Kamis, 05 Maret 2015

Psikologi Belajar (3)


“PSIKOLOGI BELAJAR” 
 Disusun oleh:
Wahyu Maruto Aji (210613166)

 
1.      Apa yang dimaksud dengan psikologi belajar?
Psikologi belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata  yaitu psikologi dan belajar, psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Psikologi belajar adalah sebuah disiplin belajar yang berisi teori teori mengenai belajar terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajara.[1]
 “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Namun, para ahli juga berbeda pendapat tentang arti psikologi itu sendiri. Ada yang berpen-dapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku atau perilaku manusia (Mahfud, 1992: 6).[2]

2.      Apa yang saudara ketahui tentang “belajar”?
Arti belajar dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah berusah memperoleh kepandain atau ilmu. Perwujudan dari berusaha adalh berupa kegiatan sehingga belajar merupakn suatu kegiatan. Dalam kamus bahasa inggris, belajar atau to learn, untuk belajar (verb) mempunyai arti :
a)      To gain know ledge, comprehension, or mastery of trough experience or study (Untuk mendapatkan tahu langkan, pemahaman, atau penguasaan pengalaman melalui atau studi).
b)      To fix in the mind or memory, memorize (Untuk memperbaiki dalam pikiran atau memori, menghafal).
c)      To al quire through experience (Untuk memperoleh melalui pengalaman).
d)     To become in for me to find out

Berdasarkan menurut divinisi ke dua kamus ada dua unsure pokok yang terkandung dalam belajar yaitu kegiatan dan penguasaan.[3] Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorangyang dinyatakan dalam cara cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Dalam devinisi ini di katakana bahwa seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah dari pada sebelum itu.jadi belajar tidak hanya mengenai bidak intelektual akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.[4] Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. Dapat di simpulakn bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor. Belajar suatu reorganisasi pengalaman dan belajar lebih berhasil bila berhubungn dengan minat, keinginan dan tujuan dan juga belajar berlangsung terus menerus seperti belajar tidak hanya disekolah tetapi juga diluar sekolah.[5]

3.      Bagaimanakah perilaku seseorang yang disebut sebagai perilaku belajar?
perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut:
a)      Kebiasaan. Setiap siswa yang mengalami proses belajar, tentu kebiasaannya akan tampak berubah.
b)      Keterampilan. Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dsb.
c)      Pengamatan. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
d)     Berpikir asosiatif dan daya ingat. Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiakan sesuatu dengan lainnya.
e)      Berpikir rasional dan kritis. Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.
f)       Sikap. Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
g)      Inhibisi. Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya respons tertentu karena karena adanya proses respon lain yang sedang berlangsung.
h)      Apresiasi. Apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu.
i)        Tingkah laku afektif. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dsb.
Perilaku belajar yang terjadi pada para peserta didik dapat dikenal baik dalam proses maupun hasilnya. Proses belajar dapat terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan dalam dirinya yang tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang refleks atau kebiasaan. Ia ditantang untuk mengubah perilaku yang ada agar dapat mencapai tujuan. Hasil perilaku belajar ditunjukkan dengan adanya perubah-an perilaku dalam keseluruhan pribadi pelajar. Perilaku hasil belajar mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Para guru hendaknya mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan perilaku ini mulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan mengajar, menumbuhkannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.Perlu diingat bahwa perilaku belajar bisa bersumber dari berbagai aspek perilaku lain baik yang bersifat internal maupun eksternal. Para pengajar harus memahami aspek-aspek internal dan eksternal yang bisa memengaruhi perilaku siswa. Di antara aspek internal yang mesti dipahami oleh pengajar adalah (1) potensi, (2) prestasi, (3) kebutuhan, (4) minat, (5) sikap, (6) pengalaman, (7) kebiasaan, (8) emosi, (9) motivasi, (10) kepribadian, (11) perkembangan, (12) keadaan fisik, (13) cita-cita, dan lain-lain.[6]


4.      Bagaimanakah karakteristik perilaku belajar?
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut Surya (1982),  disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar.  Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
a.       Perubahan intensional
Yakni perubahan yang terjadi berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau perubahan yang bukan karena kebetulan seperti karena mabuk, gila, lelah dan sebagainya, contoh perubahan tersebut tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaannya. Perubahan intensional adalah perubahan berkat pengalaman atau praktik atau latihan dengan sengaja dan disadari, dan bukan secara kebetulan.  
Di samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang disadari, ia juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Seorang siswa-siswi dan siswi belajar bahasa Inggris misalnya sebelumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut akan ia gunakan untuk keperluan studi ke luar negeri ataukah untuk sekadar bisa membaca teks-teks atau literatur dalam bahasa Inggris.[7]
b.      Perubahan positif-aktif
Perubahan karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan (penambahan suatu yang baru dan baik). Hal ini juga bermakna bahwaa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang seperti pemahaman dan keterampilan baruyang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan tapi kaerna usaha siswa itu sendiri. Perubahan positif adalah perubahan yang sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun dari segi guru.
c.       Perubahan efektif-fungsional
Efektif artinya berhasil guna, yakni peerrubahan itu membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.fungsional artinya ia relatif menetap dan setiap saat apabila di butuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan ini biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Seperti contoh jika seseorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan, mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra maupun karya ilmiah lainnya.   Perubahan efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar.[8]

5.      Ragam belajar, apakah itu?
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam :
Ø  Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalahmasalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.


Ø  Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teraturamat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.
Ø  Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah--masalahdan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah--masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Ø  Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa-siswi dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Ø  Belajar Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikirsecara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untukmemperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dankonsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa-siswi diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988).


Ø  Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan--kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran Tujuannya agar siswa-siswi memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan. kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).[9]

6.      Tinjauan teori pembelajaran, uraikan tentang hal tersebut ?
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksikoneksi antara stimulus dan respons. Teori ini sering pula disebut “trial and error learning” individu yang belajar melakukan kagiatan melalui proses “trial and error” dalam rangka memilih respons yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulusnya.
Ketika Thorndike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov (1849-1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “classical Conditioning” atau stimulus substitution”. Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimuli bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. John B. Watson (1878 – 1958) adalah orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan berbagai refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respons baru melalui “conditioning”. Salah satu percobaannya adalah terhadap anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa dibarengi stimuli tak bersyarat.
Menurut Rogers sebagai ahli teori belajar humanisme, bahwa peranan guru dalam kegiatan belajar siswa adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam beberapa hal berikut.
Ø  Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa/siswi
Ø  bersikap positif terhadap belajar.Membantu siswa/siswi untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa/siswi untuk belajar.
Ø  Membantu siswa/siswi untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar.
Ø  Menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa/siswi.
Ø  Menerima pertanyaan dan pendapat serta ungkapan perasaan dari berbagai siswa/siswi sebagaimana adanya.
Ø  Menghindari adanya kesenjangan gender yang disebabkan kontribusi sosial.
Ø  Ramah pada perbedaan rasial.[10]

7.      Apa yang saudara ketahui tentang:
a.       Teori belajar behavioristik?
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon. behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada lingkungannya.
Menurut thorndike (1911),salah seorang pendiri  aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang munkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons yang juga bisa berupa  berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkrit tidak bisa diamati.[11]
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik  pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b.      Teori belajar kognitif?
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.[12] Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.[13]
Merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi menganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.[14]
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.[15]

c.       Teori belajar Humanistik?
teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.[16]




[1] Badri Djamarah Syuaiful Drs.2008.Psikologi Belajar. Jakarta.Rineka Cipta.
[2] Lapis PGMI.2009.
[3] Atmaja Prawira Purwa.2013.Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru.Jogjakarta.Ar-Ruzz Media.
[4] Ahmadi Abu H. Drs.1991.psikologi social.Jakarta.Rineka Cipta.
[5] Badri Djamarah Syuaiful Drs.2008.Psikologi Belajar. Jakarta.Rineka Cipta.
[6] LAPIS PGMI.Modul Psikologi Belajar.2009.
[7] LAPIS PGMI. Modul Psikologi Belajar.2009.
[8] Rohmah Noer.2012.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta.teras.
[9] LAPIS PGMI. Modul Psikologi Belajar.2009.
[10] LAPIS PGMI. Modul Psikologi Belajar.2009
[11] Uno B. Hamzah Dr. M.Pd.2006.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta.PT Bumi Aksara.
[12] Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah IAIN SU, 2011.
[13] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011.
[14] Uno B. Hamzah Dr. M.Pd.2006.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta.PT Bumi Aksara.
[15] Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011.
[16] Hamzah B. Uno, Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan ( Jakarta: Bumi aksara, 2006 )

Tidak ada komentar: