BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah mahluk yang lahir dari sepasang
orang tua, anak adalah manusia yang belum dewasa, anak adalah titipan Allah
SWT, anak sebagai amanah, anak merupakan masa depan bangsa dan sebagainya. Dari
sudut perkembanganya, sejak anak dilahirkan sampai tahun-tahun pertama anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Para ahli berpendapat
bahwa perkembangan pada tahun-tahun awal lebih kritis dibandingkan dengan
perkembangan selanjutnya, sehingga dikatakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan
gambaran awal manusia sebagai seorang manusia”. Para ahli neuroscience
mengemukakan bahwa, anak sejak dilahirkan telah memiliki milayaran sel neuron
yang siap dikembangkan.
Perkembangan anak penting dijadikan
perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan
mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika perkembangan anak luput
dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak
akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian psikologi perkembangan ?
2. Bagaimana karakteristik dan perkembangan pada masa anak akhir ?
3. Apa saja aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan pada masa anak akhi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi
Perkembangan
Psikologi Perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi.
Psikologi Perkembangan terdiri dari dua kata Psikologi dan Perkembangan,
Psikologi berasal dari kata Pscyche dan logos,[1]Pscyche
berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Jadi, secara harfiah “psychology”
berarti “ilmu jiwa”.
Dapat dikatakan psyche ialah sesuatu yang abstrak, yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi segala tingkah laku seseorang, baik tingkah laku yang termasuk
perbuatan, maupun tingkah laku yang termasuk penghayatan, tingkah laku
perbuatan ialah tingkah laku yang dapat diamati secara langsung, misalnya
berlari, berjala, bercakap-cakapdan tingkah laku motorik yang lain, sedangkan
tingkah laku penghayatan ialah tingkah laku yang tidak dapat secara langsung
dapat diamati, misalnya perasaan, pikiran, motivasi, reaksi berbagai kelenjar,
dan sebagainya.[2]
Maka Ilmu Jiwa dapat dikatakan sebagai ilmu yang membahas situasi batin manusia
yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia selama hidup didunia sampai pasca
kematian.
Menurut Elizabeth B. Hurlock istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele (III), perkembangan berarti perubahan
secara kualitatif, ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan
beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan
seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi
komplek.[3]
Menurut Aliah B. Purwakania, perkembangan menunjukkan adanya tahapan pola,
prinsip, aspek dan faktor yang terlibat dalam perkembangan manusia.[4]
Jadi Psikologi perkembangan adalah ilmu yang membahas tentang
perubahan-perubahan progrsif situasi batin manusia yang dapat menggerakkan
tingkah laku manusia selama hidup di dunia dan sampai pasca kematian.
Menurut Siti Partini Suadirman dalam bukunya “Psikologi Perkembangan”: Psikologi
perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari prubahan pada
individu, baik perubahan fungsi fisik, mental dan sosial yang terjadi sepanjang
rentang kehidupan, semenjak konsepsi sampai akhir hayat atau
meninggal dunia[5]
B.
Karakteristik dan
perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir
Masa
kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa sekolah atau masa sekolah dasar.
Masa kanak-kanak akhir berjalan dari umur 6 atau 7 tahun sampai masuk ke masa
pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa
ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk Madrasah Ibtidaiyah atau
Sekolah Dasar.
Seorang anak
dapat dikatakan matang untuk bersekolah apabila anak telah mencapai
kematangan (fisik, intelektual, moral, dan sosial). Matang secara fisik
maksudnya, apabila anak telah menuruti secara jasmaniah tata sekolah. Misalnya,
dapat duduk tenang, tidak makan didalam kelas, tidak bergurau dengan teman
waktu diajar, dan lain sebagainya. Matang secara intelektual maksudnya, apabila
anak telah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus-menerus, dapat
menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Matang secara
moral adalah jika anak telah sanggup menerima pelajaran moral, misal pelajaran
budi perkerti, etiket, serta telah sanggup untuk melaksanakannya. Telah juga
ada rasa tanggungjawab untuk melaksanakan peraturan sekolah sebaik-baiknya.
Matang secara sosial, maksudnya apabila anak telah sanggup untuk hidup
menyesuaikan diri dengan masyarakat sekolah.
Masa akhir kanak-kanak menurut
psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai mampu membedakan yang
baik dan buruk, yang benar dan yang salah.[6]
C.
Aspek-Aspek
Perkembangan anak masa akhir
1.
Perkembangan Fisik
a. Tinggi dan Berat Badan
Kenaikan tinggi per-tahun adalah 2 sampai 3 inci. Rata-rata
anak perempuan usia sebelas tahun sedikit lebih tinggi dari anak laki-laki.
b.Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi, rata-rata berat anak
perempuan juga sedikit lebih berat dari anak laki-laki
c.Perbandingan tubuh
Penampilan pada awal masa ini masih menunjukkan ukuran
kepala yang lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Namun
kemudian, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan
bertambah besarnya mulut dan rahang. Dahi melebar dan merata, bibir semakin
berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk.
Badan
memanjang dan lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut
tidak lagi buncit, lengan dan tungkai memanjang, serta tangan dan kaki lambat
laun membesar.
d. Postur tubuh
Perbedaan dalam postur tubuh tidak lagi terlalu tampak
seperti pada usia sebelumnya. Disamping itu, anak pada usia ini kurang memberi
perhatian pada penampilan dan memiliki kecenderungan untuk berpakaian seperti
teman-teman tanpa memperdulikan pantas atau tidaknya dengan postur tubuh mereka
e.Tulang dan Otot
Pada masa ini, jaringan lemak berkembang lebih cepat
daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal
pubertas.
f.Gigi
Pada permulaan pubertas umumnya
seorang anak sudah mempunyai dua puluh dua gigi tetap, keempat gigi terakhir
muncul pada usia remaja.
2. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan
masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalamai
perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat
anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian
tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Pada usia ini
anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca,
menulis, dan berhitung).
Dengan keadaan
normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau
pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berpikir ke arah daya pikir konkrit,
rasional, dan obyektif.Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya
aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan mampu memecahkan
masalah. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat, dan
berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih
logis.[7]
Egosentrisme
artinya, anak belum mampu membedakan antara perbuatan-perbuatan dan objek-objek
yang secara langsung dialami dengan perbuatan-perbuatan dan objek-objek yang
hanya ada dalam pikirannya. Misalnya, ketika kepada anak diberikan soal, ia
tidak akan mulai dari sudut objeknya, melainkan ia akan mulai dari dirinya
sendiri. Egosentrisme pada anak terlihat dari ketidakmampuan anak untuk melihat
pikiran dan pengalaman sebagai kedua gejala yang masing-masing berdiri sendiri.[8]
Ditinjau dari perkembangan kognitif Jean Piaget, anak sekolah dasar memasuki
tahap operasi kongkret dan berpikir. Suatu masa dimana konsep yang pada awal
masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi
konkret dan tertentu. Tahap operasi kongkret tetap ditandai dengan adanya
sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/kongkret. Anak masih
menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang kongkret, belum bersifat
abstrak apalagi hipotesis. Anak masih kesulitan untuk memecahkan persoalan yang
mempunyai banyak variabel. Oleh karena itu, meskipun intelegensi pada tahap ini
sudah sangat maju, namun cara berpikirnya masih terbatas yakni berdasarkan
sesuatu yang kongkret.
2. Perkembangan
Emosi
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,
termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang,
bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
konsentrasi terhadap aktivitas belajar. Sebaliknya, jika emosi negatif seperti
perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan.
Anak usia SD sudah menyadari bahwa ia tidak dapat menyatakan dorongan emosinya
begitu saja tanpa mempertimbangkan lingkungannya. Ia mulai belajar
mengungkapkan perasaannya dalam perilaku yang dapat diterima secara sosial.
Penumbuhan perasaan ini tergantung dari bagaimana sikap orang tua
mendisiplinkan anak. Di samping itu, melalui permainan dan olahraga
dimungkinkan anak mengeluarkan emosinya secara wajar.
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara
kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh dari meniru dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua
dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak berkembang
dalam lingkungan keluarga yang emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi
anak cenderung stabil. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap
perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih
sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan. [9]
3.
Perkembangan Bahasa
Selama masa
akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata
anak meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat bertambah
kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran
yang diberikan disekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak-anak lain, serta
melalui radio dan televisi, anak-anak menambah perbendaharaan kosa kata yang ia
pergunakan dalam percakapan dan tulisan.
Dengan
dikuasainya ketrampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah
gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini,
karena dibarengi dengan taraf berpikir yang sudah maju maka dia banyak
menanyakan soal waktu dan sebab akibat.
Di samping
peningkatan dalam jumlah perbendaharaan kosa kata, perkembangan bahasa anak
usia sekolah juga terlihat dalam cara anak berpikir tentang kata-kata.
Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata, menolong
mereka memahami kata-kata yang tidak berkaitan langsung dengan pengalaman-pengalaman
pribadinya. Ini memungkinkan anak menambah kosa kata mereka. Misalnya,
“batu-batuan berharga” dapat dipahami melalui pemahaman tentang ciri-ciri umum
“berlian” atau “zamrud”
Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
a.
Proses jadi
matang dalam hal organ-organ suara/bicara sudah berfungsi untuk berkata-kata.
b.
Proses
belajar, maksudnya bahwa anak telah matang untuk berbicara, lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata
yang didengarnya.[10]
Kedua proses tersebut berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga
pada saat masuk SD anak sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang
mendekati sempurna, dapat membuat kalimat majemuk, dan dapt menyusun dan mengajukan
pertanyaan.
Kosa Kata Khusus pada Usia Anak-anak Akhir:
a. Kosa kata etiket : ucapan tolong,
terimakasih, maaf sudah mulai digunakan dengan baik.
b. Kosa kata warna: anak mulai belajar
nama semua warna yang umum dan yang khusus.
c. Kosa kata rahasia: anak mempelajari kosa kata rahasia
untuk berkomunikasi dengan sahabatnya. Dapat berbentuk tulisam kode-kode yang
dibentuk dengan lambang, mengganti kosa kata asli dengan tambahan huruf dll.
Sebagian besar anak mulai mempelajari kosa kata rahasia ini pada saat memasuki
kelas 3, dan penggunaan kata-kata ini mencapai puncaknya sebelum memasuki masa
puber.
d. Kosa kata Uang: anak mulai mengerti nilai uang logam dan uang
kertas.
e. Kosa kata waktu: anak yang lebih
besar mulai mampu menggunakan kosa kata waktu.
f. Kata-kata popular atau makian:
umumnya anak menggunakannya agar merasa “besar”.
g. Kosa kata bilangan: anak mulai
belajar arti dan nama-nama bilangan.
Dengan
demikian cakrawala anak-anak, mereka menemukan bahwa berbicara merupakan sarana
penting untuk memperoleh tempat di dalam kelompok. Dalam hal ini yang paling
penting adalah bahwa ia mampu mengerti apa yang dikatakan orang lain. Kalau
anak tidak dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain, tidak saja ia tidak
dapat berkomunikasi, tetapi lebih parah lagi, ia cenderung mengatakan sesuatu
yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang dibicarakan oleh teman-teman
sehingga ia tidak diterima dalam kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan pada
prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi Perkembangan terdiri dari
dua kata Psikologi dan Perkembangan, Psikologi berasal dari kata Pscyche
dan logos,Pscyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu.
Jadi, secara harfiah “psychology” berarti “ilmu jiwa.
2. Karakteristik dan perkembangan Masa
Kanak-Kanak Akhir
Masa kanak-kanak akhir sering
disebut sebagai masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa kanak-kanak akhir berjalan dari umur 6 atau 7 tahun
sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia
11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk
Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
3. Aspek-Aspek Perkembangan anak masa akhir
a. Perkembangan
Fisik
1. Tinggi dan Berat Badan
2. Berat
3. Perbandingan tubuh
4. Postur tubuh
5. Tulang dan Otot
6. Gigi
b. Perkembangan Kognitif
Pada usia ini
anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca,
menulis, dan berhitung).
c.
Perkembangan Emosi
Emosi merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang
positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu
akan mempengaruhi individu untuk konsentrasi terhadap aktivitas belajar.
Sebaliknya, jika emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak
bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan.
d.
Perkembangan Bahasa
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu sebagai berikut:
a.
Proses jadi
matang dalam hal organ-organ suara/bicara sudah berfungsi untuk berkata-kata.
b.
Proses
belajar, maksudnya bahwa anak telah matang untuk berbicara, lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata
yang didengarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi
Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Rochmah, Elfi
Yuliani. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras, 2005.
Purwakania,Aliyah
B. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Yusuf L.N,
Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Hidayati, Wiji
dkk. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras, 2008.
Rumini, Sri
dkk. Psikologi Umum. Yogyakarta: FIK IKIP, 1998.
Suadirman,
Siti Partini. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2006.
[1]Sri Rumini, dkk, Psikologi Umum,
(Yogyakarta: FIK IKIP, 1998), hlm. 1
[2]Wiji Hidayati, dkk, Psikologi
Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 4.
[3]Elizabeth, B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta:
Erlangga, 2004), edisi kelima, hlm. 2.
[4]Aliyah B. Purwakania Hasan, Psikologi
Perkembangan Islami, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 13.
[5]Siti Partini Suadirman, Psikologi
Perkembangan, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2006), hlm. 1.
[8]Desmita, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2005), hlm. 158
[9]Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan
Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 181.
[10]Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi
Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 169.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar