BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Setiap perundang-undangan yang dibuat selalu didasari sejumlah asas
atau prinsip dasar. Kata asas ialah dasar atau alas (an), sedang kata prinsip
adalah sinonimnya. Asas hukum merupakan fondasi suatu perundang-undangan. Bila
asas tersebut dikesampingkan, maka bangunan undang-undang dan segenap peraturan
pelaksananya akan runtuh.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian asas hukum?
2.
Apa fungsi asas hukum?
3.
Apa sajakah ragam dari asas hukum?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Asas Hukum
Secara terminology, yang dimaksud asas memiliki dua pengertian,
yaitu yang pertama adalah dasar, atau fundamen. Dan yang kedua adalah suatu
kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir atau berpendapat. Sementara
itu kamus hukum memberikan pemaknaan asas sebagai suatu alam pikiran yang
dirumuskan secara luas dan mendasari adanya suatu norma hukum.
Sehingga asas hukum juga dapat dipahami sebagai dasar-dasar umum
yang terkandung dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut merupakan
sesuatu yang mengandung nioai-nilai etis. Asas hukum bukanlah norma hukum
konkrit karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum itu. Norma hukum merupakan
penjabaran secara konkrit dari asas hukum. Dikatakan asas hukum sebagai jiwanya
norma hukum atau peraturan hukum karena ia merupakan dasar lahirnya peraturan
hukum.
Asas hukum secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1.
Asas hukum umum, ialah asas yang
berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk semua bidang hukum itu,
seperti asas equality before the law, asas lex posterior derogate legi priori,
asas bahwa apa yang lahirnya tampak benar, untuk sementara harus dianggap
demikian sampai diputus (lain) oleh pengadilan. Menurut P.Scholten ada 5 asas
hukum umum, yaitu:
a.
Asas kepribadian
b.
Asas pesekutuan
c.
Asas kesamaan
d.
Asas kewibawaan, dan
e.
Asas pemisah antara baik dan buruk
2.
Asas hukum khusus, ialah asas yang
berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam bidang hukum pidana,
hukum perdata dsb.
B.
Fungsi Asas
Hukum
Dalam ilmu hukum, fungsi asas hukum terbagi dalam dua fungsi,
yaitu:
1.
Fungsi dalam hukum, mendasarkan
eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim (ini
merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai pengaruh yang
normative dan mengikat para pihak.
2.
Fungsi dalam ilmu hukum, hanya
bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan adalah memberi ikhtiar,
tidak normative sifatnya dan tidak termasuk dalam hukum positif.[1]
C.
Ragam Asas
Hukum
Asas hukum secara konseptual terdiri dari bermacam-macam, beberapa
asas hukum yang digunakan di Indonesia, yaitu:
1.
Asas nullum delictum noella
poena sine praevia lege poenali, yaitu tiada suatu perbuatanpun dapat
dihukum, kecuali atas kekuatan undang-undang yang telah ada sebelum perbuatan
itu dilakukan.
2.
Asas in dubio pro reo ialah
dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan bagi si
terdakwa.
3.
Asas similia similibus ialah
bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama (serupa).
4.
Asas pact sunt servanda
ialah bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak yang bersangkutan.
5.
Asas geen straft zonder schuld
ialah asas tiada hukuman tanpa kesalahan.
6.
Asas lex posterior derogate legi
prior yaitu asas undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan
undang-undang terdahulu, sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama.
7.
Asas lex superior derogate legi
inferiori, yaitu suatu asas undang-undang dimana jika ada 2 undang-undang
yang mengatur objek yang sama maka undang-undang yang lebih tinggi yang berlaku
sedangkan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat.
8.
Asas lex specialis derogate legi
generali yakni undang-undang yang khusus mengenyampingkan yang umum.
9.
Asas res judicata pro veritate
habeteur, yaitu putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain
yang mengoreksinya.
10.
Asas lex dura set tamen scripta,
yaitu undang-undang bersifat memaksa, sehingga tidak dapat diganggu gugat.
11.
Asas audi et alteram partem
atau audiatur et altera pars, yaitu bahwa para pihak harus didengar.
Contohnya, apabila persidangan sudah dimulai, maka hakim harus mendengar dari
kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya dari satu pihak saja.
12.
Asas bis de eadem re ne sit
action atau ne bis in idem, yaitu megenai perkara yang sama dan sejenis
tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya. Contohnya lihat pasal 76 KUH
Pidana.
13.
Asas clausula rebus sic
stantibus, yaitu suatu syarat dalam hukum internasional bahwa suatu
perjanjian antar negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya
tetap sama.
14.
Asas cogitationsis poenam nemo
patitur yakni tidak ada seorangpun dapat dihukum oleh sebab apa yang
dipikirkannya.
15.
Asas summum ius summa iniuria,
yaitu kepastian hukum yang tertingggi, adalah ketidakadilan yang tertinggi.
16.
Asas ius curia novit, yaitu
hakim dianggap mengetahui hukum. Artinya, hakim tidak boleh menolak mengadili
dan memutus perkara yang diajukan kepadanya, dengan alasan tidak ada hukumnya
karena ia dianggap mengetahui hukum.
17.
Asas presumption of innocence
(praduga tak bersalah), yaitu seorang tidak boleh disebut bersalah sebelum
dibuktikan kesalahannya melalui putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
18.
Asas unus testis nullus testis
(satu saksi bukanlah saksi) yaitu hakim harus melihat suatu persoalan secara
objektif dan mempercayai keterangan saksi minimal dua orang, dengan keterangan
yang tidak saling kontradiksi. Atau juga, keterangansaksi yang hanya satu orang
terhadap suatu kasus, tidak dapat dinilai sebagai saksi.
19.
Asas in dubio pro reo, yaitu
apabila hakim ragu mengenai kesalahan terdakwa, hakim harus menjatuhkan putusan
yang menguntungkan bagi terdakwa.
20.
Asas fair rial atau self
incrimination, ialah pemeriksaan yang tidak memihak, atau memberatkan salah
satu pikah atau terdakwa.
21.
Asas speedy administration of
justice (peradilan yang cepat), artinya seseorang berhak untuk cepat
diperiksa oleh hakim demi terwujudnya kepastian hukum bagi mereka.
22.
Asas the rule of law, yaitu
semua manusia sama kedudukanyan di depan hukum, atau persamaan memperoleh
perlindungan hukum.
23.
Asas nemo judex indoneus in
propria, ialah tidak seorangpun dapat menjadi hakim yang baik dalam
perkaranya sendiri. Artinya, seorang hakim dianggap tidak akan mampu berlaku
objektif terhadap perkara bagi dirinya sendiri atau keluarganya, sehingga ia
tidak dibenarkan bertindak untuk mengadilinya.
24.
Asas the binding forse of
precedent atau staro decises et quieta nonmovere, ialah pengadilan atau
hakim terdahulu, mengikat hakim-hakim lain pada peristiwa yang sama (asas ini
dianut pada Negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo Saxson, seperti
Amerika Serikat dan Inggris).
25.
Asas cogatitionis poenam nemo
patitur, ialah tidak seorangpun dapat dihukum karena apa yang dipikirkan atau
yang ada di hatinya. Artinya, pikiran atau niat yang ada dihati seseorang untuk
melakukan kejahatan tetapi tidak dilaksanakan atau diwujudkan maka ia tidak
boleh dihukum.
26.
Asas restitution in integrum,
ialah kekacauan dalam masyarakat, haruslah dipulihkan dalam keadaan semula
(aman). Artinya, hukum harus memerankan fungsinya sebagai sarana penyelesaian
konflik.
27.
Asas errare hummanum est, turpe
in errore perseverrare, artinya membuat kekeliruan itu manusiawi namun
tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan tersebut.
28.
Asas fiat justitia ruat coelom
atau fiat justicia pereat mundus, artinya sekalipun esok langit akan runtuh
atau dunia dunia akan musnah, keadilan harus tetap ditegakkan.
29.
Asas praduga rechtmatig
(benar menurut hukum, presumption iustea causa). Asas ini menganggap
bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap berdasarkan hukum (benar)
sampai ada pembatalan.
30.
Asas pembuktian bebas. Artinya
hakimlah yang menetapkan beban pembuktian.
31.
Asas dominus litis (asas
keaktifan hakim). Artinya keaktifan hakim dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan
para pihak yang tidak berimbang.
32.
Asas erga omnes (putusan
pengadilan mempunyai kekuatan mengikat), artinya sengketa TUN adalah sengketa
hukum public. Dengan demikian putusan pengadilan berlaku bagi siapa saja tidak
hanya bagi para pihak yang bersengketa.
33.
Asas ultitum remidium
(pengadilan sebagai upaya terakhir) artinya sengketa sedapat mungkin
diselesaikan melalui upaya administrasi (musyawaroh mufakat), jika belum puas
maka ditempuh dengan cara peradilan.
34.
Asas eidereen wordt geacht de
wette kennen. Artinya setiap orang dianggap mengetahui hukum. Artinya
apabila suatu undang-undang telah dilembarnegarakan (diundangkan), maka
undang-undang itu dianggap telah diketahui oleh warga masyarakat, sehingga
tidak ada alasan bagi yang melanggarnya bahwa undang-udang itu belum diketahui
berlakunya.
35.
Asas geen straf zonder schuld,
ialah tiada hukuman tanpa kesalahan.
36.
Asas lex niminem cogit ad
impossibilia, ialah undang-undang tidak memaksa seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak mungkin.
37.
Asas nullum crimen nulla poena
sine lege, ialah tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang-undangan
yang mengaturnya. Jadi suatu tindak kejahatan dikatakan sebagai perbuatan
melanggar hukum apabila melanggar undang-undang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
38.
Asas nemo plus juris tarnsferre
potest quam ipse habet, ialah tidak seorangpun dapat mengalihkan lebih
banyak haknya dari pada yang ia miliki.
39.
Asas opinion necessitates,
ialah keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai syarat untuk
timbulnya hukum kebiasaan.
40.
Asas quiquid est in territorio,
etiem est de territorio, ialah asas hukum dalam hukum internasional yang
menyatakan bahwa apa yang ada berada dalam batas-batas wilayah Negara tunduk
kepada hukum Negara itu.
41.
Asas testimonium de auditu, kesaksian
dapat didengar dari orang lain.
42.
Asas jus cogen, sebuah norma
yang memiliki keutamaan dibanding dengan norma-norma lainnya. Dalam hal suatu
norma telah memiliki status jus cogen tidak dimungkinkan mengalami pembatalan
atau modifikasi oleh tindakan apapun. Contoh norma jus cogen seperti genosida,
diskriminasi rasial, agresi, dll.
43.
Asas kesetaraan kedaulatan
(equality before sovereign rights), setiap Negara memiliki kesamaan kedaulatan,
kesetaraan hak dan kewajiban, kesetaraan sebagai anggota organisasi
internasional, tanpa mempertimbangkan adanya perbedaan ekonomi, sosial,
politik, dan sifat lainnya.
44.
Asas hidup berdampingan secara
damai yang didalam ini juga terkandung makna larangan menggunakan metode perang
sebagai instrument kebijakan luar negeri serta menyelesaikan sengketa dengan
cara-cara damai[2].
Beragam contoh asas atas merupakan asas-asas
yang umum di gunakan dalam bidang hukum dewasa ini. Namun, masih banyak contoh
asas lainnya baik yang bersifat nasional maupun universal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara terminology, yang dimaksud asas memiliki dua pengertian,
yaitu yang pertama adalah dasar, atau fundamen. Dan yang kedua adalah suatu
kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir atau berpendapat.
Asas hukum secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1.
Asas hukum umum, ialah asas yang
berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk semua bidang hukum itu,
seperti asas equality before the law, asas lex posterior derogate legi priori,
asas bahwa apa yang lahirnya tampak benar, untuk sementara harus dianggap
demikian sampai diputus (lain) oleh pengadilan.
2.
Asas hukum khusus, ialah asas yang
berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam bidang hukum pidana,
hukum perdata dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Yahyanto, Lukman Santoso, Pengantar
Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Truss Media Grafika, 2004).
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar
Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajagrafindo, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar