Minggu, 26 Maret 2017

Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah



KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH MENENGAH
bimbingandankonseling

A.    Bimbingan dan konseling di sekolah menengah
            Siswa sekolah menengah berbeda dengan murid sekolah dasar. Mereka berada pada tahap perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Konselor di sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai gejolak yang secara potensial sering muncul beserta cara-cara penanganannya.
Kehadiran konselor secara langsung dihadapan para siswa dengan pendekatan dan tekniknya serta dilengkapi dengan informasi yang tepat dan mantab tentang fungsi konselor dan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya akan sangat membantu peningkatan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling oleh para siswa.[1]

B.     Peran guru matapelajaran
Peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengansiswa yang dibimbingnya.[2]
Tugas dan tanggungjawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
1.      Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta mengumpulkan data tentangsiswa-siswatersebut;
2.      Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa;
3.      Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor;
4.      Menerima siswa alihtangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus;
5.      Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa;
6.      Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling;
7.      Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan siswa, seperti konferensi kasus;
8.      Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.[3]

C.     Peran kepala sekolah
Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri. Sebagai  administrator, kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan tanggungjawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai berikut:
1.      Memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling;
2.      Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya;
3.      Ikut serta dalam metapkan dan menjelaaskan peranan anggota-anggota stafnya;
4.      Mendelegasikan tanggungjawab kepada “ guidance specialist” atau konselor dalam hal pengembangan program;
5.      Memperkenalkan peranan konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid dan masyarakat;
6.      Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru dan pihak lain;
7.      Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.

D.    Peran guru BK
Menurut H.M Umar dan Sartono tanggung jawab seorang konselor/guru BK di sekolah ialah membantu kepala sekolah beserta stafnya dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah . Sehubungan dengan fungsi ini, seorang pembimbing mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu sebagai berikut:
1.        Mengadakan penelitian/observasi terhadap situasi/ keadaan sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan maupun aktivitas-aktivitas lainnya.
2.        Berdasarkan arti penelitian/observasitersebut, guru BK berkewajibanmemberikansaran/pendapatkepadakepalasekolahataupunstafpengajarlain demi kelancarandankebaikansekolah.
3.        Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak baik yang bersifat preventif, preservatif maupun yang bersifat korektif atau kuratif.
a.)  Bimbingan yang bersifat preventif, yaitu dengan tujuan menjaga agar anak-anak tidak mengalami kesulitan, menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
b.) Bimbingan yang bersifat preservatif ialah suatu usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang telah baik menjadi tiak baik.
c.)  Bimbingan yang bersifat korektif ialah mengadakan konseling kepada anak-anak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri, yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.[4]
E.     Kebutuhansiswa
Selain disusun sebagai kebutuhan di sekolah, program BK di sekolah juga harus disusun sebagai kebutuhan siswa-siswa secara individual yang mencakup :
1.      Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization needs) seperti : penggunaan potensi diri, pengembangan diri dan lain-lain.
2.      Kebutuhan harga diri (esteem needs ) seperti : status atau kedudukan.
3.      Kebutuhan social (social needs) seperti perasaan cinta, persahabatan dana sosiasi.
4.      Kebutuhan keamanan dan rasa aman ( safety and security needs) seperti : perlindungan dan stabilitas.
5.      Kebutuhan fisiologis seperti :makan, minum, seks dan istirahat.
Semua kebutuhan di atas diidentifikasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan kebutuhan mana yang menjadi prioritas untuk diprogramkan dalam program BK guna memberikan pelayanan kepada siswa.[5]

F.      Fasilitas yang diperlukan
Program BK perlu didukung oleh sarana fisik dan teknis. Sarana fisik adalah semua peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan program BK. Sedangkan sarana teknis adalah alat-alat atau instrument yang diperlukan untuk melaksan akan pelayanan bimbingan. Sarana – sarana tersebut antara lain :
1. Sarana fisik
a. Ruangbimbingandankonseling, meliputi : Ruang kerja konselor, Ruang pertemuan, Ruang administrasi / tatausaha bimbingan dan konseling, Ruang penyimpanan data/catatan-catatan, Alat-alat perlengkapan ruanganbimbingandankonseling
1.)        Mejadankursi.
2.)        Tempatpenyimpanancatatan-catatan (loker,lemari,rakdll).
3.)        Papantulisdanpapanpengumuman.
2.         SaranaTeknis
Saranateknis yang dimaksudadalahalat-alatpenghimpun data seperti :angket, tes, inventory daftarcek, daftarpenilaian, kartupribadidsb).[6]

G.    Implementasi program

Untukmenindaklanjuti program dansekaligusmengatasimasalahbelajarsiswatersebut, sekolahharusmelaksanakan program layananbimbingan, yang tentunyadidahuluikegiatansebagaiberikut:
1.      ObservasiatauPengamatan
Merupakanteknikpengumpulan data denganmengamatidanmencatatgejala-gejala yang tampak.Observasidibagimenjadi 2 yaitu:
a.)  Observasilangsung.
b.)  Observasitidaklangsung.
2.   Wawancara
Adalahsuatuteknikpengumpulan data yang dilakukandengancara Tanya jawabolehdua orang ataulebih.
2.      Pengumpulan data
Merupakanserangkaianinformasi yang dihimpunsecarasistematis, diklasifikasikanjenisnya, kemudiandihimpunmenurutsistemtertentu.
4.   Pelaksanaanusahabimbinganbelajar
a.)  Guru memeberikanmotivasidanbimbingansecarakhususkepadasiswa yang mengalamikesulitanbelajar, denganmembangkitkanminatbelajarsiswa.
b.)  Guru mengimbaukepadasiswauntuksalingmembantuteman yang belummenguasaipelajarandenganmetodebelajartemansebaya.
c.)  Guru menambah jam pelajarandiluar jam sekolah.
d.)  Padawaktupelajaranmatematika guru mengulangdanmengingatkankembalikonsepawalmatematikakelasrendah.
e.)  Untukmenghilangkankesanbahwamatematikaitusulit, guru menggunakantekknikpermainan yang menyenangkandanmenggunakanmetodeserta media yang relevandenganmateri yang disampaikan.
f.)  Guru memberikanlatihan-latihansoal yang bervariasiuntukdikerjakansiswadenganteliti.
5.         Evaluasiataskeefektifanbimbinganbelajar yang diberikan
Setelahdilakukanbimbingan, makatugas guru selanjutnyaadalahmengevaluasikeefektifanbimbingan yang dilakukantersebut.Terdapat 3 kriteriakesimpulan yang dapatdiambil, yaitu:
a.)  Berhasilmempengaruhimotivasibelajarpesertadidikkearah yang lebihbaik/ pesertadidikmengalamiperubahanpositif.
b.)  Belumsepenuhnyaberhasildalammempengaruhimotivasibelajarsiswa, akantetapitidaksepenuhnyagagal.
c.)  Bimbingan yang dilakukansamasekalitidakmempengaruhipesertadidik / gagal.[7]

































DAFTAR PUSTAKA

Priyatno, ErmanAnfi. Dasar-dasarBimbingandanKonseling. Jakarta: PT RinekaCipta, 1999.
Salahudin, Anas. BimbingandanKonseling. Bandung: CV PustakaSetia, 2016.
Tohirin.BimbingandanKonseling Di Sekolahdan Madrasah.Jakarta :RajawaliPers, 2013.
Sukardi, DewaKetut. Proses BimbingandanKonseling di Sekolah.Jakarta :RinekaCipta, 2008.





[1]PriyatnodanErmanAnfi, Dasar-dasarBimbingandanKonseling (Jakarta : PT RinekaCipta, 1999), 305.
2Prayitno, dkk, PedomanKhusuingandanKonseling  (Jakarta: Depdiknas, 2004).
                3 ibid.,
[4]AnasSalahudin, BimbingandanKonseling(Bandung: CV PustakaSetia, 2016),185.
[5]Tohirin, BimbingandanKonseling di Sekolahdan Madrasah( Jakarta : RajawaliPers, 2013),  254.
[6]DewaKetutSukardi, Proses BimbingandanKonseling di Sekolah( Jakarta : RinekaCipta, 2008), 39-40.
[7]AnasSalahudin, BimbingandanKonseling,… 145-148.

Tidak ada komentar: