SEJARAH HADIST DI MASA RASUL,
SAHABAT DAN TABI’IN
A. SEJARAH HADIST DI MASA RASUL
Allah SWT telah memilih rasul
nya (Muhammad),guna untuk menyampaikan risalah ketuhanan kepada seluruh umat
manusia ,dalam menyampaikan risalah nya beliau menghabiskan waktu 23 tahun
lebih dan ini bukanlah jangka waktu yang pendek.Itu jangka waktu yang lama
sekali sekaligus merupakan priode-priode pengajaran terhadap sendi-sendi dasar
pembangunan peradaban islam yang luhur.
Metode Rasulullah S.a.w dalam
menjelaskan risalah ketuhanan (baca Al-Qur’an)ada kalanya melalui perkataan
(Aqwal) perbuatan praktis (Af-al) maupun ketetapan (Taqrir)
1. Metode Rasulullah dalam
mengajarkan hadis
Menurut Dr. Syuhdi Ismail setelah
mengutip berapa nabi,setelah mengutip beberapa hadus nabi,beliau berkesimpulan
bahwa metode yang di gunakan nabi dalam menyampaikan hadisnya sangat lah
berfariasi di antara nya;
A. Dengan menggunakan lisan
Yang termasuk dalam kategori adalah dalam
bentuk ceramah yang di lakukan di majlis nabi.Nabi dalam menyampaikan nya di
depan orang banyak,Apabila yang di sampaikan itu merupakan suatu yang sangat
penting,beliau bisa mengulang nya sampai tiga kali[1]
B. Melalui tulisan
Yaitu dengan cara mengirim surat kepada
berbagai kepala Negara/pembesar daerah lain nya baik dalam kelompok muslim
maupun non muslim.surat-surat itu di antara nya berisi ajakan untuk memeluk
agama islam bagi penguasa non muslim,atau berisi masalah seperti masalah hukum pajak,dan
bentuk-bentuk ibadah lain nya.Dan surat yang di kirim itu di tulis oleh
seketeris nabi yang jumlah nya ada 45 orang.
C Dengan cara peragaan
praktis
Syuhudi
Ismail mengatakan cara peragaan praktis ini dengan sebutan penyampaian melalui
perbuatan,seperti sebagimana cara melakukan wudu,puasa,haji dan
lain-lain.Biaanya dalam memberikan contoh
praktis tersebut di ikuti dengan adanya perintah untuk mengerjakan
nya.Nabi bersabda5’’sholat lah kamu sebagaimana kalian mlihat saya sholat’’
Untuk
lebih melengkapi di atas,di kemukakan penjelasan dari Dr.Majjad al-khatib
yang dalam hal ini telah menguraikan
lebih kepada aspek metodologis nya.Metode yang di maksud ada lah sebagai
berikut 00
1 Pengajaran bertahab
Metode ini di gunakan Rasulullah S.a.w dalam
rangka menjelaskan Al-Qur’a
2 Mendirikan pusat-pusat
pengajaran
Dalm hal ini Rasullulah S.a.w menjadikan Dar
Al-arqam sebagai pusat (markas)dakwah islamiyah
3 Lebih menggunkan etika dalm pengajaran
4 Lebih berfariasi dalam
pengajaran
Metode ini di gunakan untuk
menghilang kan kebosanan dan kejenuhan
di kalangan sahabat
5 Memberi contoh paktis
kepada para sahabat nya
6 Menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
7 Memudah kan dan tidak meberat kan
Adapun faktor-fator yang mendukung
percepatan penyiaran hadis di masa Nabi adalah;
1 Rasulullah sendiri rajin menyampaikan dakwah
2 Karakter ajaran islam
sebagai ajaran yang baru telah membangkit kan semangat orang di lingkungan nya untuk selalu menanyakan kandungan agma ini
3 Peran para istri nabi amat
besar dalam penyiaran islam.
B. HADIS PADA MASA
SAHABAT DAN TABI’IN
1 SAHABAT DAN RIWAYAT HADIST
Siapa si
yang di maksud sahabat? sahabat adaah;
A. Orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dan
berimn kepadanya dan mati sebagi seorang islam.
B Orang yang lama menemani nabi S.a.w dan
berulang kali mengadakan pertemuan dengan nya dalam rangka mengikuti dan mengambil pelajaan dari
nya
C Orang islamyng pernah menemani Nabi s.a.w atau melihatnya[2]
Dari
uraian di atasdi ketahui bahwa sahabat itu mempunyai unsur bergaul dengan nabi.Priode
kedua sejarah perkembangan hadis adalah pada masa sahabat ,khusus nya sahabat
khulafa Al- Rasyidun(Abu Bakar al – syiddiq,Umar bin khattab,Utsman bin
Affan,dan Ali bin Ali thalib).Priode ini di sebut dengan zaman Al-Tasabbut wa
al-iqlql min al-Riwayah(priode membatasi hadis dan menyedikit kan
riwayat).Berikut ini akan di uraikan periwayatan hadis pada masa
sahabat/khulafa’ Al – Rasyidin.
1 Abu Bakar al – siddik
Sahabat nabi yang pertama tama
menunjukkan sikap kehati –hatian nya dalam meriwayat kan hadi adalah Abu Bakaar
al-siddik 29.Tindakan hati – hati Abu
Bakar tersebut lebih di latar belakangia
oleh karena beliau merasa khawatir bebuat salah dalam meriwat kan
hadis.Hal ini sebagaimana riwayat yang
datang nya dari Aisyah sebagai berikut:
“Ayahku (Abu Bakar)
mengumpulkan hadist-hadist rasulullah sebanyak 500 buah. Pada suatu malam
beliau tampak resah sampai saya merasa risau. Akhirnya saya bertanya, apakah
ayah sedang sakit atau ada suatu hal yang ayah dengar? Esoknya beliau
menyuruhku untuk membawakan hadist-hadist yang ada padaku. Setelah kuberikan
kepada beliau, beliau membakarnya. Saya lalu bertanya, kenapa ayah membakar
hadist-hadist itu? Beliau menjawab: “saya khawatir apabila saya mati dan
hadis-hadist itu masih ada padaku. Sebab hadist-hadist itu berasal dari orang
yang saya percayai, padahal itu seperti, padahal itu seperti yang beliau
sampaikan kepadaku, maka saya telah menyebarluaskannya”. [3]
Selain sebab-sebab di atas,menurut Suhudi
Ismail,ada 3 faktor yang menyebabkan yang menyebabkan Abu Bakar tidak banyak
meriwayatkan hadist yaitu:
A. Dia selalu sibuk dalam
keadaan menjabat Khalifah
B. Kebutuhan akan hadis tidak
sebanyak pada zaman sesudah nya
C. Jarak waktu antara
kewafatan nya dengan kewafatan nabi sangat singkat 32.
Dengan demikiian dapat di maklumi kalau
sekiranya aktifitas periwayatan pada masa Khalifah Abu Bakar masih sangat terbatas dan belum
sangat menonjol.
2. Umar bin Khattab
Tindakan hati-hati yng di lakukan
Khlifah Abu Bakar Al-siddik juga ddi ikuti oleh sahabat Umar bin Khattab ,Umar
bin khattab dalam hal ini juga terkenal sebagai orang yang sangat berhati –hatida
dalam meriwayat kan sebuah hadis.
Pada
masa periwayata hadis juga telah banyak di lakukan oleh umat islam,tentu dalam
periwayatan tetap memegang sikap kehati – hatian.Lagi- lagi sikap hati-hati
yang di lakukan umar ini di samping untu
menghindar kan kekeliruan dalam meriwayat kan hadis juga dapat menghalangi
orang –orang yang tidak bertanggung jawab dalam melakukan periwayatan hadist.
Ketika menjadi kholifah,Umar meminta
kepada sahabat agar tidak terlalu banyak meriwayat kan Hadist eperti pada zaman
Umar 29 seperti pada zaman Umar dan Abu
Bakar siddiq.
4. Ali Bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib dalm meriwayat
kan hadis tidak jauh berbeda dengan para khalifah pendahulunya,Dilihat dari
kebijaksanaana pemerintah,kehati – hatian nya dalam kegiatan periwaytan hadis
pada massa khalifah Ali bin abi thalib sama dengan zaman sebelum nya .Akan
tetapi situasi dan kondisi umat islam pada
zaman Ali telah berbeda dengan situasi pada zaman sebelum nya,pertentangan
politik politik di kalangan umat islam tela makin menajam,peperangan antara
kelompok pendukung Ali dan pendukung muawiyah telah terjadi.hal ini membawa
dampak negatif dalam bidng kegiatan periwayatan hadist.kepentingan politk telah
mendorong pihak-pihak tertentu untuk melakukan pemalsuan hadist.Dengan demikian
,tidak seluruh hadis di percayai riwayatan nya.
C .SEJARAH HADIST PADA MASA
TABI’IN
Sebagai mana para sahabat, para tabi’in
juga cukup berhati-hati dalam meriwayatkan hadist. Hanya saja beban mereka
tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan yang dihadapi sahabat. Pada masa
ini al-Qur’an sudah dikumpulkan dalam suatu mushaf, sehingga tidak
menghawatirkan mereka untuk tercampur dengan hadist. Disamping itu pada masa
Usman Bin ffan para sahabat ahli hadist telah menyebar ke beberapa wilayah
Islam, sehingga memudahkan para tabi’in untuk mempelajari hadist dari mereka.[4]
Hadist-hadist yang diterima oleh para tabi’in, seperti telah disebutkan ada
yang dalam bentuk catatan-catatan atau tulisan-tulisan dan ada yang harus
dihafal, di samping dalam bentuk yang sudah terbolehkan dalam ibadah dan
amaliyah. Para sahabat yang mereka saksikan dan mereka ikuti. Sesuai dengan
tersebarnya para sahabat ke wilayah-wilayah kekuasaan islam maka tercatat
beberapa kota sebagai pusat pembinaan
dalam periwayatan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam
mencari hadist pada masa tabi’in juga terjadi kegiatan menghafal dan memilih
hadist. Banyak riwayat yang menunjukan betapa mereka memperhatikan kedua hal
ini. Tentang menghafal hadist, para tabi’in seperti: Ibnu abi Laila, Abu
Al-aliyah, Ibnu Sihab Azzuhri, Urwan bin Az zubair dan Al qomah adalah
tokoh-tokoh terkemuka yang sangat menekankan pentingnya menghafal hadits secara
terus menerus.
Di samping menghafal hadist di antara
mereka juga menulis atau memiliki catatan hadist yang mereka terima dari para
sahabat. Di antara tabi’in besar yang menuliskan hadist-hadist yang diterimanya
ialah Abban bin Usman bin Affan, Ibrahim bin Yazid An naqo’I, Abu sulaiman bin
Abdurrahman Abi Kilabah, Ummu Darda’, Juma’imah binti Yahya, Jabir bin Zaid al
asdi, dan lain-lain.
Sedangkan diantara tabi’in kecil yang
memiliki catatan hadist ialah: Ibrahim bin Abdul A’la al ju’fi, Ibrahim bin
Muslim al hajari, Isha’ bin Abdullah, Ismail bin abi Khalid al Damasi, Ayub bin
Abi Tamimah as syahtayami, Bagir bin Abdillah al sajj dan lain-lain. Pada masa
tabi’in ini muncul atau terjadi perpecahan politik yang sebenarnya sudah
terjadi sejak masa sahabat, setelah terjadinya perang jamal dan perang siffin
yaitu tatkala kekuasaan di pegang oleh Ali bin Abi Thalib.
Dari persoalan politik diatas langsung
atau tidak langsung cukup memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif
terhadap perkembangan hadist berikutnya. Adapun pengaruh yang berakibat positif
adalah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong di adakan kondifikasi hadist
sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan.
1 komentar:
sory idak tulis referensi lengkapnya
Posting Komentar