KEDUDUKAN BK DI
SEKOLAH MENENGAH
“bimbingandankonseling”
A.
Bimbingan dan konseling
di sekolah menengah
Siswa sekolah menengah
berbeda dengan murid sekolah dasar. Mereka berada pada tahap perkembangan remaja
yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Konselor di sekolah
menengah dituntut untuk memahami berbagai gejolak yang secara potensial sering muncul
beserta cara-cara penanganannya.
Kehadiran konselor secara langsung dihadapan para siswa dengan pendekatan
dan tekniknya serta dilengkapi dengan informasi yang tepat dan mantab tentang fungsi
konselor dan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya akan sangat membantu
peningkatan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling oleh para siswa.[1]
B.
Peran
guru matapelajaran
Peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru
dengansiswa yang dibimbingnya.[2]
Tugas dan tanggungjawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling adalah:
1.
Membantu
konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling,
serta mengumpulkan data tentangsiswa-siswatersebut;
2.
Membantu
memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa;
3.
Mengalih
tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor;
4.
Menerima
siswa alihtangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan
khusus;
5.
Membantu
mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa;
6.
Memberikan
kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling;
7.
Berpartisipasi
dalam kegiatan khusus penanganan siswa, seperti konferensi kasus;
8.
Membantu
pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan
dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.[3]
C.
Peran
kepala sekolah
Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
hanya ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan konseling
itu sendiri. Sebagai administrator,
kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program
sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
dipimpinnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo,
1992) menguraikan peranan dan tanggungjawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah, sebagai berikut:
1.
Memberikan
dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling;
2.
Menentukan
staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya;
3.
Ikut
serta dalam metapkan dan menjelaaskan peranan anggota-anggota stafnya;
4.
Mendelegasikan
tanggungjawab kepada “ guidance specialist” atau konselor dalam hal pengembangan
program;
5.
Memperkenalkan
peranan konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid dan masyarakat;
6.
Berusaha
membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara
para konselor, guru dan pihak lain;
7.
Menyediakan
fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
D.
Peran
guru BK
Menurut H.M Umar dan Sartono tanggung jawab seorang konselor/guru
BK di sekolah ialah membantu kepala sekolah beserta stafnya dalam
menyelenggarakan kesejahteraan sekolah . Sehubungan dengan fungsi ini, seorang pembimbing
mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu sebagai berikut:
1.
Mengadakan penelitian/observasi terhadap situasi/
keadaan sekolah, baik mengenai peralatan,
tenaga, penyelenggaraan maupun aktivitas-aktivitas lainnya.
2.
Berdasarkan arti penelitian/observasitersebut, guru BK
berkewajibanmemberikansaran/pendapatkepadakepalasekolahataupunstafpengajarlain
demi kelancarandankebaikansekolah.
3.
Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak baik yang bersifat preventif, preservatif maupun yang bersifat korektif atau kuratif.
a.) Bimbingan yang
bersifat preventif, yaitu dengan tujuan menjaga agar anak-anak tidak mengalami
kesulitan, menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
b.) Bimbingan yang
bersifat preservatif ialah suatu usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik
agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang telah baik menjadi tiak baik.
c.)
Bimbingan yang bersifat korektif ialah mengadakan konseling kepada
anak-anak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri, yang
membutuhkan pertolongan dari pihak lain.[4]
E.
Kebutuhansiswa
Selain disusun sebagai kebutuhan di sekolah, program BK di sekolah
juga harus disusun sebagai kebutuhan siswa-siswa secara
individual yang mencakup :
1. Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri
(self actualization needs) seperti : penggunaan potensi diri, pengembangan diri
dan lain-lain.
2. Kebutuhan harga diri (esteem needs ) seperti
: status atau kedudukan.
3. Kebutuhan social (social needs) seperti perasaan
cinta, persahabatan dana sosiasi.
4. Kebutuhan keamanan dan rasa aman ( safety
and security needs) seperti : perlindungan dan stabilitas.
5. Kebutuhan fisiologis seperti :makan, minum,
seks dan istirahat.
Semua
kebutuhan di atas diidentifikasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan kebutuhan mana
yang menjadi prioritas untuk diprogramkan dalam
program BK guna memberikan pelayanan kepada siswa.[5]
F.
Fasilitas
yang diperlukan
Program BK perlu didukung oleh sarana fisik dan teknis. Sarana fisik
adalah semua peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan
program BK. Sedangkan sarana teknis adalah alat-alat atau instrument yang
diperlukan untuk melaksan akan pelayanan bimbingan. Sarana – sarana tersebut antara
lain :
1. Sarana fisik
a. Ruangbimbingandankonseling, meliputi : Ruang kerja konselor, Ruang
pertemuan, Ruang administrasi / tatausaha bimbingan dan konseling, Ruang penyimpanan
data/catatan-catatan, Alat-alat perlengkapan ruanganbimbingandankonseling
1.) Mejadankursi.
2.) Tempatpenyimpanancatatan-catatan
(loker,lemari,rakdll).
3.) Papantulisdanpapanpengumuman.
2. SaranaTeknis
Saranateknis yang dimaksudadalahalat-alatpenghimpun data seperti
:angket, tes, inventory daftarcek, daftarpenilaian, kartupribadidsb).[6]
G.
Implementasi
program
Untukmenindaklanjuti program
dansekaligusmengatasimasalahbelajarsiswatersebut, sekolahharusmelaksanakan
program layananbimbingan, yang tentunyadidahuluikegiatansebagaiberikut:
1.
ObservasiatauPengamatan
Merupakanteknikpengumpulan data
denganmengamatidanmencatatgejala-gejala yang tampak.Observasidibagimenjadi 2
yaitu:
a.) Observasilangsung.
b.) Observasitidaklangsung.
2. Wawancara
Adalahsuatuteknikpengumpulan data yang dilakukandengancara Tanya
jawabolehdua orang ataulebih.
2.
Pengumpulan
data
Merupakanserangkaianinformasi yang dihimpunsecarasistematis,
diklasifikasikanjenisnya, kemudiandihimpunmenurutsistemtertentu.
4. Pelaksanaanusahabimbinganbelajar
a.) Guru
memeberikanmotivasidanbimbingansecarakhususkepadasiswa yang
mengalamikesulitanbelajar, denganmembangkitkanminatbelajarsiswa.
b.) Guru
mengimbaukepadasiswauntuksalingmembantuteman yang belummenguasaipelajarandenganmetodebelajartemansebaya.
c.) Guru menambah jam
pelajarandiluar jam sekolah.
d.) Padawaktupelajaranmatematika
guru mengulangdanmengingatkankembalikonsepawalmatematikakelasrendah.
e.) Untukmenghilangkankesanbahwamatematikaitusulit,
guru menggunakantekknikpermainan yang menyenangkandanmenggunakanmetodeserta
media yang relevandenganmateri yang disampaikan.
f.) Guru
memberikanlatihan-latihansoal yang bervariasiuntukdikerjakansiswadenganteliti.
5. Evaluasiataskeefektifanbimbinganbelajar
yang diberikan
Setelahdilakukanbimbingan, makatugas guru
selanjutnyaadalahmengevaluasikeefektifanbimbingan yang
dilakukantersebut.Terdapat 3 kriteriakesimpulan yang dapatdiambil, yaitu:
a.) Berhasilmempengaruhimotivasibelajarpesertadidikkearah
yang lebihbaik/ pesertadidikmengalamiperubahanpositif.
b.) Belumsepenuhnyaberhasildalammempengaruhimotivasibelajarsiswa,
akantetapitidaksepenuhnyagagal.
c.) Bimbingan yang
dilakukansamasekalitidakmempengaruhipesertadidik / gagal.[7]
DAFTAR PUSTAKA
Priyatno, ErmanAnfi. Dasar-dasarBimbingandanKonseling. Jakarta: PT
RinekaCipta, 1999.
Salahudin, Anas. BimbingandanKonseling. Bandung: CV PustakaSetia,
2016.
Tohirin.BimbingandanKonseling Di Sekolahdan Madrasah.Jakarta
:RajawaliPers, 2013.
Sukardi, DewaKetut. Proses BimbingandanKonseling di Sekolah.Jakarta
:RinekaCipta, 2008.
[1]PriyatnodanErmanAnfi,
Dasar-dasarBimbingandanKonseling (Jakarta : PT RinekaCipta, 1999), 305.
[4]AnasSalahudin, BimbingandanKonseling(Bandung:
CV PustakaSetia, 2016),185.
[5]Tohirin, BimbingandanKonseling
di Sekolahdan Madrasah( Jakarta : RajawaliPers, 2013), 254.
[6]DewaKetutSukardi,
Proses BimbingandanKonseling di Sekolah( Jakarta : RinekaCipta, 2008),
39-40.
[7]AnasSalahudin, BimbingandanKonseling,…
145-148.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar