PSIKOLOGI BELAJAR
Wahyu Maruto Aji
(210613166)
1.
PENGERTIAN
PSIKOLOGI BELAJAR
Pengertian “Psikologi Belajar”, ada
beberapa pengertian yang telah dirumuskan oleh para ahli tentang “Psikologi Pendidikan”
sebagai berikut:
·
Psikologi
Belajar adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari, meng-analisis
prinsip-prinsip manusia dalam proses belajar dan pembelajaran.[1]
·
W.S.
Winkel dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar” menyatakan
bahwa psikologi pendidikan adalah salah satu cabang dari psikologi praktis yang
mempelajari prasarat-prasarat (fakta- fakta) bagi belajar di sekolah berbagai
jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar. Dalam hal ini, kajian
psikologi pendidikan sama dengan Psikologi Belajar.[2]
·
Sedangkan
yang dimaksud dengan Psikologi Pendidikan yakni, ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku- tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan.[3]
Jadi
menurut saya disini psikologi belajar adalah ilmu yang mempelajari tentang
kejiwaan manusia mengenai dalam hal belajar dan megenali karakter-karakter
manusia dalam belajar.
2.
PENGERTIAN
BELAJAR
·
Belajar
dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari sebagai hasil
dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas di sini dipahami
sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke perkembangan
pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa
(afektif), dan karsa (psikomotorik) (2002:2).[4]
·
Menurut
gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.[5]
·
Belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.[6]
Jadi
belajar adalah salah satu kegiatan manusia dari mereka tidak tahu menjadi tahu
dan dimana bukanya fikiran saja tetapi juga perilaku mereka.
3.
PERILAKU
SESEORANG YANG DI SEBUT PERILAKU BELAJAR
Prilaku
belajar yang terjadi pada para peserta didik dapat dikenal baik dalam proses
maupun hasilnya. Proses belajar dapat terjadi apabila individu merasakan adanya
kebutuhan dalam dirinya yang tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang refleks
atau kebiasaan. Ia ditantang untuk mengubah perilaku yang ada agar dapat
mencapai tujuan. Dalam mengubah perilakunya, individu melakukan berbagai
perbuatan mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Menurut Robert Gagne
(dalam Surya 1997) bentuk perilaku dari yang sederhana hingga yang kompleks
adalah :
(1) me-ngenal tanda isyarat
(2) menghubungkan stimulus dengan respons
(3) merangkaikan dua respons atau lebih
(4) asosiasi verbal, yaitu menghubungkan sebuah
label kepada suatu stimulus
(5) diskriminasi, yaitu menghubungkan suatu
respons yang berbeda kepada stimulus yang sama
(6) mengenal konsep, yaitu menempatkan
beberapa stimulus yang tidak sama dalam kelas yang sama
(7) mengenal prinsip, yaitu membuat hubungan
antara dua konsep atau lebih
(8) pemecahan masalah, yaitu menggunakan
prinsip-prinsip untuk merancang suatu respons
4.
KARAKTERISTIK
PERILAKU BELAJAR.
Karakteristik perilaku belajar ini
dalam beberapa pustaka rujukan, antara lainmenurut Surya (1982), disebut juga
sebagai prinsip-prinsip belajar. Di antara
ciri-ciri
perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang
terpenting.
a)
Perubahan
itu intentional
Perubahan yang terjadi
dalam proses belajar adalah berkat pengalarnan atau praktik yang dilakukan
dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa siswa-siswi dan siswi menyadari
akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya
perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya.
b)
Perubahan
itu positif dan aktif
Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik,
bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan
tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru
(seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang
telah ada sebelumnya. Adapun perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya
seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah
bisa duduk), karena usaha anak itu sendiri.
c) Perubahan Efektif-Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses
belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna Artinya, perubahan tersebut
membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa dan siswi. Selain itu, perubahan
dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap
dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan
dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas
misalnya ketika siswa dan siswi menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.[7] Karakteristik belajar
harus mempertimbangkan kebutuhan, aspirasi, pengalaman dan minat yang berbeda
antara siswa dan siswi maupun perbedaan sosial yang ada, untuk mengantisipasi
adanya perbedaan sosial dan gender.
5.
RAGAM
BELAJAR
Dalam proses belajar dikenal adanya
bermacam-macam kegiatan yangmemiliki corak yang berbeda antara satu dengan
lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku yang diharapkan.
a. Belajar Abstrak
Belajar
abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya
adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalahmasalah yang tidak
nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat
di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam
jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga
sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
b. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar
dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini
latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam
jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki
benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti
ibadah salat dan haji.
c. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah
belajar memahami masalah—masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan
masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti masalah keluarga, masalah
persahabatan, masalah kelompok, dan masalah--masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur
dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada
orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan
proporsional, termasuk mengakomodasi siswa-siswi yang berbeda akibat
konstruksi social di masyarakat.
Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran sosial antara lain pelajaran
agama dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
d. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada
dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional,
lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa-siswi dalam menguasai
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal)
amat diperlukan. Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan
sarana sarana pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya guru
mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan
model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah
(Lawson, 1991).
e. Belajar Rasional
Belajar
rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan
rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka
ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar
ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional,
siswa-siswi diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan
strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988). Bidang-bidang studi
yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar
pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberikan tekanan pada
penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang studi non eksakta pun dapat
memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
f.
Belajar
Kebiasaan
Belajar
kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan--kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan
perintah, teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran
Tujuannya agar siswa-siswi memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan. kebiasaan baru
yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras
dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius
maupun tradisional dan kultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat
dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga Meskipun demikian, tentu tidak
tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama dan PMP sebagai sarana belajar
kebiasaan bagi para siswa-siswi.
g.
Belajar
Apresiasi
Belajar
apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai
suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa-siswi memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi
musik, dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya
tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan
(prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bidang studi ini, bidang
studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan
apresiasi siswasiswi, misalnya dalam hal seni baca tulis al-Qur’an. Guru perlu
membandingkan perbedaan belajar apresiasi untuk mengatasi kesenjangan dalam
belajar maupun gender stereotipe.
h.
Belajar
Pengetahuan
Belajar
pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam
terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai
sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan
melibatkan kegiatan investigasi dan eksprerimen (Reber, 1988). Tujuan belajar
pengetahuan ialah agar siswa-siswi memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan
alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan. Contoh: kegiatan siswa-siswi
dalam bidang studi fisika mengenai “gerak” menurut hukum Newton I. Dalam hal
ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap benda tetap diam
atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang
mempengaruhinya. Contoh lainnya, kegiatan siswa dalam bidang studi biologi
mengenai protoplasma, yakni zat hidup yang ada pada tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Dalam hal ini siswa -siswi melakukan investigasi terhadap senyawa
organik yang terdapat dalam protoplasma yang meliputi: karbohidrat, lemak,
protein, dan asam nukleat.
Ragam Belajar Menurut A. De Block
a.
Bentuk belajar menurut fungsi psikis;
1). Belajar Dinamika/ Konotatif
Ciri khasnya terletak dalam belajar
berkehendak sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarang
menghendaki dan juga tidak menghendaki sembarang hal.
2). Belajar Afektif
Salah satu ciri adalah belajar menghayati nilai
dari suatu objek yang dihadapi melalui alam perasaan dan juga belajar
mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
3). Belajar Kognitif :
mengingat, berpikir
Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh
dan menggunakan suatu bentuk representasi yang mewakili semua objek yang
dihadapi
4). Belajar Senso-Motorik ; mengamati,
bergerak, berketrampilan
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghadapi dan menangani
aneka objek secara fisik.
b.
Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari ;
1). Belajar Teoritis
Bentuk
belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan)
dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan
untuk memecahkan problem.
2). Belajar Teknis
Bentuk
belajar ini bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam menangani dan
memegang benda benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu
keseluruhan.
3). Belajar Sosial atau Belajar Bermasyarakat
Bentuk
belajar ini bertujuan untuk mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi
kehidupan bersama, dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhanya.
4). Belajar Senso-Motorik ; mengamati,
bergerak, berketrampilan
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghadapi dan menangani
aneka objek secara fisik.
b.
Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari ;
1). Belajar Teoritis
Bentuk
belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan)
dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan
untuk memecahkan problem.
2). Belajar Teknis
Bentuk
belajar ini bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam menangani dan
memegang benda benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu
keseluruhan.
3). Belajar Sosial atau Belajar Bermasyarakat
Bentuk
belajar ini bertujuan untuk mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi
kehidupan bersama, dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhanya.
4). Belajar Estetis
Bentuk
belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan
diberbagai bidang kesenian.
c. Bentuk
Belajar yang tidak sebegitu disadari ;
1). Belajar Insidental
2). Belajar dengan coba-coba
3). Belajar Tersembunyi[8]
6.
TINJAUAN
TEORI PEMEBELAJARAN
Psikologi
aliran behavioristik mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori-teori
tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
Mereka masing-masing telah mengadakaAn penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang berharga mengenai hal belajar (Suryabrata, 2004:257).
Ketika
Thorndike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov (1849-1936) juga
menghasilkan teori belajar yang disebut “classical Conditioning” atau stimulus
substitution”. Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap
anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimuli bersyarat sehingga terjadi
reaksi bersyarat pada anjing. John B. Watson (1878 – 1958) adalah orang pertama
di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil
penelitian Pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya
refleks-refleks atau respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti.
Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan berbagai refleks dan reaksi-reaksi
emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk
oleh
hubungan-hubungan
stimulus respons baru melalui “conditioning”.[9]
Teori Belajar selalu bertolak dari sudut
pandang psikologi belajar.Dengan adanya psikologi pendidikan kemudian muncullah
teori tentang belajar.Dalam perkembangan psikologi pendidikan di zaman mutakhir
muncullah secara berurutan beberapa aliran psikolog yaitu:
a)psikologi
Behavioristki
b) psikologi kognitif
c)
psikologi humanistik.[10]
7.
ALIRAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
a.
Teori
Belajar Behavioristik
Banyak ahli berusaha mengungkap
bagaimana proses belajar terjadi pada manusia, kemudian berbasis pengalaman dan
latar belakang keilmuan masing-masing ahli, lahirlah berbagai teori belajar,
salah satu diantaranya adalah teori belajar behavioristik. Behaviorism
dimunculkan oleh ahli yang berlatar belakang ilmu fisika dan kedokteran,
sehingga teori belajar behavioristik merupakan suatu pandangan teoritis yang
beranggapan, bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan
konsepsikonsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas. Pembahasan teori belajar behavioristik
ini meliputi pembahasan konsep belajar behavioristik dan prinsipprinsip teori
behavioristik perspektif gender. Sebagai pemahaman dasar tentang teori dalam
psikologi belajar sehingga dapat dikatakan bahwa paket 5 ini merupakan paket
yang berisi tentang materi yang substansial dan teoretik.[11]
b.
Teori
Belajar Kognitif
Dalam upaya mengungkap bagaimana proses
belajar terjadi, ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan
sebelumnya mengenai belajar sebagai sebuah proses hubungan stimulus –response -
einforcement, seperti yang dikemukakan oleh para ahli behaviorisme. kaum
kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung dan
ditentukan kepada pemahaman terhadap hubungan – hubungan yang ada didalam suatu
situasi. Mereka memberi tekanan pada organisasi pegamatan atas stimuli di dalam
lingkungan serta pada factor yang mempengaruhi pengematan tersebut. Para ahli
psikologi kognitif menaruh perhatian besar pada proses mental yang dialami oleh
setiap individu selama belajar. Tingkah laku yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari tidak dapat diukur tanpa melibatkan proses mental, seperti:
kehendak, kesukarelaan, kesengajaan, motivasi, keyakinan, pelibatan, dan
sebagainya. Belajar bukan sekadar pengulangan hubungan antara stimulus dengan
respons yang disertai pengamatan, melainkan belajar sebagai peristiwa mental
melibatkan proses berpikir dan bernalar yang kompleks sifatnya. Tingkah laku
nyata hampir semuanya tampak dalam aktivitas belajar. Hal itu dilakukan bukan
semata-mata respons atau stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting adalah
dorongan mental yang diatur oleh pola berpikirnya.[12]
c.
Teori
Belajar Humanistik
Konsep
belajar humanisti berangkat dari aliran psikologi humanisti. Dalam mengembangkan
teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia
dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan
individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai,
tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, dikemukakan tentang 5 (lima) dalil
utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi
ke dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam
berhubungan dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki
pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihanpilihanya; dan (5)
manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan
kreativitas. Menurut teori humanistik, belajar harus berorientasi pada peserta
didik sebagai subjek belajar. Teori ini bertujuan memanusiakan manusia untuk mampu
mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya. Tujuan pendidikan
adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh untuk mampu
menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan
pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia, sehingga pendidikan hendaknya
membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi
yang lebih bermanusiawi Pendidikan humanistik menekankan pada bagaimana
menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar
pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Pendidikan yang efektif
menurut aliran ini adalah pendidikan yang berpusat pada minat, dan
kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk
menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang
mereka miliki (the learners-centered teaching). Pendidikan humanistik berusaha
mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata.
Optimalisasi pengembangan aspek emosional, Psikologi Belajar sosial, mental,
dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan
humanistik ini. [13]
Daftar Pustaka
Modul Psikologi Belajar,
Pgmi Stain Ponorogo
Soemanto
wasty, psikologi belajar;
jakarta, rineka cipta;2006
Dahar ratna wilis, teori-teori
belajar dan pembelajaran, jakarta,
Erlangga, 2006
Ahmadi
Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2008.
Suyono
dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012.
[1] Modul pesikologi belajar paket 1 hakekat psikologi belajar halaman
1-13
[2]Ibid.
[3] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2006), 8
[4] Modul pesikologi belajar paket 1 hakekat psikologi belajar halaman
1-12
[5] Ratna wilis dahar, teori-teori belajar dan pembelajaran, Erlangga,
2006, hlm 2
[6] Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 9
[7] Modul pesikologi belajar paket 3 hakekat psikologi belajar halaman
3-8
[9] Modul pesikologi belajar paket 4 Tinjau Teori Belajar halaman 6-7
[10] Wasti sumanto,Psikologi
Pedidikan,(Jakarta:PTRineka cipta 1990),122
[11] Modul psikologi belajar paket 5 teori Behavioristik halaman 8
[12] Modul psikologi paket 6 belajar teori belajar kognitif halaman 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar