Jumat, 27 Januari 2017

INTSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM : PERSPEKTIF MORMATIF DAN SOSIO-KULTURAL HISTORIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Intitusi pendidikan islam hadir dengan perkembangan sejarah yang telah melaui prose sang panjang, sehingga dapat kita rasakan saat ini. Bermula diawali pada masa Rasulullah SAW dengan lingkungan masyarakat yang jahiliyah hingga kebangkitan islam telah banyak memberikan pengaruh pada lembaga pendidikan Islam. Pentingnya memahami historis  dan sosiokultural lembaga islam tentu sangat penting karena dengan kita memiliki kebelakang kita akan memperoleh hikmah dan pelajaran yang luar biasa, mengenai perjuangan umat islam dari dahulu hingga sekarang.
Dalam lembaga pendidikan islam sendidiri tahapanya dimulai dari masa dakwah nabi Muhammad SAW  yang sembunyi-sembunyi kemudian pada saat nabi hijrah ke madinah dn setelah nabi wafat dilanjutkan masa khalifah dan seterusnya. Lembaga pedidikan islm tumbuh dan berkembang dengan siklus yang naik turun hingga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tidk hanya pengetahuan agama tapi juga mencakup  pengetahuan umum dan sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah intitusi pendidikan Islam di dar al-arqam?
2.      Bagaimanakah intitusi pendidikan Islam di masjid?
3.      Bagaimanakah intitusi pendidikan Islam di halaqah?
4.      Bagaimanakah intitusi pendidikan Islam di kuttab?
5.      Bagaimanakah intitusi pendidikan Islam di Madrasah nidhamiyah?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Dar al-arqam
Dalam bahasa Arab kata rumah terjemahan dari bata, yabitu, baytan yang artinya bermalam atau menginap, kemudian juga diartikan sebagai rumah atau tempat diam. Dalam bahasa Indonesia rumah diartikan sebagai  rumah tempat tinggal, bangunan pada umumnya seperti gedung dan sebagainya. Dar al-arqam, di tempat ini lah untuk pertama kalinya kaum muslim dan Rasulullah SAW berkumpul untuk belajar hukum-hukum dari dasar-dasar agama Islam.[1]
Ketika wahyu diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW , maka untuk menjelaskan dan mengajarkannya kepada para sahabat, nabi mengambil rumah al-arqam sebagai lembaga pendidikan pada saat itu. Hal ini berlangung kurang lebih 13 tahun. Sitem pendidikan pada lembaga ini belum ada kurikulum dan silabus serperti sekarang ini, tetapi sistem dan materi-materi yang disampaikan sepenuhnya diserahkan kepada Rasulallah SAW. Rumah itu merupakan lembaga pertama dan madrasah yang pertama dalam islam. Guru yang mengajar di lembaga tersebut adalah Rasulallah sendiri. [2]

Jadi, rumah arqam yang merupakan tonggak awal dalam pembelajaran mengenai wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat jibril ini membuktikan rumah adalah lembaga pendidikan dalam Islam. Hal ini terus berlanjut hingga sekarang, sejatinya pendidikan pertama bagi anak adalah rumah yaitu orang tuanya sebagai pendidik yang mengajarkan nilai-nilai dasar kehidupan dan kepribadian anak.

B.     Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada, yusajidu, masaajid, yang artinya  tempat sujud. Dalam pengertian yang lebih luas berarti tempat shalat dan bermunajat pada Allah sang pencipta khalik dan tempat merenung dan menata masa depan. Dari perenungan terhadap ciptaan Allah tersebut masjid berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Proses yang menghatarkan masjid sebagai pusat dan pengetahuan karena di masjid tempat awal pertama mempelajari agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar, hukum-hukum dan tujuannya. Masjid yang dibangun adalah masjid Quba’, yaitu masjid yang dibangun setelah Rasulullah SAW hijrah ke madinah. Seluruh kegiatan rasulullah dan para sahabat difokuskan di masjid, termasuk pendidikan.
Semenjak berdirinya masjid di zaman Rosulullah SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun yng lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan, dalam perkembangannya dikalangan umat islam tumbuh semangat untuk menuntut ilmu dan  memotivasi mereka mengantarkan anak-anaknya memperoleh pendidikan di masjid.[3] Di masjid itulah bertemu segala jenis ilmu pengeahuaan yang bermacam-macam ragamnya dimana para belajar mendiskusikan dan mengkaji ilmu-ilmu tersebut bersma dengan guru-guru besarnya pda zaman itu. Juga di dalam masjid berkumpul para ahli hukum dan peminpin pemerintahan islam untuk membahas tentang kewajiban mereka terhadap  Negara dan bangsanya, dalam rangka menyiarkan keputusan-keputusan yang baik menyangkut masalah ibadah dan dakwah.
Peran utama yang dilakukan masjid ialah sebagai berikut: “peran masji sebagai lembaga pendidikan sosial kemasyarakatan dan kepemimpinan. Hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dapat dipelajari di masjid dengan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang bersifat alamiah. Terlibat dan aktif dalam mengikuti berbagaai kegitan mereka akan memiliki bekal pengetahuaan, keterampilan, dan kemandirian dalam melaksanakan tugas-tugas kemasyarakatan dan kepemimpinan”.[4]
Jadi, masjid selain menjadi tempat ibadah melaksanakan sholat juga menjadi pusat pengetahuan berbagi ilmu, baik pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan kepemimpinan. Majid berperan besar dalam kehidupan umat islam, bahkan sampai sekarang masjid menjadi puasat penyebaran dan markas bagi umat islam untuk melakukan berbagi kegiatan keagamaan.

C.     Halaqah
Halaqah artinya lingkaran, sehinga halaqah dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang dilaksanakan dimana posisi murid-murid melingkari gurunya. Seoarang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan kementar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan halaqah ini bisa terjadi di masjid atau di rumah- rumah kegiatan  di halaqah ini tidak khusus untuk mengajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat. Oleh karena itu, halaqah ini dikelompokkan ke dalam lembaga pendidikan yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan umum. Dilihat dari segi ini, halaqah dikatagorikan pendidikan  tingkat lanjut.[5]
Jadi, dapat disimpulkan sistem lemabaga halaqah ini lakukan dengan melinkari gurunya, dengan begitu proses belajar mengajar akan berjalan maksimal karena interaksi antara guru sangat intim.
D.     Kutab
Menurut Ahmad Salabi mengatakan bahwa tumbuhnya kuttab yang tugas pokoknya mengajarkan al-quran dan dasar agama Islam berawal pada zaman permulaan Islam, pada zaman pemerintahan Abu bakar,[6] yaitu sesudah meraka melakukan penaklukan dan sesudah memepunyai hubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Pada waktu itu mereka telah merasa penting perluasan penyiaran agama Islam dan melengkapi keturunannya dengan kebudayaan dan pengetahuan agar sejalan dengan teransisi baru, dimana orang-orang Arab telah beralih dari kehidupan ang bercorak isolasi dan badui kepada keadaan ang mempunyai hubungan dan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain yang berperadapan.[7]
Kuttab telah tersebar luas dengan luasnya agam islam di plosok negeri. Pendidikan pada kuttab adalah semua orang, disitu belajar anak–anak, orang kaya dan miskin. Para guru yang mengajar dilarang membedakan diantara anak orang kaya dengan anak miskin dalam belajar. Hal ini karena sitem pendidikan islam adalah menganut sistem demokrasi, di sana tidak ada perbedaan golongan dalam belajar, tidak ada sekolah khusus untuk anak-anak orang kaya atau golongan tertentu dari anak-anak warga Negara, tetapi yang ada adalah anggapan bahwa pendidikan dapat diperolah oleh semua orang.[8] Rencana pelajaran yang diberikan di kuttab terdiri dari membaca al-quran serta menghafalnya, pokok-pokok agama, menulis, khisoh (riwayat)  orang besar islam, membaca dan menghafal syair, berhitung, pokok-pokok nahwu sharaf.[9]
Jadi, dapat simpulkan bahwa kuttab sebagia lembaga pendidikan kala itu telah memeberi peranan yang luar biasa bagi umat islam saat itu, meraka dapat menumbuhkan semangat mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan dan agama. Dengan kehadiran kuttab telah mendorong umat islam untuk belajar membaca dan menulis dengan giat, apalagi di kuttab tidak ada terdapat perbeadaan status sosial sehingga semua orang dapat memperoleh pendidikan di kuttab.   
E.     Madrasah Nidhamiyah
Madrasah telah tumbuh sejak abad ke-4 H. diantaranya adalah madrasah nidhamiyah yang didirikan pada abad ke-5 H (abad ke-11 M) oleh Nizamul Mulk. Madrasah nidhamiyah ini sangat terkenal dinuia islam kala itu.[10] Pendidikan yang dilaksanakan di madrasah Nidhamiyah memiliki beberapa tujuan, yaitu mengkader calon-calon ulama penyebar pemikiran sunni, menyediakan guru-guru sunni untuk menyebarkan mazhab sunni dan menyebarkan ketempat lain, membentuk kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintah, memimpin kantornya, khususnya dibidang peradilan dan menejemen.[11]
Menurut At-Thibawi menatakan bahwa tujuan pendidikan madrasah nidhamiyah adalah bercampur antara mempersiapkan kader-kader ulama sunni dalam menghadapi Fatimiyah yang Syi’i dan tersedianya personel-personel administrasi yang cakap dalam bidang kehakiman dan keseketariatan.[12] Kurikulum madrasah nidhamiyah ini adalah menteri-menteri Ulum al- syari’ah dan Ulum al-Din,  sedangkan ilmu filsafat (hikmah) tidak diajarkan. Pelajaran di madrasah nidhamiyah berpusat pada Al-Quran (membaca, menulis, dan menghafalkan), sastra Arab, sejarah Nabi Muhammad SAW dan berhitung dengan menitik beratkan pada mazhap Syafi’i dan teologi Asy’ariayah. Pelajaran di madrasah nidhimiyah berjalan dengan cara, yaitu: para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah, sementara para siswa mendengarkan. Kemudian dengan dialog atau diskusi antara guru dan siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana keilmuan yang tinggi.[13]
Jadi, dapat disimpulkan madrasah nidhamiyah sebagai lembaga madrsah pertama pendidikan islam memberikan semangat dan kemajuan pada pendidikan islam. Meski kurikululmnya hanya berisi materi keagamaan      

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Ruamah yang pertama kali digunakan untuk tempat belajar adalah Dar al-Arqam (ruamah al-Arqam). Ditempat itulah pertama kalinya kaum muslimin dan Rasulullah SAW berkumpul untuk belajar hukum-hukum dari dasar-dasar agama Islam.
2.      Semenjak berdirinya masjid di zaman Rasulullah SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan belajar mengajar.
3.      Halaqah dapat diartikan kegiatan belajar mengajar yang dilaksankan yang dimana posisi murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya atau memberikan komentar 
4.      Kuttab  memiliki tugas pokok yaitu mengajarkan Al-Quran dan dasar-dasar agama islam berawal pada zaman permulaan islam, yaitu pada zaman khalifah Abu bakar.
5.      Madrasah telah tumbuh sejak abad ke-4 H. diantaranya adalah madrasah nidhamiyah yang didirikan pada abad ke-5 H (abad ke-11 M) oleh Nizamul Mulk.

B.     Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu pemakalah sangat mengharpakn kritik dan saran yang membangun dari Bapak Dosen dan pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. Pendidikan Islam dalam Lintas Sejarah: Kajian dari Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan. Jakarta : Kenana, 2013.
Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Kencana, 2010.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam Pada Klasik dan Pertengahan. Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam: menelusuri jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2008.



[1] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakatra : Kenana, 2010), 190-191.
[2] Samsul Nazir, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), 111.
[3] Ibid, 166.
[4]  Nata, Ilmu Pendidikan Islam. 194.
[5] Abdullah Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 34-35.
[6] Nata, Ilmu Pendidikan Islam, 196. 
[7] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana, 2008), 260.
[8] Ibid, 26.  
[9][9][9][9] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah: Kajian dan Zaman Pertumbuhan dan Kebangkitan (Jakarta: Kencana, 2013), 88
[10] Ibid, 97.
[11] Iskandar Engku jdan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami (Bandung: PT Rosdakarya, 2014), 35.
[12] Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, 66. 
[13] Engku, Sejarah Pendidikan Islami, 36.




Tidak ada komentar: