“PSIKOLOGI BELAJAR”
Disusun oleh:
Wahyu
Maruto Aji (210613166)
1.
Apa yang
dimaksud dengan psikologi belajar?
Psikologi belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua
kata yaitu psikologi dan belajar,
psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos
yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau
ilmu jiwa.
Psikologi belajar adalah sebuah disiplin belajar yang berisi teori
teori mengenai belajar terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau
melakukan pembelajara.[1]
“Psikologi”
berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya
ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya Ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya. Namun, para ahli juga berbeda pendapat tentang arti psikologi itu
sendiri. Ada yang berpen-dapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa. Tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku atau
perilaku manusia (Mahfud, 1992: 6).[2]
2.
Apa yang
saudara ketahui tentang “belajar”?
Arti belajar dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah berusah
memperoleh kepandain atau ilmu. Perwujudan dari berusaha adalh berupa kegiatan
sehingga belajar merupakn suatu kegiatan. Dalam kamus bahasa inggris, belajar
atau to learn, untuk belajar (verb) mempunyai arti :
a)
To gain know
ledge, comprehension, or mastery of trough experience or study (Untuk
mendapatkan tahu langkan, pemahaman, atau penguasaan
pengalaman melalui atau studi).
b)
To fix in the
mind or memory, memorize (Untuk memperbaiki dalam pikiran
atau memori, menghafal).
c)
To al quire
through experience (Untuk memperoleh melalui pengalaman).
d)
To become in
for me to find out
Berdasarkan menurut divinisi ke dua kamus ada dua unsure pokok yang
terkandung dalam belajar yaitu kegiatan dan penguasaan.[3]
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorangyang
dinyatakan dalam cara cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Dalam devinisi ini di katakana bahwa seseorang yang belajar
kelakuannya akan berubah dari pada sebelum itu.jadi belajar tidak hanya
mengenai bidak intelektual akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. perubahan
kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar. Apabila setelah belajar tidak
terjadi perubahan dalam diri manusia maka tidaklah dapat dikatakan bahwa
padanya telah berlangsung proses belajar.[4]
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku di
timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. Dapat di simpulakn
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor. Belajar
suatu reorganisasi pengalaman dan belajar lebih berhasil bila berhubungn dengan
minat, keinginan dan tujuan dan juga belajar berlangsung terus menerus seperti
belajar tidak hanya disekolah tetapi juga diluar sekolah.[5]
3.
Bagaimanakah
perilaku seseorang yang disebut sebagai perilaku belajar?
perwujudan
perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai
berikut:
a)
Kebiasaan. Setiap siswa yang mengalami proses
belajar, tentu kebiasaannya akan tampak berubah.
b)
Keterampilan. Keterampilan ialah kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam
kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dsb.
c)
Pengamatan. Pengamatan artinya proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera
seperti mata dan telinga.
d)
Berpikir asosiatif dan daya ingat. Berpikir
asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiakan sesuatu dengan lainnya.
e)
Berpikir rasional dan kritis. Berpikir rasional
dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan
pemecahan masalah.
f)
Sikap. Sikap adalah pandangan atau
kecenderungan mental.
g)
Inhibisi. Inhibisi adalah upaya pengurangan
atau pencegahan timbulnya respons tertentu karena karena adanya proses respon
lain yang sedang berlangsung.
h)
Apresiasi. Apresiasi berarti suatu pertimbangan
mengenai arti penting atau nilai sesuatu.
i)
Tingkah laku afektif. Tingkah laku afektif adalah
tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah,
sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dsb.
Perilaku
belajar yang terjadi pada para peserta didik dapat dikenal baik dalam proses
maupun hasilnya. Proses belajar dapat terjadi apabila individu merasakan adanya
kebutuhan dalam dirinya yang tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang refleks
atau kebiasaan. Ia ditantang untuk mengubah perilaku yang ada agar dapat
mencapai tujuan. Hasil perilaku belajar ditunjukkan dengan adanya perubah-an
perilaku dalam keseluruhan pribadi pelajar. Perilaku hasil belajar mencakup
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Para guru hendaknya mampu
mengantisipasi aspek-aspek perubahan perilaku ini mulai dari perencanaan
kegiatan-kegiatan mengajar, menumbuhkannya dalam pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar.Perlu diingat bahwa perilaku belajar bisa bersumber dari
berbagai aspek perilaku lain baik yang bersifat internal maupun eksternal. Para
pengajar harus memahami aspek-aspek internal dan eksternal yang bisa
memengaruhi perilaku siswa. Di antara aspek internal yang mesti dipahami oleh
pengajar adalah (1) potensi, (2) prestasi, (3) kebutuhan, (4) minat, (5) sikap,
(6) pengalaman, (7) kebiasaan, (8) emosi, (9) motivasi, (10) kepribadian, (11)
perkembangan, (12) keadaan fisik, (13) cita-cita, dan lain-lain.[6]
4.
Bagaimanakah
karakteristik perilaku belajar?
Karakteristik
perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut Surya
(1982), disebut juga sebagai
prinsip-prinsip belajar. Di antara ciri-ciri
perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting
adalah:
a.
Perubahan
intensional
Yakni perubahan yang terjadi berkat pengalaman atau praktek yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari atau perubahan yang bukan karena
kebetulan seperti karena mabuk, gila, lelah dan sebagainya, contoh perubahan
tersebut tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang
bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaannya. Perubahan
intensional adalah perubahan berkat pengalaman atau praktik atau latihan dengan
sengaja dan disadari, dan bukan secara kebetulan.
Di samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan
yang disadari, ia juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Seorang
siswa-siswi dan siswi belajar bahasa Inggris misalnya sebelumnya ia telah
menetapkan taraf kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya.
Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut akan ia gunakan untuk
keperluan studi ke luar negeri ataukah untuk sekadar bisa membaca teks-teks
atau literatur dalam bahasa Inggris.[7]
b.
Perubahan
positif-aktif
Perubahan karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif
artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan (penambahan suatu yang
baru dan baik). Hal ini juga bermakna bahwaa perubahan tersebut senantiasa
merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang seperti pemahaman dan
keterampilan baruyang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun
perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses
kematangan tapi kaerna usaha siswa itu sendiri. Perubahan positif adalah
perubahan yang sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik
dipandang dari segi siswa maupun dari segi guru.
c.
Perubahan
efektif-fungsional
Efektif artinya berhasil guna, yakni peerrubahan itu membawa
pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.fungsional artinya ia relatif
menetap dan setiap saat apabila di butuhkan perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan ini biasanya bersifat dinamis dan
mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Seperti contoh jika
seseorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata
dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya
seperti membuat catatan, mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra
maupun karya ilmiah lainnya. Perubahan efektif adalah perubahan yang
membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar.[8]
5.
Ragam belajar,
apakah itu?
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam
kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik
dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan
tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam
dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam :
Ø Belajar Abstrak
Belajar
abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh
pemahaman dan pemecahan masalahmasalah yang
tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas
prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk
dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang
studi agama seperti tauhid.
Ø Belajar Keterampilan
Belajar
keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni
yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular).
Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teraturamat diperlukan.
Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari,
melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran
agama, seperti ibadah salat dan haji.
Ø Belajar Sosial
Belajar
sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah--masalahdan teknik-teknik
untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman
dan kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah--masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan.
Ø Belajar Pemecahan Masalah
Belajar
pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah
atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah
untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa-siswi dalam
menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight
(tilikan akal) amat diperlukan.
Ø Belajar Rasional
Belajar
rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikirsecara logis dan
rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untukmemperoleh aneka
ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dankonsep-konsep. Jenis belajar ini
erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional,
siswa-siswi diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal
sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988).
Ø Belajar Kebiasaan
Belajar
kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan--kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan
perintah, teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran
Tujuannya agar siswa-siswi memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan. kebiasaan baru
yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (kontekstual).[9]
6. Tinjauan teori pembelajaran, uraikan tentang hal tersebut ?
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika serikat
didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike
disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan
koneksikoneksi antara stimulus dan respons. Teori ini sering pula disebut
“trial and error learning” individu yang belajar melakukan kagiatan melalui
proses “trial and error” dalam rangka memilih respons yang tepat bagi stimulus
tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya
terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku
anak-anak dan orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru
yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk
merespon situasi itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi
sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan
stimulusnya.
Ketika Thorndike mengadakan penelitiannya, di Rusia
Ivan Pavlov (1849-1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “classical
Conditioning” atau stimulus substitution”. Teori Pavlov berkembang dari
percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi
stimuli bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. John B. Watson
(1878 – 1958) adalah orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori
belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar
merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respons-respons bersyarat
melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan berbagai
refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah
laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respons baru melalui
“conditioning”. Salah satu percobaannya adalah terhadap anak berumur 11 bulan
dengan seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan
proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa dibarengi stimuli
tak bersyarat.
Menurut Rogers sebagai ahli teori belajar humanisme, bahwa
peranan guru dalam kegiatan belajar siswa adalah sebagai fasilitator yang
berperan aktif dalam beberapa hal berikut.
Ø Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar
siswa/siswi
Ø bersikap positif terhadap belajar.Membantu siswa/siswi
untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa/siswi
untuk belajar.
Ø Membantu siswa/siswi untuk memanfaatkan dorongan dan
cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar.
Ø Menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa/siswi.
Ø Menerima pertanyaan dan pendapat serta ungkapan
perasaan dari berbagai siswa/siswi sebagaimana adanya.
Ø Menghindari adanya kesenjangan gender yang disebabkan
kontribusi sosial.
Ø Ramah pada perbedaan rasial.[10]
7.
Apa yang
saudara ketahui tentang:
a.
Teori belajar
behavioristik?
Teori
behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan
tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus (rangsangan)
dan respon. behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari
lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada lingkungannya.
Menurut
thorndike (1911),salah seorang pendiri
aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
(yang munkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons yang juga bisa
berupa berupa pikiran, perasaan atau
gerakan. Perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat
diamati), atau yang nonkonkrit tidak bisa diamati.[11]
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b.
Teori belajar
kognitif?
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa
latin ”Cogitare” artinya berfikir.[12] Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah
satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian
aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini,
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat
dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses
belajar.[13]
Merupakan suatu
teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Bagi menganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berfikir
yang sangat kompleks.[14]
Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996) bahwa
“Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.[15]
teori belajar
humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain,
teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam
dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat
tercapai.
Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.[16]
[1]
Badri Djamarah Syuaiful Drs.2008.Psikologi Belajar. Jakarta.Rineka
Cipta.
[2]
Lapis PGMI.2009.
[3]
Atmaja Prawira Purwa.2013.Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru.Jogjakarta.Ar-Ruzz
Media.
[4]
Ahmadi Abu H. Drs.1991.psikologi social.Jakarta.Rineka Cipta.
[5]
Badri Djamarah Syuaiful Drs.2008.Psikologi Belajar. Jakarta.Rineka
Cipta.
[6]
LAPIS PGMI.Modul Psikologi Belajar.2009.
[7]
LAPIS PGMI. Modul Psikologi Belajar.2009.
[8] Rohmah
Noer.2012.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta.teras.
[11] Uno
B. Hamzah Dr. M.Pd.2006.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta.PT
Bumi Aksara.
[12]
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah
IAIN SU, 2011.
[13] Al
Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan
:Perdana Publishing, 2011.
[14] Uno
B. Hamzah Dr. M.Pd.2006.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta.PT
Bumi Aksara.
[15] Syaiful
bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011.
[16]
Hamzah B. Uno, Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan (
Jakarta: Bumi aksara, 2006 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar