila ada kekurangan ataupun kesalahan dalam penyususnan
paper ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Ponorogo
……………………………………..
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN
PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN
PERSSEMBAHAN
HALAMAN
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Masalah
D.
Jenis Penelitian
E.
Metode Pengumpulan Data
F.
Metode Analisis Data
G.
Sistematika Pembahasan
BAB II : AKHLAK
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
A.
Pengtian akhlak
B.
Pengertian Pendidik
C.
Pengertian Peserta Didik
D.
Ruang Lingkup Akhlak Terpuji
BAB III : AKHLAK
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF Al NAWAWI
DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL AL-QURAN
A.
Biografi IMAM NAWAWI
B.
Akhlak Pendidik Menurut Imam Nawawi dalam kitab Fi Adabi Hamalatil
Al-Qur’an.
C.
Akhlak peserta Didik Menurut Imam Nawawi Dalam Kitab Fi Adabi Hamalatil
Al-Qur’an
BAB IV :
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
C.
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan kesempurnaan hidup manusia bahkan sudah kewajiban
bagi setiap muslim dan muslimat mempunyai akhlak yang luhur atau mulia.Akhlak
dapat dilakukan di mana saja, bahkan di tempat-tempat tertentu seperti pada
saat di rumah, sekolah (baik sekolah umum maupun swasta). Masih banyak sekali
sekolah di luar-luar sana yang tidak menerapkan kehidu[pan berakhlak, seperti
seorang guru atau ustadz yang kurang memperhatikan akhlaknya pada saat jam-jam
pelajaran begitu juga murid-muridnya kurang memperhatikan akhlaknya pada saat
jam pelajaran akhlak dapat dilakukan tidak hanya kepada perorangan saja bahkan
akhlak di sekolah bisa di lakukan dengan kitab atau buku pelajaran.
Akhlak
merupakan hal yang yang paling utama dalam agama Islam , baik dikalangan
pelajar, pendidik, dan lain-lainnya. Dari latar belakang di atas, penulis ingin
sekali membahas lebih lanjut dalam sebuah paper yang berjudul “AKHLAK PENDIDKAN
DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL
AL-QUR’AN”
B.
Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan paper ini penulis
memberikan rumusan masalah yang akan di bahas dalam paper ini yaitu :
1.
Bagaimana akhlak pendidik menurut imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan
Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
2.
Bagaiman akhlak peserta didik menurut imam Nawawi dalam kitab Al
Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
C.
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan paper ini adalah :
1.
Untuk mengetahui akhlak
pendidik menurut imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
2.
Untuk mengetahui akhlak peserta didik menurut imam Nawawi dalam
kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
D.
Jenis Penelitian
Di dalam penelitian paper ini, yang penulis ambil adalah penelitian
perpustakaan (library research) yaitu mengambil data-data dari buku-buku yang
tersedia di dalam perpustakaan yang berkaitan dengan paper ini.
E.
Metode Pengumpulan Data
Di dalam penyusunan paper ini, penulis menggunakan metode
dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dari beberapa buku, kemudian di ambil
permasalahan yang penting yang berkaitan dengan judul paper ini.
F.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penyususnan paper
ini adalah :
1.
Metode induktif adalah suatu metode yang menyelidiki permasalahan
yang bersifat khusus menjadi hal-hal yang bersifat umum.
2.
Metode deduktif adalah suatu metode yang menyelidiki permasalahan
yang bersifat umum menjadi hal-hal yang bersifat khusus.
G.
Sistematika Pembahasan
Supaya mempermudah untuk memahami pembahasan paper ini penulis menggunakan sistematika
pembahasan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab
ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan,
jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan
sistematika pembahasan.
BAB II : AKHLAK PENDIDIK DAN
PESERTA PENDIDIK
Bab
ini berisi tentang pengertian akhlak , pengertian pendidik (Guru), pengertian
peserta didik (murid), ruang lingkup akhlak terpuji.
BAB III : AKHLAK PENDIDKAN DAN
PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL AL-QUR’AN
Bab ini berisi
tetang biografi imam Nawawi, tentang akhlak pendidik dan peserta didik menurut
imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan Fi
Adabi Hamalatil Al-Qur’an.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi
tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup.
BAB II
AKHLAK PEBNDIDIK DAN PESERTA DIDIK
A.
Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab
akhlaq, jamaknya lafad khuluq atau al-khuluq, menurut bahasa khuluq berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Dalam kamus al-kaustar, ilmu akhlak diartikan sebagai ilmu tata
ktama. Sedangkan ilmu akhlak dalam the encyclopedia of Islam dirumuskan bahwa
ilmu akhlak ialah ilmu tentang kebaikan dan cara mengikutinya, tentang
kejahatan dan cara menghindarinya.
Menurut imam Al- Gozali,
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan
dengan gampang dan mudah serta tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Adapun yang dimaksut dengan ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk .
Dari pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa ilmu akhlak ialah
ilmu yang membahs tentang perbuatan yang dilakukan manusia. Baik menurut akhlak
adalah segala sesuatu yang berguna yang sesuai dengan nilai dan norma agama
nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
Perbuatan baik dan buruk dalam moral dan etika ditentukan adat
istiadat dan pemikiran manusia dalam masyareakat pada suatu tempat di suatu
masa. Akhlak islami bersifat tetap dan berlangsung untuk selamanya, sedang
moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu.
Akhlak islamiyah adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia.
Akhlak Islam mempunyai karakteristik sifat tertentu yang membedakan dengan
etika dan moral ciptaan manusia, sifat-sifat tersebut antaralain sebagai
berikut :
1.
Kebaikan yang bersifat mutlak
2.
Kebaikan yang bersifat menyeluruh
3.
Kebaikan yang bersifat tetap, langgeng, dan mantap
4.
Pengawasan yang menyeluruh.
B.
Pengertian Pendidik (Guru)
Guru (dari sansekerta yang berarti guru, tetapi arti secara
harfiahnya adalah “berat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu . dalam bahasa
Indonesia, guru umumnyamerujuk pendidik professional denagn tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Arti umum guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap
orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Arti khusus, dalam agama hindu, guru merupakan symbol bagi suatu
tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah
pemandu spiritual/kejiwaan
murid-muridnya.
Dalam agama Budha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam
jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memanang gurunya sebagai jelmaan
Budha atau Budhisattva.
Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agam Hindu
dan Budha, namun posisinya lebih penting lagi karena salah satu inti ajaran
agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru sileh. Hanya ada
sepuluh guru dalam agama Sikh. Guru pertama , guru Nanak Dev adalah pendiri
agama ini.
Orang
India, Cina, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan
seorang imam atau nabi oleh sebab itu seorang guru harus di hormati dan
terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk
mendapatkan keselamatan dan di hormati bahkan lebih dari orang tua mereka.
Pada
era teknologi, guru memang tidak lagi dapat berperan sebagai satu-satunya
sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Peran guru telah berubah menjadi
fasilitas, motivator, dan dinamistor bagi peserta didik.
Guru
dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Hal ini di
sebabkan gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan.
Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui
bimbingan dan keteladanan. Sudah selayakya guru mempunyai berbagai kopetensi
yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Seorang guru
yang professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain:
1.
Memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadahi.
2.
Memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang di
didikanya.
3.
Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya
4.
Mempunyai jiwa kreatif dan produktif.
Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kopetensi, maka
harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kopetensi yang ada pada
dirinya, yaitu:
·
Kopetensi pribadi
·
Kopetensi professional
·
Kopetensi kemasyarakatan
·
·
)
Menurut Engr Syyid Khaim Husayn Nagawi yang di kutip oleh Abudin
Nata, menyebutkan bahwa kata murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang
yang menginginkan (the willer). Menurut Abudin Nata kata murit di artikan
sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ,
keterampilan, pengetahuan dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar
bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh.
Disamping kata murid di jumpai kata lain yang sering digunakan
dalam bahasa arab, yaitu tilmidz yang berarti murid atau pelajar,
jamknya talamidz . kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah,
kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya mengacu dari
beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf
pendidikan, yang dalam berbaga literature murid yang juga di sebut
sebagai anak didik. Dalam hal ini si terdidik dilihat sebagai seseorang (subyek
didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial
yang mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan
optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga Negara yang di harapkan.
Menurut H. M. Arifin, menyebut “murid”, maka yang di maksud adalah
manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau
pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dari
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni kemampuan
fitrahnya.
Akan tetapi dalam literature lain ditegaskan, bahwa anak
didik (murid) bukanlah hanya anak-anak yang sedang adalam pengaruh dan
pengasuhan orang tua bukan pula anak yang dalam usia sekolah saja. Pengertian
ini berasal atas tujuan pendidikan, yaitu manusia sempurna secara utuh, untuk
mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayat.
Penulis menyimpulkan, pengertian murid sebagai orang yang
memerlukan ilmu pengetahuan yang membutuhkan bimbingan dan arahan untuk
mengembangkan potensi diri (fitrahnya) secara konsisten melalui proses
pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai
manusia dewasa yang bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang mampu
menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi.
Masalah yang berhubungan denagn anak didik (murid), merupakan obyek
yang penting dalam paeda gugik. Begitu pentingnya factor anak dalam pendidikan,
sampai-sampai aada aliran pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala
usaha pendidikan (aliran child centered).
C.
Ruang Lingkup Akhlak Terpuji
Sudah sewajarnya orang-orang yang beriman telah menggadaikan dirinya kepada Allah SWT,
mereka memiliki sifat khusus yang membedakan diri mereka dengan orang lain yaitu :
1.
Banyak melakukan tobat kepada Allah dari setiap dosa kecil atau
besar.
2.
Beribadah kepada Allah SWT
3.
Memuji Allah SWT di setiap saat
4.
Berpuasa karena Allah SWT
5.
Rukuk kepada Allah SWT
6.
Sujud kepada Allah SWT
7.
Menyuruh kemasyuran karena mengharap keridhoan Allah SWT
8.
Melarang kemungkaran, demi zat Allah SWT
9.
Menjaga hukum-hukum Allah SWT
Muhammad Abdullah Daraz dalam kitabnya Dustut Al-Akhlaq Fi Al Islam
membagi ruang lingkup akhlak menjadi lima (5) bagian:
1.
Akhlak pribadi
2.
Akhlak berkeluarga
3.
Akhlak bermasyarakat
4.
Akhlak bernegara
5.
Akhlak beragam
Menurut pendapat jumhur ulam’ ruang lingkup akhlak di kelompokkan
menjadi 3 hal yaitu:
1.
Hubungan manusia dengan Allah SWT
2.
Hubungan manusia dengan manusia
3.
Hubungan manusia dengan hewan
BAB III
AKHLAK
PENDIDKAN DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL
AL-QUR’AN
A.
Biografi Imam Nawawi
1.
Pendidikan Imam Nawawi
Nawawi, Imam (Nawa, Damaskus, Muharam 631/Oktober 1233-24 Rajab
676/22 Desember 1277). Seorang syekh islam yang banyak menulis buku, ahli
hadits, fiqih, dan bahasa : dikenal sebagai mujtahid yang sibuk dengan kegiatan
muzakarah: dikenal pula denagn sebutan dengan al-hafidz muhyiddin an-Nawawi.
Nama lengkapnya ialah Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Marri
al-Khazami.
Imam Nawawi meninggal dalam usia 54 tahun, sebelum meninggal, ia
sempat pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji beserta orang tuanya,
menetap di amdinah setelah 1,5 bulan, dan sempat berkunjung ke Baitul Makdis
(Yerusalem) ia tidak menikah sampai akhir hayatnya.
Pada usia 19 tahun ia belajar di sekolah “Ar-rawahiyah” di
Damaskus, ia sangat tekun dalam mencari ilmu selama 20 tahun, sampai ia
menguasai beberapa disiplin ilmu agama, seperti hadits, dan ilmu hadits, fiqih,
dan ushul fiqih serta bahasa.
2.
Guru-guru Imam Nawawi
Rida bin Burhan, Az-Zaid Khalid, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ansari,
Zainuddin bin Abdul Daim, Imaduddin Abdul Karim al-Harastani, Zainuddin Khalaf
bin Yusuf, Taqiuddin bin Abi Al-Yassar, Jamaluddin bin Ar-Sirafi, dan
Syamsuddin bin Amr.
3.
Karya-karya Imam Nawawi
Sejak berusia 25 tahun hingga wafatnya (656-676 H/ 1257-1277 M)
Imam Nawawi menulis sejumlah kitab, antara lain syarah kitab Hadits susunan
Al-Baqawi dan Syarah Hadits karya ad Daruqutni, ar-Raudah, al-Majmu’ (syarah
al-Muhazzab) at-Tibjan fi Adabi Hamalah al-Qur’an, Tahrir at-Tanbih, dan masih
banyak yang lainya.
B.
Akhlak Pendidik Menurut Imam Nawawi dalam kitab fi Adabi Hamalatil
Al-Qur’an
Bab ini panjang dan luas sekali saya mengisyaratkan pada
tujuan-tujuannya secara ringkas dalam beberapa pasal supaya mudah di hafal dan
di amalkan, insyaallah.
Pasal :
Pertama kali yang harus dilakukan oleh guru dan pembaca adalah
mengharapkan ridho Allah SWT.
Artinya : “sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya orang mendapat apa yang di niatkanya.”
Dari Dzin Nun Rahimahullaah, ia berkata : “ Tiga perkara merupakan
tanda ikhrar, yaitu sama saja tidak terpengaruh oleh pujian dan celaan orang
banyak, lupa melihat amal di antara amal-amali dan mengharapkan pahala
amal-amalnya di akhirat.”
Dari Sahl At-Tastari Rahimahullaah, ia berkata : ” Jangan lakukan sesuatu karena mengharap
pujian orang banyak , jangan tinggalkan sesuatu karena mereka, jangan menutup
sesuatu karena mereka, dan jangan membuka sesuatu karena mereka.”
Pasal :
Hendaknya seseorang tidak bertujuan dengan ilmunya untuk mencapai salah
satu kesenangan dunia berupa harta atau kepemimpinan, kedudukan, keunggulan
atas saingannya, pujian di antara orang banyak atau untuk mengarahkan perhatian
orang banyak kepadanya dan yang seperti itu.
Pasal :
Hendaknya ia waspada untuk tidak bermaksud memaksakan banyaknya orang ayng belajar dan
orang yang datang kepadanya, hendaklah ia tidak membenci murid-muridnya yang
belajar kepada orang alin yang bermanfaat, ini adalah musibah yang
menimpasebagian pelajar yang bodoh, dan ia adalah bukti yang jelas dari
pelakunya atas niatnya yang buruk dan batinya yang rusak. Bahkan itu adalah
tujuan yang meyakinkan bahwa ia tidak menginginkan keridhoan Allah SWT yang
Maha Pemurah denagn pengajaranya itu, karena jika ia menginginkan keridhoan
Allah denagn pengajaranya, tentulah ia tidak membenci hal itu, tetapi ia
katakana kepada dirinya :” Aku menginginkan ketaatan dengan pengajaranya dan
telah tercapai. Dengan belajar kepada orang lain ia ingin menambah ilmu, maka
ia telah mempersalahkan padanya”
Pasal:
“Pengajar harus mempunyai
akhlak yang baik sebagaiman ditetapkan oleh syara’. Berperilaku terpuji dan
sifat-sifat baik yang dianjurkan Allah, seperti
zuhud tehadap keduniaanya dan mengambil sedikit darinay, tidak
meperdulikan dunia dan pencintaanya, sifat pemurah dan dermawan serta budi
pekerti mulia, wajah berseri-seri tanpa
melampaui batas, penyantun, sabar, bersikap wara’, khusuk, tenang, berwibawa,
rendah hati, dan tunduk, menghindari tertawa dan tidak banyak bergurau. Ia
harus selalu mengajarakan amalan-amalan syar’iyyah seperti membersihkan kotoran
dan rambut yang disuruh meninggalkanya oleh syara’. Seperti mencukur kumis dan
kuku, menyisir jenggot, menghilangkan
bau busuk dan menghindari pakaian-pakain tercela. Hendaklah ia menjauhi sifat
dengki, riya, sombong, dan suka meremehkan orang lain, meskipun tingkatan orang
itu di bawahnya.
Pasal :
Patutlah ia bersifat lemah lembut kepada orang belajar kepadanya
dan menyambutnya serta berbuat baik kepadanya sesuai dengan keadaanya.
Nabi saw. Bersabda:
Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang akan mengikuti kalian dan ada
orang-orang yang datang kepada kalian dari penjuru bumi belajar ilmu agama.
Apabila mereka datang kepadamu, berwasiatlah kalian kepada mereka dengan baik”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dan lainya) kami riwayatkan semacam itu dalam
musnad Ad-Daarimi dari Abu Dardzi ra.
C.
Akhlak Peserta Didik Menuru Imam Nawawi Dalam Kitab Fi Adabi
Hamalatil Al-Qur’an
Semua yang kami sebutkan mengenai adab pengajar ( Guru) juga
merupakan adab bagi pelajar. Termasuk adabnya ialah menjauhi hal-hal yang
menyibukkan sehingga tidak bisa berkomunikasi untuk pelajar.
Hendaklah pelajar bersikap rendah diri terhadap gurunya dan sopan
kepadanya, meskipun lebih muda, kurang tersohor dan lebih rendah nasab dan
kebaikanya dari pada dia.
Penyair berkata:
Ilmu itu tidak bisa mencapai pemuda yang menyombongkan diri
Sebagaiman air bah tidak bisa mencapai tempat yang tinggi
Pasal :
Janganlah ia belajar kecuali dari orang yang lengkap keahlianya,
menonjol keagamaanya, nyata pengetahuaanya, dan terkenaal kebersihan dirinya.
Hendaklah pelajar menolak gunjingan terhadap gurunya jika ia mampu.
Bila tidak mampu menolaknya, hendaklah ia tinggalkan majlis itu.
Pasal :
Hendaklah pelajar masuk kepada gurunya dalam keadaan memiliki
sifat-sifat sempurna sebagaimana yang kami sebutkan pada guru, denagn bersuci
menggunakan siwak, kosong hatinya dari hal-hal yang menyibukkan. Janganlah ia
melangkahi pundak orang-orang, tetapi hendaklah ia duduk di mana tempat majlis
berakhir, kecuali bila guru mengizinkan baginya untuk maju atau ia ketahui dari
keadaan mereka bahwa mereka lebih menyukai hal itu.
Pasal:
Hendaklah ia menampakkan adab terhadap teman-tamanya dan
orang-orang yang menghadiri majlis-majlis sang guru. Hal itu merupakan sikap
sopan terhadap guru dan pemeliharaan terhadap majlisnya.
Pasal:
Yang harus diperhatikan adalah tidak belajar kepada guru dalam
keadaan hati guru sedang sibuk dan di landa kejemuan, ketakutan, kesedihan,
kegembiraan, keharuan, mengantuk dan kegelisahan, dan hal-hal lain yang dapat
menghalangi sang guru dapat mengajar secara optimal dan serius. Hendaklah ia menempatkan waktu-waktu di mana
kondisi gurunya dalam keadaan prima. Mereka berkata: “ barang siapa tidak sabar
menghadapi kehinaan di kala belajar, ia pun tetap sepanjang hidupnya dalam
kebodohan. Dan siapa yang sabar menghadapinya, ia pun mendapat kemuliaan di
dunia dan di akhirat.” Alangkah baiknya perkataan penyair berikut ini:
Barang
siapa tidak merasakan kehinaan sesaat,
Ia
pun menempuh zaman seluruhnya
Dalam
keadaan zina.
Pasal :
Termasuk adab pelajar yang
sangat di tekankan ialah gemar dan tekun menuntut ilmu dalam semua waktu yang
dapat di manfaatkannya dan tidak puas dengan yang sedikit sedangkan ia bisa
belajar banyak. Amirul Mukminin Umar Ibnu Al-Khatththab ra, berkata :
“Tuntutlah ilmu sebelum kamu menjadi seorang pemimpin. Yakni berijtihadlah
dengan segenap kemampuanmu di saat kamu menjadi pengikut sebelum menjadi
pemimpin, karena jika sudah menjadi pemimpin yang diikat, kamu enggan belajar
lantaran kedudukanmu yang tinggi dan pekerjaanmu yang banyak.
Pasal:
Hendaklah ia pergi kepada gurunya untuk belajar di awal siang
berdasarkan hadits
nabi saw :
Artinya: “ Ya Allah, berkatilah umatmu pada awal waktunya.”
Hendaklah ia memelihara bacaan hafalanya dan tidak mengutamakan
orang lain pada waktu tiba giliranya, karena mengutamakan orang lain dalam hal
ibadah adalah makruh. Di antara yang wajib dan wasiat yang di tekankan darinya
adalah jangan iri kepada seorang temanya atau izinya suatu keutamaan yang
dianugrahkan Allah kepadanya dan jangan membanggakan dirinya atas sesuatu yang
di istimewakan Allah baginya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari semua uraian dan penjelasan yang telah penulis sampaikan,
akhirnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bahwa biografi Imam Nawawi adalah:
Imam Nawawi adalah seorang syekh Islam yang banyak menulis buku,
ahli hadits, fiqih, dan bahasa. Imam Nawawi meninggal dalam usia 54 tahun,
sebelum meninggal, ia sempat pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji
bersama orang tuanya. Pada usia 19 tahun ia belajar di sekolah “ Ar-Rawahiyah”
selam 20 tahun, dan di antara guru-gurunya Imam Nawawi adalah Rida Bin Burhan,
Az-Zaid Khalid, Abdul Aziz Bin Muhammad Al-Ansari, dan lain-lain. Dan diantara karya-karyanya beliau salah
satunya adalah At-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Qur’an.
2.
Bahwa akhlak pendidik menurut Imam Nawawi dalam kitab Fi Adabi
Hamalati
Al-Qur’an
adalah :
a.
Seorang pendidik (Guru) mengharapkan ridho Allah SWT
b.
Ilmunya tidak bertujuan untuk mencapai salah satu kesenangan
c.
Hendaknya seorang pendidik
waspada untuk memaksakan orang lain untuk belajar kepadanya
d.
Seorang pelajar harus mempunyai akhlak yang baik sebagaiman
diterapkan oleh syafi’i
e.
Bersifat lemah lembut kepada orang yang belajar kepadanya.
3.
Bahwa akhlak peserta didik menurut Imam Nawawi dalam kitab Fi Adabi
Hamalatil Al-Qur’an adlah
a.
Hendaknya belajar kepada orang lengkap ilmunya
b.
Hendaknya seorang pelajar memilii sifat-sifat sempurna
c.
Hendaknya seorang pelajar menampakkan adab terhadap teman-temanya
dan orang-orang yang menghadiri majlis sang guru
d.
Hendaknya seorang pelajar tidak belajar kepada guru yang hatinya sedang sibuk
e.
Hendaknya seorang pelajar gemar dan tekun menuntut ilmu dalam semua
waktu
f.
Hendaknya seorang pelajar ketika belajar kepada gurunya dilakukan
di awal siang
B.
Saran-saran
Untuk lebih memahami masalah akhlak pendidik dan peserta didik,
penyusun akan memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.
Hendaknya seorang pendidik (Guru) harus mengetahui kelebihan dan
kelemahan masing-masing pelajar (murid)
2.
Hendaknya seorang pendidik tidak terlalu banyak memberikan beban
kepada pelajarnya (murid)
3.
Hendaknya seorang pelajar wajib menghormati pendidik (Guru) di
manapun berada
4.
Dan hendaknya seorang pelajar wajib menghormati, ahli baitnya
(keluarganya)
C.
Penutup
Alhamdulillah was-syukurilah penulis ucapkan kepada-Nya karena
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
ini yang merupakan persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir Nasional tahun
2013/2014, walaupun jauh dari pada kesempurnaan.
Dalam menulis paper ini penulis berupaya agar paper ini dapat di
gunakan sebagai motivasi dari pembaca.
Tentu dalam penulisan paper ini pasti ada kekuranganya, maka dari itu penulis
senantiasa mengharapkan kritikan dari para pembaca. Harapan penulia, semoga
paper ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin..
DAFTAR PUSTAKA
Rohaman, Roli Abdul . 2009. Menjaga Akhidah dan Akhlak.
Solo: PT Tiga Serangkai.
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Parsada.
Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Bandung. PT Remaja Rof Dakarya
Ar, Sirojuddin. 2003. Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT
Lahtiar Baru Van Hoeve
Alhamid, Zaid Husein. 2001. Adap dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an.
http:/wegipedia.blogspot.com/2014/01.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar