Senin, 09 Oktober 2017

AKHLAK PENDIDKAN DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL AL-QUR’AN




MOTTO

Artinya :
Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus Allah untuk membangun akhlak mulia.
(HR. Ahmad no. 3595)



PERSEMBAHAN

Paper ini penulis persembahkan kepada :
Ø  Bapak dan ibu tercinta yang mendoakan setiap waktu kepada penulis dan yang sudah mengorbankan segalanya demi kesuksesan penulis.
Ø  Kepada keluarga, kerabat terdekat, terkhusus kepada kakak saya yang telah membantu menyelesaikan paper ini, sehingga dapat selesai dengan lancar.
Ø  Pada ustadz yang telah memberikan ilmunya kepada peulis sehingga penulis memperoleh ilu yang bermanfaat….  amin.
Ø  Keluarga besar PON PES “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo.
Ø  Konco-konco seperjuangan yang membantu menyumbangkan pilihanya untuk paper ini.


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, penulis senandungkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “AKHLAK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF Al NAWAWI  DALAM KITAB AL TIBYAN FI ADABI HAMALATIL  AL-QURAN.”  dengan tanpa hambatan yang merintanginya. Dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan mengikuti ujian nasional (UN) tahun 2013/2014
Sholawat beserta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi agung nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju islamiyah. Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau kelak nanti di hari kiamat, amin.
Dengan terselesaikannya paper ini penulis tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak mencurahkan segalanya baik tenaga, pikiran, doa serta motivasi demi terselesaikanya paper ini, khususnya kepada :
1.        Bapak Drs. Mudhofir Ihsan selaku kepala Madrasah Aliyah “ Darul Huda”
2.        Bapak ustadz Madrasah Aliyah “Darul Huda”. Terkhusus kepada Bapak M.Sholihin selaku Wali Kelas XIID IAGA
3.         Bapak Masyuri selaku pembimbing dalam penyusun paper ini.
4.        Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan yang perlu di benahi, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari para pembaca yang semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kekurangan ataupun kesalahan dalam penyususnan paper ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.


Ponorogo ……………………………………..





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSSEMBAHAN
HALAMAN PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
B.            Rumusan Masalah
C.            Tujuan Masalah
D.           Jenis Penelitian
E.            Metode Pengumpulan Data
F.             Metode Analisis Data
G.           Sistematika Pembahasan
BAB II : AKHLAK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
A.           Pengtian akhlak
B.            Pengertian Pendidik
C.            Pengertian Peserta Didik
D.           Ruang Lingkup Akhlak Terpuji
BAB III : AKHLAK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF Al NAWAWI 
     DALAM KITAB  FI ADABI HAMALATIL  AL-QURAN
A.           Biografi IMAM NAWAWI
B.            Akhlak Pendidik Menurut Imam Nawawi dalam kitab Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an.
C.            Akhlak peserta Didik Menurut Imam Nawawi Dalam Kitab Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
BAB IV : PENUTUP
A.           Kesimpulan
B.            Saran-saran
C.            Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan kesempurnaan hidup manusia bahkan sudah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat mempunyai akhlak yang luhur atau mulia.Akhlak dapat dilakukan di mana saja, bahkan di tempat-tempat tertentu seperti pada saat di rumah, sekolah (baik sekolah umum maupun swasta). Masih banyak sekali sekolah di luar-luar sana yang tidak menerapkan kehidu[pan berakhlak, seperti seorang guru atau ustadz yang kurang memperhatikan akhlaknya pada saat jam-jam pelajaran begitu juga murid-muridnya kurang memperhatikan akhlaknya pada saat jam pelajaran akhlak dapat dilakukan tidak hanya kepada perorangan saja bahkan akhlak di sekolah bisa di lakukan dengan kitab atau buku pelajaran.
Akhlak merupakan hal yang yang paling utama dalam agama Islam , baik dikalangan pelajar, pendidik, dan lain-lainnya. Dari latar belakang di atas, penulis ingin sekali membahas lebih lanjut dalam sebuah paper yang berjudul “AKHLAK PENDIDKAN DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL
AL-QUR’AN”

B.     Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan paper ini penulis memberikan rumusan masalah yang akan di bahas dalam paper ini yaitu :
1.        Bagaimana akhlak pendidik menurut imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
2.        Bagaiman akhlak peserta didik menurut imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an

C.     Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan paper ini adalah :
1.        Untuk mengetahui  akhlak pendidik menurut imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
2.        Untuk mengetahui akhlak peserta didik menurut imam Nawawi dalam kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an

D.    Jenis Penelitian
Di dalam penelitian paper ini, yang penulis ambil adalah penelitian perpustakaan (library research) yaitu mengambil data-data dari buku-buku yang tersedia di dalam perpustakaan yang berkaitan dengan paper ini.

E.     Metode Pengumpulan Data
Di dalam penyusunan paper ini, penulis menggunakan metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dari beberapa buku, kemudian di ambil permasalahan yang penting yang berkaitan dengan judul paper ini.

F.      Metode Analisis Data
Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penyususnan paper ini adalah :
1.        Metode induktif adalah suatu metode yang menyelidiki permasalahan yang bersifat khusus menjadi hal-hal yang bersifat umum.
2.        Metode deduktif adalah suatu metode yang menyelidiki permasalahan yang bersifat umum menjadi hal-hal yang bersifat khusus.

G.     Sistematika Pembahasan
Supaya mempermudah untuk memahami pembahasan  paper ini penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I :   PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan sistematika pembahasan.
BAB II :  AKHLAK PENDIDIK DAN PESERTA PENDIDIK
Bab ini berisi tentang pengertian akhlak , pengertian pendidik (Guru), pengertian peserta didik (murid), ruang lingkup akhlak terpuji.
BAB III : AKHLAK PENDIDKAN DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL AL-QUR’AN
            Bab ini berisi tetang biografi imam Nawawi, tentang akhlak pendidik dan peserta didik menurut imam Nawawi  dalam kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an.
BAB IV : PENUTUP
            Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup.


BAB II
AKHLAK PEBNDIDIK DAN PESERTA DIDIK

A.    Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab akhlaq, jamaknya lafad khuluq atau al-khuluq, menurut bahasa khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Dalam kamus al-kaustar, ilmu akhlak diartikan sebagai ilmu tata ktama. Sedangkan ilmu akhlak dalam the encyclopedia of Islam dirumuskan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu tentang kebaikan dan cara mengikutinya, tentang kejahatan dan cara menghindarinya.
 Menurut imam Al- Gozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah serta tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Adapun yang dimaksut dengan ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk .
Dari pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang membahs tentang perbuatan yang dilakukan manusia. Baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna yang sesuai dengan nilai dan norma agama nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Perbuatan baik dan buruk dalam moral dan etika ditentukan adat istiadat dan pemikiran manusia dalam masyareakat pada suatu tempat di suatu masa. Akhlak islami bersifat tetap dan berlangsung untuk selamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu.
Akhlak islamiyah adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Akhlak Islam mempunyai karakteristik sifat tertentu yang membedakan dengan etika dan moral ciptaan manusia, sifat-sifat tersebut antaralain sebagai berikut :
1.        Kebaikan yang bersifat mutlak
2.        Kebaikan yang bersifat menyeluruh
3.        Kebaikan yang bersifat tetap, langgeng, dan mantap
4.        Pengawasan yang menyeluruh.

B.     Pengertian Pendidik (Guru)
Guru (dari sansekerta yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah “berat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu . dalam bahasa Indonesia, guru umumnyamerujuk pendidik professional denagn tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Arti umum guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Arti khusus, dalam agama hindu, guru merupakan symbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan  murid-muridnya.
Dalam agama Budha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memanang gurunya sebagai jelmaan Budha atau Budhisattva.
Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agam Hindu dan Budha, namun posisinya lebih penting lagi karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru sileh. Hanya ada sepuluh guru dalam agama Sikh. Guru pertama , guru Nanak Dev adalah pendiri agama ini.
Orang India, Cina, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi oleh sebab itu seorang guru harus di hormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapatkan keselamatan dan di hormati bahkan lebih dari orang tua mereka.
Pada era teknologi, guru memang tidak lagi dapat berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Peran guru telah berubah menjadi fasilitas, motivator, dan dinamistor bagi peserta didik.
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Hal ini di sebabkan gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Sudah selayakya guru mempunyai berbagai kopetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Seorang guru yang professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain:
1.        Memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadahi.
2.        Memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang di didikanya.
3.        Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya
4.        Mempunyai jiwa kreatif dan produktif.

Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kopetensi, maka harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kopetensi yang ada pada dirinya, yaitu:
·           Kopetensi pribadi
·           Kopetensi professional
·           Kopetensi kemasyarakatan
·            
·           )
Menurut Engr Syyid Khaim Husayn Nagawi yang di kutip oleh Abudin Nata, menyebutkan bahwa kata murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang yang menginginkan (the willer). Menurut Abudin Nata kata murit di artikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan , keterampilan, pengetahuan dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh.
Disamping kata murid di jumpai kata lain yang sering digunakan dalam bahasa arab, yaitu tilmidz yang berarti murid atau pelajar, jamknya talamidz . kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah, kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf pendidikan, yang dalam berbaga literature murid yang juga di sebut sebagai anak didik. Dalam hal ini si terdidik dilihat sebagai seseorang (subyek didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga Negara yang di harapkan.
Menurut H. M. Arifin, menyebut “murid”, maka yang di maksud adalah manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dari pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya.
Akan tetapi dalam literature lain ditegaskan, bahwa anak didik (murid) bukanlah hanya anak-anak yang sedang adalam pengaruh dan pengasuhan orang tua bukan pula anak yang dalam usia sekolah saja. Pengertian ini berasal atas tujuan pendidikan, yaitu manusia sempurna secara utuh, untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayat.
Penulis menyimpulkan, pengertian murid sebagai orang yang memerlukan ilmu pengetahuan yang membutuhkan bimbingan dan arahan untuk mengembangkan potensi diri (fitrahnya) secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi.
Masalah yang berhubungan denagn anak didik (murid), merupakan obyek yang penting dalam paeda gugik. Begitu pentingnya factor anak dalam pendidikan, sampai-sampai aada aliran pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala usaha pendidikan (aliran child centered).

C.     Ruang Lingkup Akhlak Terpuji
Sudah sewajarnya orang-orang yang beriman  telah menggadaikan dirinya kepada Allah SWT, mereka memiliki sifat khusus yang membedakan diri mereka dengan  orang lain yaitu :
1.        Banyak melakukan tobat kepada Allah dari setiap dosa kecil atau besar.
2.        Beribadah kepada Allah SWT
3.        Memuji Allah SWT di setiap saat
4.        Berpuasa karena Allah SWT
5.        Rukuk kepada Allah SWT
6.        Sujud kepada Allah SWT
7.        Menyuruh kemasyuran karena mengharap keridhoan Allah SWT
8.        Melarang kemungkaran, demi zat Allah SWT
9.        Menjaga hukum-hukum Allah SWT

Muhammad Abdullah Daraz dalam kitabnya Dustut Al-Akhlaq Fi Al Islam membagi ruang lingkup akhlak menjadi lima (5) bagian:
1.        Akhlak pribadi
2.        Akhlak berkeluarga
3.        Akhlak bermasyarakat
4.        Akhlak bernegara
5.        Akhlak beragam
Menurut pendapat jumhur ulam’ ruang lingkup akhlak di kelompokkan menjadi 3 hal yaitu:
1.        Hubungan manusia dengan Allah SWT
2.        Hubungan manusia dengan manusia
3.        Hubungan manusia dengan hewan
BAB III
AKHLAK PENDIDKAN DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL NAWAWI DALAM KITAB FI ADABI HAMALATIL AL-QUR’AN

A.    Biografi Imam Nawawi
1.        Pendidikan Imam Nawawi
Nawawi, Imam (Nawa, Damaskus, Muharam 631/Oktober 1233-24 Rajab 676/22 Desember 1277). Seorang syekh islam yang banyak menulis buku, ahli hadits, fiqih, dan bahasa : dikenal sebagai mujtahid yang sibuk dengan kegiatan muzakarah: dikenal pula denagn sebutan dengan al-hafidz muhyiddin an-Nawawi. Nama lengkapnya ialah Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Marri al-Khazami.
Imam Nawawi meninggal dalam usia 54 tahun, sebelum meninggal, ia sempat pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji beserta orang tuanya, menetap di amdinah setelah 1,5 bulan, dan sempat berkunjung ke Baitul Makdis (Yerusalem) ia tidak menikah sampai akhir hayatnya.
Pada usia 19 tahun ia belajar di sekolah “Ar-rawahiyah” di Damaskus, ia sangat tekun dalam mencari ilmu selama 20 tahun, sampai ia menguasai beberapa disiplin ilmu agama, seperti hadits, dan ilmu hadits, fiqih, dan ushul fiqih serta bahasa.

2.        Guru-guru Imam Nawawi
Rida bin Burhan, Az-Zaid Khalid, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ansari, Zainuddin bin Abdul Daim, Imaduddin Abdul Karim al-Harastani, Zainuddin Khalaf bin Yusuf, Taqiuddin bin Abi Al-Yassar, Jamaluddin bin Ar-Sirafi, dan Syamsuddin bin Amr.

3.        Karya-karya Imam Nawawi
Sejak berusia 25 tahun hingga wafatnya (656-676 H/ 1257-1277 M) Imam Nawawi menulis sejumlah kitab, antara lain syarah kitab Hadits susunan Al-Baqawi dan Syarah Hadits karya ad Daruqutni, ar-Raudah, al-Majmu’ (syarah al-Muhazzab) at-Tibjan fi Adabi Hamalah al-Qur’an, Tahrir at-Tanbih, dan masih banyak yang lainya.

B.     Akhlak Pendidik Menurut Imam Nawawi dalam kitab fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
Bab ini panjang dan luas sekali saya mengisyaratkan pada tujuan-tujuannya secara ringkas dalam beberapa pasal supaya mudah di hafal dan di amalkan, insyaallah.
Pasal :
Pertama kali yang harus dilakukan oleh guru dan pembaca adalah mengharapkan ridho Allah SWT.



Artinya : “sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya orang mendapat apa yang di niatkanya.”

Dari Dzin Nun Rahimahullaah, ia berkata : “ Tiga perkara merupakan tanda ikhrar, yaitu sama saja tidak terpengaruh oleh pujian dan celaan orang banyak, lupa melihat amal di antara amal-amali dan mengharapkan pahala amal-amalnya di akhirat.”
Dari Sahl At-Tastari Rahimahullaah, ia berkata : ”  Jangan lakukan sesuatu karena mengharap pujian orang banyak , jangan tinggalkan sesuatu karena mereka, jangan menutup sesuatu karena mereka, dan jangan membuka sesuatu karena mereka.”

Pasal :
Hendaknya seseorang tidak bertujuan dengan ilmunya untuk mencapai salah satu kesenangan dunia berupa harta atau kepemimpinan, kedudukan, keunggulan atas saingannya, pujian di antara orang banyak atau untuk mengarahkan perhatian orang banyak kepadanya dan yang seperti itu.

Pasal :
Hendaknya ia waspada untuk tidak bermaksud  memaksakan banyaknya orang ayng belajar dan orang yang datang kepadanya, hendaklah ia tidak membenci murid-muridnya yang belajar kepada orang alin yang bermanfaat, ini adalah musibah yang menimpasebagian pelajar yang bodoh, dan ia adalah bukti yang jelas dari pelakunya atas niatnya yang buruk dan batinya yang rusak. Bahkan itu adalah tujuan yang meyakinkan bahwa ia tidak menginginkan keridhoan Allah SWT yang Maha Pemurah denagn pengajaranya itu, karena jika ia menginginkan keridhoan Allah denagn pengajaranya, tentulah ia tidak membenci hal itu, tetapi ia katakana kepada dirinya :” Aku menginginkan ketaatan dengan pengajaranya dan telah tercapai. Dengan belajar kepada orang lain ia ingin menambah ilmu, maka ia telah mempersalahkan padanya”

Pasal:
 “Pengajar harus mempunyai akhlak yang baik sebagaiman ditetapkan oleh syara’. Berperilaku terpuji dan sifat-sifat baik yang dianjurkan Allah, seperti  zuhud tehadap keduniaanya dan mengambil sedikit darinay, tidak meperdulikan dunia dan pencintaanya, sifat pemurah dan dermawan serta budi pekerti mulia, wajah berseri-seri  tanpa melampaui batas, penyantun, sabar, bersikap wara’, khusuk, tenang, berwibawa, rendah hati, dan tunduk, menghindari tertawa dan tidak banyak bergurau. Ia harus selalu mengajarakan amalan-amalan syar’iyyah seperti membersihkan kotoran dan rambut yang disuruh meninggalkanya oleh syara’. Seperti mencukur kumis dan kuku,  menyisir jenggot, menghilangkan bau busuk dan menghindari pakaian-pakain tercela. Hendaklah ia menjauhi sifat dengki, riya, sombong, dan suka meremehkan orang lain, meskipun tingkatan orang itu di bawahnya.

Pasal :
Patutlah ia bersifat lemah lembut kepada orang belajar kepadanya dan menyambutnya serta berbuat baik kepadanya sesuai dengan keadaanya.
Nabi saw. Bersabda:





Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang akan mengikuti kalian dan ada orang-orang yang datang kepada kalian dari penjuru bumi belajar ilmu agama. Apabila mereka datang kepadamu, berwasiatlah kalian kepada mereka dengan baik” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dan lainya) kami riwayatkan semacam itu dalam musnad  Ad-Daarimi dari Abu Dardzi ra.

C.     Akhlak Peserta Didik Menuru Imam Nawawi Dalam Kitab Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an
Semua yang kami sebutkan mengenai adab pengajar ( Guru) juga merupakan adab bagi pelajar. Termasuk adabnya ialah menjauhi hal-hal yang menyibukkan sehingga tidak bisa berkomunikasi untuk pelajar.
Hendaklah pelajar bersikap rendah diri terhadap gurunya dan sopan kepadanya, meskipun lebih muda, kurang tersohor dan lebih rendah nasab dan kebaikanya dari pada dia.


Penyair berkata:
Ilmu itu tidak bisa mencapai pemuda yang menyombongkan diri
Sebagaiman air bah tidak bisa mencapai tempat yang tinggi

Pasal :
Janganlah ia belajar kecuali dari orang yang lengkap keahlianya, menonjol keagamaanya, nyata pengetahuaanya, dan terkenaal kebersihan dirinya.
Hendaklah pelajar menolak gunjingan terhadap gurunya jika ia mampu. Bila tidak mampu menolaknya, hendaklah ia tinggalkan majlis itu.

Pasal :
Hendaklah pelajar masuk kepada gurunya dalam keadaan memiliki sifat-sifat sempurna sebagaimana yang kami sebutkan pada guru, denagn bersuci menggunakan siwak, kosong hatinya dari hal-hal yang menyibukkan. Janganlah ia melangkahi pundak orang-orang, tetapi hendaklah ia duduk di mana tempat majlis berakhir, kecuali bila guru mengizinkan baginya untuk maju atau ia ketahui dari keadaan mereka bahwa mereka lebih menyukai hal itu.

Pasal:
Hendaklah ia menampakkan adab terhadap teman-tamanya dan orang-orang yang menghadiri majlis-majlis sang guru. Hal itu merupakan sikap sopan terhadap guru dan pemeliharaan terhadap majlisnya.

Pasal:
Yang harus diperhatikan adalah tidak belajar kepada guru dalam keadaan hati guru sedang sibuk dan di landa kejemuan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, keharuan, mengantuk dan kegelisahan, dan hal-hal lain yang dapat menghalangi sang guru dapat mengajar secara optimal dan serius.  Hendaklah ia menempatkan waktu-waktu di mana kondisi gurunya dalam keadaan prima. Mereka berkata: “ barang siapa tidak sabar menghadapi kehinaan di kala belajar, ia pun tetap sepanjang hidupnya dalam kebodohan. Dan siapa yang sabar menghadapinya, ia pun mendapat kemuliaan di dunia dan di akhirat.” Alangkah baiknya perkataan penyair berikut ini:
Barang siapa tidak merasakan kehinaan sesaat,
Ia pun menempuh zaman seluruhnya
Dalam keadaan zina.
Pasal :
Termasuk  adab pelajar yang sangat di tekankan ialah gemar dan tekun menuntut ilmu dalam semua waktu yang dapat di manfaatkannya dan tidak puas dengan yang sedikit sedangkan ia bisa belajar banyak. Amirul Mukminin Umar Ibnu Al-Khatththab ra, berkata : “Tuntutlah ilmu sebelum kamu menjadi seorang pemimpin. Yakni berijtihadlah dengan segenap kemampuanmu di saat kamu menjadi pengikut sebelum menjadi pemimpin, karena jika sudah menjadi pemimpin yang diikat, kamu enggan belajar lantaran kedudukanmu yang tinggi dan pekerjaanmu  yang banyak.

Pasal:
Hendaklah ia pergi kepada gurunya untuk belajar di awal siang berdasarkan hadits
nabi saw :





Artinya: “ Ya Allah, berkatilah umatmu pada awal waktunya.”
Hendaklah ia memelihara bacaan hafalanya dan tidak mengutamakan orang lain pada waktu tiba giliranya, karena mengutamakan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh. Di antara yang wajib dan wasiat yang di tekankan darinya adalah jangan iri kepada seorang temanya atau izinya suatu keutamaan yang dianugrahkan Allah kepadanya dan jangan membanggakan dirinya atas sesuatu yang di istimewakan Allah baginya.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari semua uraian dan penjelasan yang telah penulis sampaikan, akhirnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.        Bahwa biografi Imam Nawawi adalah:
Imam Nawawi adalah seorang syekh Islam yang banyak menulis buku, ahli hadits, fiqih, dan bahasa. Imam Nawawi meninggal dalam usia 54 tahun, sebelum meninggal, ia sempat pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama orang tuanya. Pada usia 19 tahun ia belajar di sekolah “ Ar-Rawahiyah” selam 20 tahun, dan di antara guru-gurunya Imam Nawawi adalah Rida Bin Burhan, Az-Zaid Khalid, Abdul Aziz Bin Muhammad Al-Ansari, dan lain-lain.  Dan diantara karya-karyanya beliau salah satunya adalah At-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Qur’an.
2.        Bahwa akhlak pendidik menurut Imam Nawawi dalam kitab Fi Adabi Hamalati
Al-Qur’an adalah :
a.         Seorang pendidik (Guru) mengharapkan ridho Allah SWT
b.         Ilmunya tidak bertujuan untuk mencapai salah satu kesenangan
c.         Hendaknya seorang  pendidik waspada untuk memaksakan orang lain untuk belajar kepadanya
d.        Seorang pelajar harus mempunyai akhlak yang baik sebagaiman diterapkan oleh syafi’i
e.         Bersifat lemah lembut kepada orang yang belajar kepadanya.

3.        Bahwa akhlak peserta didik menurut Imam Nawawi dalam kitab Fi Adabi Hamalatil Al-Qur’an adlah
a.         Hendaknya belajar kepada orang lengkap ilmunya
b.         Hendaknya seorang pelajar memilii sifat-sifat sempurna
c.         Hendaknya seorang pelajar menampakkan adab terhadap teman-temanya dan orang-orang yang menghadiri majlis sang guru
d.        Hendaknya seorang pelajar tidak belajar kepada  guru yang hatinya sedang sibuk
e.         Hendaknya seorang pelajar gemar dan tekun menuntut ilmu dalam semua waktu
f.          Hendaknya seorang pelajar ketika belajar kepada gurunya dilakukan di awal siang

B.     Saran-saran
Untuk lebih memahami masalah akhlak pendidik dan peserta didik, penyusun akan memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.        Hendaknya seorang pendidik (Guru) harus mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing pelajar (murid)
2.        Hendaknya seorang pendidik tidak terlalu banyak memberikan beban kepada pelajarnya (murid)
3.        Hendaknya seorang pelajar wajib menghormati pendidik (Guru) di manapun berada
4.        Dan hendaknya seorang pelajar wajib menghormati, ahli baitnya (keluarganya)

C.     Penutup
Alhamdulillah was-syukurilah penulis ucapkan kepada-Nya karena rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini yang merupakan persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir Nasional tahun 2013/2014, walaupun jauh dari pada kesempurnaan.
Dalam menulis paper ini penulis berupaya agar paper ini dapat di gunakan sebagai  motivasi dari pembaca. Tentu dalam penulisan paper ini pasti ada kekuranganya, maka dari itu penulis senantiasa mengharapkan kritikan dari para pembaca. Harapan penulia, semoga paper ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin..


DAFTAR PUSTAKA

Rohaman, Roli Abdul . 2009. Menjaga Akhidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Parsada.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. PT Remaja Rof Dakarya

Ar, Sirojuddin. 2003. Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT Lahtiar Baru Van Hoeve

Alhamid, Zaid Husein. 2001. Adap dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an.

http:/wegipedia.blogspot.com/2014/01.html

Tidak ada komentar: